Industri olahraga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Industri olahraga''' adalah [[industri]] yang dapat berkembang karena adanya kolaborasi atau kerjasama dari berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan olahraga seperti perusahaan swasta yang memberikan fasilitas berupa sokongan/''sponsorship'' untuk kegiatan olahraga; adanya kolaborasi antara kegiatan olahraga dengan media massa; dukungan pemerintah terhadap berbagai kegiatan olahraga; dan juga banyaknya organisasi olahraga yang bermunculan secara signifikan. Kegiatan olahraga dewasa ini bukan sekadar aktivitas fisik yang bernilai positif, bahkan juga menjadi suatu lahan bisnis yang menjanjikan. <ref>{{Cite book|last=Chatzigianni|first=Efthalia|date=1984|url=https://www.google.co.id/books/edition/Law_Ethics_and_Integrity_in_the_Sports_I/K4hoDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA88&printsec=frontcover|title=International Sport Business and Global Sport Governance, dalam E. Margaritis (ed) Law, Ethics, and, Integrity in the Sports|publisher=IGI Global|isbn=9781522553885|pages=87|url-status=live}}</ref>
{{Sedang ditulis}}Pendapatan dari industri olahraga dapat berasal dari penjualan barang-barang olahraga maupun penjualan jasa olahraga. Penjualan barang-barang olahraga bukan hanya baju olahraga, sepatu olahraga, maupun [[peralatan olahraga]]; namun dapat juga berasal dari penjualan buku olahraga, majalah ataupun koran olahraga. Sementara itu, penjualan jasa olahraga dapat berasal dari sektor para atlet seperti persediaan makanan dan minuman untuk atlet serta akomodasinya pada acara olahraga; dan juga dari sektor penonton olahraga di mana para penyedia tontonan acara olahraga mendapatkan keuntungan yang besar pada saat acara olahraga dilaksanakan. <ref>{{Cite book|last=Gratton|first=Chris|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Managing_the_Business_of_Sport/qauLAgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA3&printsec=frontcover|title=Sport in the global marketplace, dalam L. Trenberth (ed) Managing Sport Business|location=London and New York|publisher=Routledge taylor and Francis Group|isbn=978-0-203-85841-7|pages=23|url-status=live}}</ref>▼
▲Pendapatan dari industri olahraga dapat berasal dari penjualan barang-barang olahraga maupun penjualan jasa olahraga. Penjualan barang-barang olahraga bukan hanya baju olahraga, sepatu olahraga, maupun [[peralatan olahraga]]; namun dapat juga berasal dari penjualan buku olahraga, majalah ataupun koran olahraga. Sementara itu, penjualan jasa olahraga dapat berasal dari sektor para atlet seperti persediaan makanan dan minuman untuk atlet serta akomodasinya pada acara olahraga; dan juga dari sektor penonton olahraga di mana para penyedia tontonan acara olahraga mendapatkan keuntungan yang besar pada saat acara olahraga dilaksanakan. <ref>{{Cite book|last=Gratton|first=Chris|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Managing_the_Business_of_Sport/qauLAgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA3&printsec=frontcover|title=Sport in the global marketplace, dalam L. Trenberth (ed) Managing Sport Business|location=London and New York|publisher=Routledge taylor and Francis Group|isbn=978-0-203-85841-7|pages=23|url-status=live}}</ref>
Adanya pandemi COVID-19 yang terjadi di awal tahun 2000, menyebabkan kegiatan olahraga dibatasi dengan alasan untuk mencegah penyebaran virus corona, baik itu [[olahraga profesional]] yang dilakukan oleh para atlet maupun olahraga yang dilakukan oleh bukan atlet untuk menjaga kesehatan. Adanya peraturan mengenai pembatasan sosial menyebabkan [[pusat kebugaran]], stadion olahraga, studio senam, serta kolam renang umum menjadi sepi pengunjung; namun di balik itu semua, angka penjualan alat-alat olahraga yang dipakai di rumah meningkat pesat. <ref>{{Cite book|last=Vukasovic|first=Tina|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Impacts_and_Implications_for_the_Sports/mGAuEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+industry&pg=PA65&printsec=frontcover|title=Analysis of Consumer Buying Behaviour When Buying Sports and Leisure Products During the COVID-19 Pandemic, dalam A. Faganel (ed) Impacts and Implications for the Sports Industry in the Post-COVID-19 Era|publisher=IGI Global|isbn=9781799867821|pages=74|url-status=live}}</ref>
