Karena peristiwa Malari, Hariman bersama beberapa tokoh [[mahasiswa]] lainnya itu kemudian di[[penjara]] oleh [[rezim]] penguasa masa itu.<ref name="hukumonline.com"/><ref name="tempo.co.id"/>
Sekarang idealismenya tetap menyala dan tidak pernah berubah dan bergabung dengan media akal sehat FNN sebagai kontributor.
Pemikiran kritis dan aktual sangat tajam tetapi dengan logika yang humanis membuat Hariman Siregar sangat dihormati oleh para mahasiswa hingga saat ini.
Inilah pidato seorang Hariman pada tanggal 31 Desember 1973 yang menyulut para mahasiswa untuk berdemo yang kita kenal sebagai Peristiwa Malari :
''"Mari kita baca beban sejarah yang ada di depan kita.''
''Beban kita adalah membebaskan rakyat dari penderitaan hidup sehari-hari. Beban kita adalah membuat rakyat yang menganggur untuk mempersoalkan kesempatan kerja dan pembangunan ekonomi yang tidak menguntungkan rakyat. Beban kita adalah mengetatkan gandengan dengan sesama generasi muda memikirkan masa kini dan masa depan.''
''Ringkasnya, beban sejarah kita adalah menggalakkan keberanian rakyat untuk menyuarakan diri. Semua itu adalah beban yang tidak ringan— untuk tidak mengatakan berat sekali. Namun pada akhirnya berat atau ringan beban itu tetap merupakan beban kita. Sekali kita mengelak, untuk selamanya kita akan menjadi warganegara yang dikutuk sejarah. Tetapi yang terpenting bagi kita adalah menghentikan kebisuan yang ditimbulkan oleh himbauan kenikmatan yang dijanji-janjikan kepada kita. Dan juga kebisuan akibat feodalisme yang mementingkan sikap nrimo, apatis dan antipartisipasi. Artinya, kita harus membebaskan diri dari mitos-mitos yang menempatkan diri kita dalam posisi bisu dan terbelenggu."''