Industri olahraga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 77:
=== Waralaba olahraga ===
Waralaba olahraga menjadi salah satu sumber pemasukan yang menjanjikan dalam idustri olahraga karena potensi untuk balik modal cukup besar meskipun secara tidak langsung. Beberapa mitra waralaba menginvestasikan modal awal, lalu ada sistem bagi hasil dengan pemilik waralaba sehingga keuntungan yang didapat bersifat tidak langsung. <ref>{{Cite book|last=Zimbalist|first=Andrew|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/The_Business_of_Sports/-owSi55tLZAC?hl=id&gbpv=1&dq=business+of+sport&pg=PA16&printsec=frontcover|title=Sport As Business, dalam S.R. Rosner (ed) The Business of Sports|publisher=Jones and Bartlett|isbn=978-0-7637-8078-4|url-status=live}}</ref>
Baris 85 ⟶ 83:
Pemberian merek pada suatu produk sangat penting untuk membedakannya dari produk lain yang sejenis di pasaran. Suatu merek haruslah diingat oleh konsumen sehingga ekuitas merek didapatkan dari kemempuan sebuah merek untuk menciptakan kesan yang baik di benak konsumen.<ref>{{Cite journal|last=Brumello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=2}}</ref>
[[Ekuitas merek]]—dalam konteks olahraga—mengacu kepada nilai-nilai di mana para penggemar merasa terikat dengan nama dan simbol tim kebanggaannya. Jika mereka sudah merasa puas atau senang, harapannya adalah mereka menjadi pelanggan setia, dengan demikian diharapkan mereka akan melakukan order ulang. Ekuitas merek mencakup tiga hal yaitu kualitas, kesadaran dari penggemar atau memori tentang merek, asosiasi terhadap merek, dan kesetiaan terhadap merek.<ref>{{Cite journal|last=Brunello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=4}}</ref>
Salah satu hal yang paling krusial dan mendasar dalam membangun ekuitas merek adalah tim olahraga terlebih dahulu harus meningkatkan prestasinya, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Selain itu, nama baik dari manajer tim olahraga pun mempengaruhi ekuitas merek.<ref>{{Cite journal|last=Brunello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=4}}</ref>
Seorang pemasar yang cerdas tentu akan bertanya beberapa hal berdasarkan aturan 5W1H. WHO. Siapa yang menjadi pelanggan, baik di masa lalu, sekarang, atau di masa mendatang berdasarkan faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, besarnya pendapatan; faktor geografis, serta faktor psikografis. WHERE, WHEN, HOW. Di mana, kapan, dan bagaimana pelanggan memakai produk dan jasa olahraga. WHAT. Apa media sosial yang sering dipakai oleh pelanggan. HOW, WHY. Bagaimaa dan mengapa pelanggan merasa terikat dengan produk atau jasa yang ditawarkan. WHY. Jika ada pelanggan yang loyal, mengapa ada pula yang tidak loyal/berpindah ke merek lain?<ref>{{Cite book|last=Dees|first=Windy|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/bxcjEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Human Kinetics|isbn=978-1-4925-9462-8|pages=44|url-status=live}}</ref>▼
▲Seorang pemasar yang cerdas tentu akan bertanya beberapa hal berdasarkan aturan 5W1H. WHO. Siapa yang menjadi pelanggan, baik di masa lalu, sekarang, atau di masa mendatang berdasarkan faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, besarnya pendapatan; faktor geografis, serta faktor psikografis. WHERE, WHEN, HOW. Di mana, kapan, dan bagaimana pelanggan memakai produk dan jasa olahraga. WHAT. Apa media sosial yang sering dipakai oleh pelanggan. HOW, WHY. Bagaimaa dan mengapa pelanggan merasa terikat dengan produk atau jasa yang ditawarkan. WHY. Jika ada pelanggan yang loyal, mengapa ada pula yang tidak loyal/berpindah ke merek lain?
Pemasaran olahraga merupakan suatu fenomena yang baru
▲Pemasaran olahraga merupakan suatu fenomena yang baru muuncul dewasa ini. Pada tahun 1940-1950 an, olahraga bukan untuk tujuan komersial. Sikap serta prinsip yang dipegang oleh para atlet banyak berasal dari nilai-nilai keluarga berdasarkan tradisi, misalnya olahraga tenis merupakan aktivitas yang berasal dari kelas menengah. Di sisi lain, olahraga tenis menjadi olahraga andalan para perempuan yang ingin tubuhnya atletis dan kuat, namun tidak terkesan maskulin.
Filosofi pemasaran olahraga
Filosofi pemasaran olahraga adalah tentang strategi menang-menang dengan menaruh kebutuhan dan keinginan konsumen di titik sentral pengambilan keputusan yang beririsan dengan target dari perusahaan atau industri olahraga.<ref>{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-77676-7|pages=8|url-status=live}}</ref>
Ada sembilan prinsip dari pemasaran olahraga. Pertama, pemasaran lebih dari promosi; iklan; atau taktik penjualan. Kedua, tujuan pemasaran adalah mengubah strategi saat konsumen sudah bosan dengan produk atau jasa. Ketiga, pemasaran olahraga merupakan perencanaan posisi merek dalam pasar, dan menciptakan keterikatan dengan konsuen melalui merek. Keempat, pemasaran olahraga dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu pemasaran produk dan jasa olahraga; serta pemasaran melalui kegiatan olahraga. Kelima, filosofi pemasaran olahraga adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Keenam, pemasaran olahraga merupakan perpaduan antara menemukan peluang, merancang strategi, merencanakan taktik, serta melakukan dan mengevaluasi perencanaan pemasaran olahraga. Ketujuh, pemasaran olahraga dapat dilihat secara filosofis di mana fungsi marketing dijalankan oleh nilai-nilai, dapat dilihat sebagai sebuah proses yang berupa serangkaian kegiatan, seperangkat prinsip yang terdiri dari peraturan dan panduan. Kedelapan, prinsip pemasaran olahraga untuk diimplementasikan ke dalam kerangka kerja pemasaran olahraga. Kesembilan, kerangka kerja pemasaran olahraga meliputi beberapa tahap yaitu mengidentifikasi peluang dari pemasaran olahraga; mengembangkan strategi pemasaran; merencanakan bauran pemasaran; melaksanakan rencana serta mengontolnya agar sesuai dengan rencana awal.<ref>{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|location=Human Kinetics|publisher=978-1-315-77676-7|url-status=live}}</ref>
Perusahaan sponsor yang baik bukan hanya memberikan kontribusi berupa dana, tetapi juga membantu menciptakan nilai-nilai positif yang membentuk merek. Upaya seperti ini lebih bersifat jangka panjang, sementara dukungan yang berupa dana hanya bersifat jangka pendek. Dukungan dari sponsor merupakan komitmen kedua belah pihak serta investasi yang berarti.
|