== Para pemangku kepentingan industri olahraga ==
Baris 23 ⟶ 9:
=== Pemerintah ===
Dunia industri—tidak terkecuali dengan industri olahraga—membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam bentuk sarana dan prasarana, serta dalam bentuk [[kebijakan fiskal]]. Kebijakan infrastruktur diperlukan untuk mendukung perkembangan industri, sementara kebijakan fiskal diperlukan sebagai insentif yang dapat dianggap sebagai bantuan mdal atau investasi bagi industri. <ref>{{Cite book|last=Nugroho|first=Sigit|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=industri+olahraga&printsec=frontcover|title=Industri_Olahraga|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta Press|isbn=978-602-498-056-6|pages=27|url-status=live}}</ref>
Secara umum, pemerintah mesti terlibat dalam bidang olahraga yang dapat menghasilkan manfaat secara sosial; ekonomi; serta politik. Sebagai contoh, kegiatan olahraga selain menyehatkan badan, juga dapat mempererat ikatan sosial. Hal tersebut pun dapat memacu aktivitas ekonomi. Bagi pemerintah, kegiatan olahraga mampu menumbuhkan rasa cinta tanahair dan kesetiakawanan antar sesama warganegara. Dengan adanya ikatan sosial semacam itu diharapkan masyarakat yang kompak dapat membantu pemerintah dalam mensukseskan program-program pembangunan negara. biar bagaimanapun juga, kebijakan pemerintah dalam olahraga sangat dibutuhkan. Pemerintah dapat berperan aktif mendukung olahraga dengan berbagai cara. Pertama, pemerintah memberikan dukungan dari segi dana serta sarana dan prasarana olahraga. Perbaikan dan pembangunan sarana olahraga bukan hanya sebagai fasilitas saja, tetapi sebagai persiapan menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga. Kedua, pemerintah dapat terlibat dalam kegiatan pengembangan olahraga seperti pembangunan pusat pelatihan serta fasilitas kesehatan bagi atlet. Ketiga, pemerintah dapat menciptakan program-program yang mengarah kepada ajakan untuk menerapkan pola hidup sehat. Keempat, pemerintah melalui regulasinya dapat mengatur masalah penggunaan doping beserta sanksinya.<ref name=":3">{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|location=Routledge|publisher=New York|isbn=978-1-315-77676-7|pages=20|url-status=live}}</ref>▼
=== Organisasi nirlaba ===
Keberadaan organisasi nirlaba atau swadaya masyarakat dapat mengisi celah antara swasta yang berorientasi kepada keuntungan dan pemerintah. Organisasi nirlaba harus pandai mencari dana secara mandiri karena tidak disokong oleh pemerintah, dan dalam menjalankan kegiatannya, organisasi tersebut memberdayakan para relawan.<ref name=":3" />▼
Biar bagaimanapun juga, organisasi nirlaba membutuhkan dana agar program-program organisasi dapat berjalan. Pengertian nirlaba dalam konteks ini bukan berarti tidak mencari keuntungan, namun prioritas utama organisasi bukanlah mencari keuntungan pribadi.<ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=34|url-status=live}}</ref>▼
=== Induk Organisasi ===
Baris 50 ⟶ 41:
identifikasi penggemar olahraga
identifikasi penggemar olahraga dapat didefinisikan sebagai bentuk komitmen seseorang atau keterikatan secara emosional kepada organisasi olahraga.<ref>{{Cite book|last=Milne|first=George R|date=1999|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/eDFRHrZV53YC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA4&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|location=Toronto|publisher=Jones and Bartlett Publishers Canada|isbn=0-7637-0873-9|pages=13|url-status=live}}</ref>
Baris 59 ⟶ 50:
