Gamelan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dubaya (bicara | kontrib)
Dubaya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
 
Seperangkat gamelan dikelompokkan menjadi dua, yakni ''[[gangsa pakurmatan]]'' dan ''[[gangsa ageng]]''. Gangsa pakurmatan dimainkan untuk mengiringi [[hajad dalem]] (upacara adat karaton), [[jumenengan]] (upacara penobatan raja atau ratu), [[tingalan dalem]] (peringatan kenaikan takhta raja atau ratu), [[grebeg|garebeg]] (upacara peristiwa penting), [[sekaten]] (upacara peringatan hari lahir Nabi Muhammad). Gangsa ageng dimainkan sebagai pengiring pergelaran seni budaya umumnya dipakai untuk mengiringi [[beksan]] (seni tari), [[wayang]] (seni pertunjukan), [[uyon-uyon]] (upacara adat/hajatan), dan lain-lain.<ref name="Widyacandra 2016">{{cite book|author=KRT Widyacandra Ismayaningrat, dkk|year=2016|title=Serial Khasanah Pustaka KHP Widyabudaya: Bab Kagungan Dalem Gangsa lan Ringgit|location=Yogyakarta|publisher=KHP Widayabudaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat}}</ref> Saat ini, gamelan banyak digunakan di pulau [[Jawa]], [[Madura]], [[Bali]], dan [[Lombok]].
 
Sedangkan gamelan yang peredarannya luas dan pelestarian terbanyak adalah Gamelan Reyog dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]].
 
== Terminologi ==
Baris 54 ⟶ 56:
 
Pada proses penetrasi [[Islam]], [[Sunan Bonang]] menggubah gamelan yang waktu itu sangat kental dengan estetika [[Hindu]], juga memberi nuansa baru. Gubahannya waktu itu memberi nuansa [[transendental]] atau wirid yang mendorong kecintaan pada kehidupan, dan menambahkan instrumen [[bonang]] pada satu set gamelan.<ref name="sunan bonang">{{Cite news|url=http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/Bonang.htm|title=Walisongo: Sunan Bonang}}</ref>
 
Dalam kebudayaan [[Kerajaan Wengker|wengker]] atau [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], Pada abad ke-15 Gamelan Reyog selain digunakan untuk mengiringi kesenian Reog Ponorogo juga digunakan saat perang, pasukan ki Ageng Surya Alam dari desa Kutu membunyikan gamelan reyog saat sebelum hingga perang berlangsung ketika melawan Majapahit yang berkoalisi dengan Demak saat menyerbu Wengker, alhasil Wengker selalu mendapatkan kemenangannya sebelum pusaka ki Ageng Surya Alam jatuh ke tangan musuh.
 
Dalam lingkup [[kraton]] di [[Jawa]] gamelan tertua yang diketahui adalah ''Gamelan Munggang'' dan ''Gamelan Kodok Ngorek'', berasal dari abad ke-12. Ini membentuk dasar tempo cepat atau "gaya keras" pada gamelan. Sebaliknya, tempo pelan atau "gaya lembut" berkembang dari tradisi ''[[kemanak]]'' juga berkaitan dengan tradisi melantunkan [[geguritan]] (puisi Jawa), dengan cara yang sering diyakini mirip dengan paduan suara yang menyertai tarian modern ''[[bedaya]]''. Pada abad ke-17, gaya keras dan lembut bercampur, dan sebagian besar menjadi variasi pada gaya gamelan modern Bali, Jawa, dan Sunda, dihasilkan dari berbagai cara pencampuran unsur-unsur tersebut. Dengan demikian, terlepas dari keragaman gaya yang tampak, banyak konsep, instrumen, dan teknik teoretis yang sama dibagikan di antara gaya-gaya tersebut.<ref>Roth, 4–8</ref>
Baris 123 ⟶ 127:
# Gamelan [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Keraton Surakarta]], Untuk mengiringi berbagai tarian di lingkungan Keraton Surakarta.
# Gamelan [[Wayang]], Untuk Mengiringi kesenian Wayang Kulit.
# Gamelan [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], Untuk Mengiringi berbagai kesenian khas Banyuwangi. Bunyi musik gamelan ini menghasilkan suara gamelan Jawa keraton, Gamelan Reyog, Gamelan Jaranan Thek, dan Bali karena mendapatkan pengaruh dari ke empat jenis gamelan tersebut di banyuwangi.
 
=== Gamelan Sunda ===
 
# Gamelan Degung, Untuk mengiringi berbagai kesenian khas [[Sunda]]. Biasanya diiringi oleh sorakan suara atau [[Senggak]] khas Ponorogo
 
=== Gamelan Bali ===
 
# Gamelan Wayah (Tua atau era Majapahit)
# Gamelan Bambu ([[Rindik]]), mulanya sebuh [[Angklung Reog]] yang kemudian dimainkan dengan cara dipukul
# Gamelan Anyar
# Gamelan Madya (Masa Kolonial)
# Gamelan Anyar (Baru)
 
=== Gamelan Sasak Lombok ===