Penyalahgunaan obat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fareleadsm (bicara | kontrib)
Menambahkan deskripsi
Fareleadsm (bicara | kontrib)
Menambahkan deskripsi
Baris 23:
 
Di [[Amerika Serikat]] pada akhir 1980an, dilaporkan dari 14 negara bagian, terjadi penyalahgunaan produk yang mengandung dekstrometorfan oleh remaja. Selain Amerika Serikat, penggunaan dekstrometorfan untuk tujuan nonmedis juga terjadi di [[Eropa]]. Keracunan fatal pertama akibat penyalahgunaan dekstrometorfan dilaporkan terjadi di [[Swedia]] pada 1980-an.<ref name=":1" /> Penyalahgunaan dekstrometorfan di Amerika Serikat menyebabkan sekitar 6000 kasus gawat darurat tiap tahunnya. Lima puluh persen dari semua kondisi gawat darurat tersebut terjadi akibat toksisitas dekstrometorfan di mana kebanyakan pasien berusia antara 12-20 tahun.<ref name=":2">{{Cite book|last=Journey|first=Jonathan D.|last2=Agrawal|first2=Suneil|last3=Stern|first3=Evan|date=2022|url=http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538502/|title=Dextromethorphan Toxicity|location=Treasure Island (FL)|publisher=StatPearls Publishing|pmid=30860737}}</ref>
[[Berkas:1513 Mydriasis.jpg|kiri|jmpl|151x151px|<small>Midriasis (pelebaran [[pupil]] pada mata), salah satu gejala toksisitas dekstrometorfan</small>[[Berkas:Nystagmus eye movement.gif|pus|nirbing|161x161px]]<small>Nistagmus (kondisi bergeraknya bola mata yang tidak terkendali dan berulang), salah satu gejala toksisitas dekstrometorfan</small>]]
 
Di Indonesia, pada tahun 2014, [[BPOM]] menarik peredaran seluruh obat yang mengandung dekstrometorfan sebagai sediaan tunggal. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil suatu kajian yang menyebutkan bahwa produk dekstrometorfan tunggal sering disalahgunakan oleh remaja usia sekolah dari kalangan menengah ke bawah sebagai substitusi produk [[Halusinogen|halusinogenik]] ([[Sabu sabu|sabu-sabu]], [[putaw]], [[ekstasi]], dan [[ganja]]).<ref>{{Cite web|last=BPOM|date=2014-05-02|title=Penjelasan Terkait Produk Obat Batuk yang Beredar dan Mengandung Bahan Dekstrometorfan Tunggal|url=https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/231/Penjelasan-Terkait-Produk-Obat-Batuk-yang-Beredar--dan--Mengandung-Bahan-Dekstrometorfan-Tunggal-.html|website=BPOM|access-date=2022-02-27}}</ref>
 
Secara umum gejala toksisitas dekstrometorfan yang dapat dapat segera dikenali yaitu [[hipertermia]], diaforesis, dan perubahan kondisi kejiwaan secara bertahap. Toksisitas dekstrometorfan dapat menyebabkan berbagai efek pada:<ref name=":2" />
 
* KMTHT (Kepala, Mata, Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) – midriasis, nisstagmusnistagmus.
* Kardiovaskular – [[takikardia]], [[hipertensi]].
* Saluran pernapasan – penurunan pernapasan.
* Neurologis – perasaan gelisah, kebingungan, [[halusinasi]], [[ataksia]], kekakuan otot, [[kejang]], [[Koma (medis)|koma]].
 
=== Feniramin ===
[[Berkas:Pheniramine.svg|jmpl|194x194px|Struktur kimia feniramin]]
Feniramin adalah [[antihistamin]] generasi pertama dalam kelas alkilamin yang mirip dengan bromfeniramin dan klorfeniramin. Feniramin digunakan untuk mengobati [[alergi]] dan dapat dikombinasi dengan obat lain sebagai obat flu. Penggunaan feniramin sebagai antihistamin sebagian besar telah digantikan oleh antihistamin generasi kedua seperti cetirizin dan loratidin.<ref name=":3">{{Cite web|title=Pheniramine|url=https://go.drugbank.com/drugs/DB01620|website=go.drugbank.com|access-date=2022-02-27}}</ref>
 
Feniramin akan bersaing dengan histamin untuk menduduki [[reseptor histamin]] H1 yang bertindak sebagai ''inverse agonist once bound.'' Pengurangan aktivitas reseptor H1 menyebabkan berkurangnya rasa gatal serta mengurangi vasodilatasi dan kebocoran [[Kapiler (pembuluh darah)|kapiler]] sehingga kemerahan dan [[edema]] akan berkurang. Interaksi agonis reseptor H1 dalam [[sistem saraf pusat]] dengan antihistamin generasi pertama seperti feniramin juga dapat memberikan efek sedasi. Pengikatan feniramin ke reseptor H4,  dapat berkontribusi untuk mengurangi gatal dengan cara berperan sebagai antagonis dari [[inflamasi]].<ref name=":3" />
 
Penyalahgunaan antihistamin yang digunakan sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat lain dapat mempengaruhi individu untuk mengembangkan gejala atau sindrom psikiatri seperti keracunan, [[sakau]], atau sebagai kondisi [[Komorbiditas|komorbid]]. Dalam suatu studi yang dilakukan, dilaporkan bahwa 44% (dari 43 subjek penelitian) individu yang menyalahgunakan feniramin mengalami kondisi [[psikosis]] atau [[delirium]].<ref name=":4">{{Cite journal|last=Pal|first=Hemraj|last2=Kumar|first2=Rajesh|last3=Bhushan|first3=Shashi|last4=Berry|first4=Neeraj|date=2005|title=Psychiatric co-morbidity associated with pheniramine abuse and dependence|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2918322/|journal=Indian Journal of Psychiatry|volume=47|issue=1|pages=60–62|doi=10.4103/0019-5545.46079|issn=0019-5545|pmc=2918322}}</ref>
 
Di [[India]], dilaporkan dua kasus penyalahgunaan dan ketergantungan pada feniramin. Gejala yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan feniramin pada pasien yaitu rasa [[euforia]], penyimpangan memori, penurunan kesadaran, [[halusinasi]], [[delusi]], gangguan motorik, meracau, [[ataksia]], gangguan pada otot yang menyebabkan rasa lemah pada tubuh, dan [[kejang]].<ref name=":4" /> Selain itu, di Turki juga dilaporkan kasus ketergantungan terhadap feniramin.<ref>{{Cite journal|last=Kocamer Sahin|first=Sengul|date=2020|title=Pheniramine dependence: a case report|url=https://dusunenadamdergisi.org/article/59|journal=Dusunen Adam: The Journal of Psychiatry and Neurological Sciences|doi=10.14744/DAJPNS.2019.00040}}</ref>
=== Klorfeniramin maleat ===
 
=== Dimenhidrinat ===