Proses pemasaran olahraga terdiri dari empat fase : analisis, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian. Informasi merupakan landasan awal dalam menganalisis pemasaran bisnis olahraga di mana pada fase ini data yang relevan dikumpulkan dan ditarik kesimpulan sebagai pedoman di tahap perencanaan. Tahap perencanaan merupakan fase di mana tujuan dari pemasaran olahraga ditentukan berdasarkan target. Tujuan dari pemasaran dibagi ke dalam dua jenis, ada tujuan jangka pendek (dalam waktu 1 tahun) dan tujuan jangka panjang (antara 2-3 tahun), dan ini sudah masuk ke dalam fase pelaksanaan di mana teori mengenai bauran pemasaran/''marketing mix'' dijalankan. Fase pengendalian dibutuhkan agar target dicapai sesuai dengan rencana semula. Jika ada hal-hal yang terjadi di luar perencanaan, maka perlu dilakukan penyesuaian; namun hal-hal yang sudah sesuai dengan rencana awal, hanya perlu dilanjutkan saja.<ref>{{Cite book|last=Blakey|first=Paul|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Learning Matters|isbn=9780857250902|pages=9-10|url-status=live}}</ref>▼
▲Proses pemasaran olahraga terdiri dari empat fase : analisis, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian. Informasi merupakan landasan awal dalam menganalisis pemasaran bisnis olahraga di mana pada fase ini data yang relevan dikumpulkan dan ditarik kesimpulan sebagai pedoman di tahap perencanaan. Tahap perencanaan merupakan fase di mana tujuan dari pemasaran olahraga ditentukan berdasarkan target. Tujuan dari pemasaran dibagi ke dalam dua jenis, ada tujuan jangka pendek (dalam waktu 1 tahun) dan tujuan jangka panjang (antara 2-3 tahun), dan ini sudah masuk ke dalam fase pelaksanaan di mana teori mengenai bauran pemasaran/''marketing mix'' dijalankan. Fase pengendalian dibutuhkan agar target dicapai sesuai dengan rencana semula. Jika ada hal-hal yang terjadi di luar perencanaan, maka perlu dilakukan penyesuaian; namun hal-hal yang sudah sesuai dengan rencana awal, hanya perlu dilanjutkan saja.<ref>{{Cite book|last=Blakey|first=Paul|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/hU4hUf3i7oQC?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Learning Matters|isbn=9780857250902|pages=9-10|url-status=live}}</ref>
Ada tujuh macam bauran pemasaran/''marketing mix'' yang dapat diterapkan dalam industri olahraga. Pertama, ''Product.'' Karakteristik dari produk harus sesuai dengan kebutuhan dari konsumen yang disasar. Kedua, ''Price.'' Harga produk harus sesuai dengan ekspektasi dari konsumen. Jika segmen pasarnya adalah konsumen kalangan menengah ke atas sementara harga produk terlalu murah, maka konsumen akan menganggap barang yang ditawarkan kurang berkualitas. Ketiga, ''Place.'' Produk harus disalurkan ke tempat yang cocok dan pada waktu yang sesuai sehingga terjadi transaksi penjualan. Keempat, ''Physical evidence.'' Ini terkait dengan kemasan untuk menaikkan nilai jual produk maupun jaminan terhadap produk itu sendiri. Kelima, ''Process.'' Proses harus selalu diperhatikan agar kualitas produk terjamin dan dikirim tepat waktu serta adanya garansi produk. Keenam, ''People.'' Adanya tanggungjawab untuk memastikan kualitas dari produk atau jasa olahraga. Ketujuh, ''Promotion.'' Mempromosikan produk dan jasa baik secara daring maupun luring. <ref>{{Cite book|last=Shilbury|first=David|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Strategic_Sport_Marketing/8G3wDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA46&printsec=frontcover|title=Strategic Sport Marketing|location=New York|publisher=Routledge|isbn=9781743314777|pages=7|url-status=live}}</ref>
Baris 98 ⟶ 89:
Ada beberapa karakteristik unik dari produk dan jasa olahraga. Pertama, Olahraga merupakan sesuatu yang bersifat dinamis. Olahraga merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan yang bergerak dinamis sehingga tidak bisa diandaikan seperti minuman penyegar yang dikemas dengan botol. Masing-masing penggemar olahraga memaknai pertandingan olahraga secara berbeda-beda sekalipun acaranya sama-sama ditonton. Kedua, Adanya keterikatan emosional antara tim olahraga dengan para penggemarnya. Produk olahraga yang dimiliki oleh para penggemar merefleksikan seberapa besar kecintaan mereka kepada atlet kebanggaannya. Ketiga, Komoditas yang mudah rusak. Setiap ada acara olahraga, maka cendera mata olahraga bernilai jual tinggi. Ketika acara olahraga sudah berlalu, maka nilai jualnya menjadi turun, terutama jika tim olahraga kebanggan penggemar mengalami kekalahan. Keempat, Tidak dapat diprediksi. Tim olahraga kebanggaan para penggemar suatu saat akan mengalami kekalahan, tidak akan terus berjaya sepanjang waktu. Kekalahan yang terjadi bukan semata-mata karena kurang hebat dalam bermain, namun karena cedera selama pertandingan, para pendukung tim lawan yang jumlahnya lebih banyak sehingga mempengaruhi psikologis pemain yang kurang mendapat dukungan, dan sebagainya.<ref>{{Cite book|last=Mullin|first=Bernard J|date=2014|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/oPN6DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA13&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Human Kinetics|isbn=978-1-4504-2498-1|pages=20-21|url-status=live}}</ref>
