Fatimah az-Zahra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan pranala |
k Menambaha pranala |
||
Baris 48:
Sebagai seorang anak, Fatimah tumbuh di bawah pengawasan langsung orang tuanya pada masa Islam masih sulit disebarkan.{{sfn|Vaglieri|1991|p=}} Ibunya meninggal di tahun yang sama dengan meninggalnya ayah Ali, yakni [[Abu Thalib]].<ref>{{cite book|last=Guillaume|title=The Life of Muhammad|publisher=Oxford|page=191}}</ref> Setelah hijrah ke Madinah, ia menikah dengan Ali pada tahun ke-2 H. Ia tidak pernah di-[[poligami]] seumur hidupnya karena Muhammad berkata, "Aku tidak akan memberikannya izin, kecuali Ali menceraikan putriku terlebih dahulu demi menikahi putri mereka. Karena Fatimah adalah bagian dari tubuhku, dan aku benci apa yang dia benci, dan apapun yang menyakitinya, jugalah menyakitiku."<ref>{{Cite journal|last=Muhammad Umar Farooq|last2=Abdur Rasheed|date=2021-12-31|title=The link between the characteristics of Yousaf (A.S) and the characteristics ofthe Prophet (صلى الله عليه وسلم)Study of Thematicanalysis in The Light of Surah Yousaf|url=http://dx.doi.org/10.46568/ihya.v21i2.105|journal=Iḥyāʾalʿulūm - Journal of Department of Quran o Sunnah|volume=21|issue=2|doi=10.46568/ihya.v21i2.105|issn=2663-6263}}</ref> Pasca wafatnya Fatimah dan Muhammad, Ali pun mulai berpoligami dengan menikahi delapan perempuan dan mempunyai total 33 anak.<ref name=":142">{{harvnb|Veccia Vaglieri|1960|p=385}}</ref>
Beberapa saat setelah kematian Muhammad, Fatimah meminta kepada [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]] sebagian dari harta khumus di Khaibar dan fa'i (harta milik orang-orang [[kafir]])<ref>{{Cite web|date=2020-06-26|title=Apakah yang Dimaksud Harta Fai Dalam Islam dan Bagaimana Hukumnya?|url=https://mui.or.id/tanya-jawab-keislaman/28381/apakah-yang-dimaksud-harta-fai-dalam-islam-dan-bagaimana-hukumnya/|website=Majelis Ulama Indonesia|language=en-US|access-date=2022-02-26}}</ref> di Madinah dan Fadak yang diberikan Allah kepada Muhammad sebagai warisan untuknya. Abu Bakar yang merupakan Khalifah pertama pada saat itu menolak permintaan Fatimah tersebut karena mengaku mendengar Muhammad berkata, “Kami para Nabi tidak mewariskan harta. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah [milik umat].”<ref>{{Cite web|title=Musnad Ahmad 55 - Musnad Abu Bakr as-Siddiq (ra) - مُسْنَدُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/ahmad:55|website=sunnah.com|access-date=2022-02-26}}</ref><ref>{{Cite web|date=2021-03-14|title=Benarkah Keluarga Nabi Benci Abu Bakar dan Umar bin Khattab?|url=https://republika.co.id/share/qpyjqc320|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-02-26}}</ref>
Dalam cerita versi [[Syiah|Syi'ah]], setelah mendapat penolakan tersebut Fatimah lalu memberikan pidato di [[Masjid Nabawi]] yang isinya memprotes Kekhalifahan Abu Bakar, yang mana menurutnya seharusnya posisi tersebut diberikan ke Ali,<ref>{{Harvtxt|Abbas|2021|pp=81, 95}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=52, 71}}. {{Harvtxt|Khetia|2013|pp=31, 32}}. {{Harvtxt|Fitzpatrick|Walker|2014|p=561}}</ref> dan mengkritik kalau Abu Bakar telah bertentangan dengan [[Al-Qur'an|Qur'an]] dan [[Sunnah]] karena menolak memberikannya harta warisan.<ref name=":2">{{Harvtxt|Khetia|2013|pp=50, 53}}</ref> Tidak lama berselang, Umar mengancam akan membakar rumah Fatimah.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=43}}. {{Harvtxt|Jafri|1979|p=39}}. {{Harvtxt|Abbas|2021|p=97}}. {{Harvtxt|Fitzpatrick|Walker|2014|p=186}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=71, 72}}. {{Harvtxt|Meri|2006|p=249}}. {{Harvtxt|Cortese|Calderini|2006|p=8}}</ref> Lalu mendobrak pintu untuk memaksa Fatimah dan Ali ber-[[Baiat|bai'at]] kepada Abu Bakar. Fatimah yang berada di belakang pintu tertindih, dan menyebabkan tulang rusuknya patah. Dirinya keguguran dan meninggal beberapa bulan kemudian. Terdapat pula laporan bahwa dalam serangan tersebut Umar menganiaya Fatimah dengan pedang terhunus, lalu menyeret Ali ke hadapan Abu Bakar.<ref name=":27c2">''When Umar arrived with an armed mob to take Ali away by force, Fatimah, pregnant at the time, firmly refused them entry. Instead, from behind the door, she implored Umar to fear God and leave them alone. An enraged Umar (or his client, Qunfudh) ignored Fatimah's pleadings, asked for a torch and set the door on fire, before hurling himself inside and striking Fatimah behind the door. Screaming in pain, Fatimah continued to resist the intruders. There are reports that Umar physically assaulted her with a sheathed sword. Fatimah's husband, Ali, rushed towards her before being overpowered and dragged to Abu Bakr by the aggressors. Fatimah tried to position herself between Ali and the aggressors before being struck by Qunfudh. She carried the bruise from the assault when she died.'' {{Harvtxt|Khetia|2013|pp=66–78}}</ref>
|