Baris 105 ⟶ 97:
Salah satu hal yang paling krusial dan mendasar dalam membangun ekuitas merek adalah tim olahraga terlebih dahulu harus meningkatkan prestasinya, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Selain itu, nama baik dari manajer tim olahraga pun mempengaruhi ekuitas merek.<ref>{{Cite journal|last=Brunello|first=Adrian|title=Brand Equity in Sports Industry|url=https://www.ijcr.eu/articole/391_05%20Adrian%20BRUNELLO.pdf|journal=|pages=4}}</ref>
Seorang pemasar yang cerdas tentu akan bertanya beberapa hal berdasarkan aturan 5W1H. WHO. Siapa yang menjadi pelanggan, baik di masa lalu, sekarang, atau di masa mendatang berdasarkan faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, besarnya pendapatan; faktor geografis, serta faktor psikografis. WHERE, WHEN, HOW. Di mana, kapan, dan bagaimana pelanggan memakai produk dan jasa olahraga. WHAT. Apa media sosial yang sering dipakai oleh pelanggan. HOW, WHY. Bagaimaa dan mengapa pelanggan merasa terikat dengan produk atau jasa yang ditawarkan. WHY. Jika ada pelanggan yang loyal, mengapa ada pula yang tidak loyal/berpindah ke merek lain?<ref>{{Cite book|last=Dees|first=Windy|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Marketing/bxcjEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&printsec=frontcover|title=Sport Marketing|publisher=Human Kinetics|isbn=978-1-4925-9462-8|pages=44|url-status=live}}</ref>
Baris 122 ⟶ 116:
Perusahaan sponsor yang baik bukan hanya memberikan kontribusi berupa dana, tetapi juga membantu menciptakan nilai-nilai positif yang membentuk merek. Upaya seperti ini lebih bersifat jangka panjang, sementara dukungan yang berupa dana hanya bersifat jangka pendek. Dukungan dari sponsor merupakan komitmen kedua belah pihak serta investasi yang berarti.<ref>{{Cite journal|last=New Zealand|first=Sport|title=Sport Sponsorship|url=https://sportnz.org.nz/media/2109/sport-sponsorship-securing-and-retaining-commercial-partners.pdf|journal=|pages=3}}</ref>
Baris 128 ⟶ 123:
Campur tangan pemerintah menyangkut kepentingan olahraga sangat dipengaruhi oleh ideologi negara, nilai, serta falsafah negara dan lembaga negara. Ideologi pertama adalah [[konservatisme]]. Ideologi konservatis menekankan kepada tradisi serta hal-hal yang sudah lumrah dan diterima secara umum. Pemerintahan yang konservatis cenderung membuat aturan bagaimana masyarakat seharusnya hidup, dan mensensor jika ada karya seni yang dinilai menyimpang dari aturan. Sisi positif dari pemerintahan yang konservatif dalam bidang olahraga adalah, jika ada pelanggaran seperti pelegalan minuman keras atau penggunaan doping, maka mereka tidak akan segan untuk menghukumnya. Selain itu, pemerintahan yang konservatif percaya bahwa sektor swasta merupakan salah satu kunci kemajuan sehingga mereka mendukung serta melindungi industri melalui regulasinya. Namun demikian, dalam pandangan pemerintah yang konservatif, olahraga merupakan perwujudan dari nilai-nilai sosial, tidak semata-mata hanya untuk mencari keuntungan. Ideologi yang kedua adalah [[reformisme]], atau biasa disebut dengan sosial demokrasi. Kaum reformis berpedoman pada kesejahteraan sosial dan kesetaraan. Pemerintahan yang reformis berusaha keras untuk menjadi sentral dalam segala urusan, dan kekuatan dari sentralisasi tersebut digunakan untuk mencapai rekayasa sosial secara positif. Kaum reformis menganggap bahwa olahraga dapat menjadi alat untuk pengembangan sosial dan karena berpedoman pada kesetaraan, maka mereka ingin agar olahraga menjadi bidang yang inklusif sehingga olahraga dapat diikuti oleh penyandang disabilitas, kaum migran yang berbicara dengan banyak bahasa, dan juga kaum perempuan. Kebijakan kaum reformis lebih mengarah kepada pengembangan olahraga di tingkat akar rumput masyarakat, bukan dikendalikan oleh kaum elit. Ideologi ketiga adalah neo liberalisme. Pemerintahan yang neo liberal memberikan kebebasan pada warganya untuk mengorganisir kehidupan sosial mereka serta berusaha mencari keuntungan tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintahan neo liberal tidak mengutamakan perusahaan milik negara karena mereka menganggap bahwa privatisasi akan mencapai efisiensi dan keuntungan yang besar, terlebih lagi mereka pun menerapkan deregulasi industri. Pemerintahan yang berpaham neo liberal menganggap bahwa olahraga merupakan salah satu kendaraan untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah membuat suatu kebijakan olahraga terkait dengan kepentingan kaum elit untuk mengembangkan industri olahraga yang keuntungannya disalurkan untuk pengembangan komunitas olahraga. Ideologi yang keempat adalah [[sosialisme]]. Kaum sosialis beranggapan bahwa privatisasi serta pasar yang regulasinya tidak diatur oleh pemerintah akan mengakibatkan ketidaksetaraan ekonomi serta keterasingan kaum pekerja terhadap pekerjaannya. Mereka menganggap bahwa olahraga merupakan lembaga sosial yang sangat penting, dan peraturan mengenai olahraga sebaiknya ditetapkan oleh pemerintah untuk menciptakan keadilan. Selain itu, bantuan pemerintah pun sangat dibutuhkan dalam hal pengembangan serta perbaikan fasilitas olahraga. <ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=21-23|url-status=live}}</ref>
Baris 137 ⟶ 133:
▲Secara umum, pemerintah mesti terlibat dalam bidang olahraga yang dapat menghasilkan manfaat secara sosial; ekonomi; serta politik. Sebagai contoh, kegiatan olahraga selain menyehatkan badan, juga dapat mempererat ikatan sosial. Hal tersebut pun dapat memacu aktivitas ekonomi. Bagi pemerintah, kegiatan olahraga mampu menumbuhkan rasa cinta tanahair dan kesetiakawanan antar sesama warganegara. Dengan adanya ikatan sosial semacam itu diharapkan masyarakat yang kompak dapat membantu pemerintah dalam mensukseskan program-program pembangunan negara. biar bagaimanapun juga, kebijakan pemerintah dalam olahraga sangat dibutuhkan. Pemerintah dapat berperan aktif mendukung olahraga dengan berbagai cara. Pertama, pemerintah memberikan dukungan dari segi dana serta sarana dan prasarana olahraga. Perbaikan dan pembangunan sarana olahraga bukan hanya sebagai fasilitas saja, tetapi sebagai persiapan menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga. Kedua, pemerintah dapat terlibat dalam kegiatan pengembangan olahraga seperti pembangunan pusat pelatihan serta fasilitas kesehatan bagi atlet. Ketiga, pemerintah dapat menciptakan program-program yang mengarah kepada ajakan untuk menerapkan pola hidup sehat. Keempat, pemerintah melalui regulasinya dapat mengatur masalah penggunaan doping beserta sanksinya.<ref name=":3">{{Cite book|last=Smith|first=Aaron C.T|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sport_Marketing/BnjfBQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sport+marketing&pg=PA168&printsec=frontcover|title=Introduction to Sport Marketing|location=Routledge|publisher=New York|isbn=978-1-315-77676-7|pages=20|url-status=live}}</ref>
▲Keberadaan organisasi nirlaba atau swadaya masyarakat dapat mengisi celah antara swasta yang berorientasi kepada keuntungan dan pemerintah. Organisasi nirlaba harus pandai mencari dana secara mandiri karena tidak disokong oleh pemerintah, dan dalam menjalankan kegiatannya, organisasi tersebut memberdayakan para relawan.<ref name=":3" />
▲Biar bagaimanapun juga, organisasi nirlaba membutuhkan dana agar program-program organisasi dapat berjalan. Pengertian nirlaba dalam konteks ini bukan berarti tidak mencari keuntungan, namun prioritas utama organisasi bukanlah mencari keuntungan pribadi.<ref>{{Cite book|last=Hoye|first=Rusell|date=2015|url=https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PHED398/Sport%20Management%20Readings/Sport%20Management%20Principles%20and%20Applications%204th%20Edition%20%5BDr.Soc%5D.pdf|title=Sport Management|location=New York|publisher=Routledge|isbn=978-1-315-73337-1|pages=34|url-status=live}}</ref>
== Referensi ==
|