Kemandirian pangan di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Agung Snd (bicara | kontrib)
Agung Snd (bicara | kontrib)
Baris 82:
# Penanganan [[pascapanen]] yang masih belum optimal.<ref>{{Cite web|date=2019|title=Tantangan dan Peluang Menuju Pertanian Berkelanjutan : SEMNAS Pertanian 2019|url=https://faperta.unmul.ac.id/web/tantangan-dan-peluang-menuju-pertanian-berkelanjutan-semnas-pertanian-2019/|website=Faperta UNMUL|access-date=28 Februari 2022}}</ref>
 
=== Pandemi, perubahan iklim, dan peran teknologi informasi ===
=== Tantangan aktual ===
Pada dasarnya tantangan atau permasalahan pangan di atas bisa dikatakan sebagai permasalahan klasik karena pembahasannya hampir mirip dari tahun ke tahun. Kemajuan teknologi dan perubahan kondisi lingkungan di sisi lain telah menghadirkan tantangan yang lebih kompleks seperti potensi pandemi yang berulang, [[perubahan iklim]], hingga disrupsi [[teknologi informasi]].
 
Pandemi [[Penyakit koronavirus 2019|Covid-19]] menunjukkan betapa rentannya sistem pertanian negara-negara pada umumnya, sedangkan potensi terulangnya bencana serupa semakin terbuka. [[Koronavirus|Coronavirus]] sendiri memperlihatkan sejumlah varian yang terus berubah dengan kemampuan spesifik yang juga berbeda-beda.<ref>{{Cite web|date=16 Oktober 2020|title=World Food Day 2020: Covid 19 pandemic exposes the fragility of the food system, giving birth to food heroes|url=https://www.fao.org/indonesia/news/detail-events/en/c/1314835/|website=FAO|access-date=28 Februari 2022}}</ref><ref>{{Cite news|date=10 Desember 2022|title=Covid-19: Mungkinkah muncul varian baru yang berbahaya di Indonesia?|url=https://www.bbc.com/indonesia/majalah-59597453|work=BBC Indonesia|access-date=28 Februari 2022}}</ref><ref>{{Cite news|date=31 Januari 2022|title=Eks Direktur WHO Minta Awasi Varian Baru Covid-19 Bernama NeoCov|url=https://nasional.tempo.co/read/1555767/eks-direktur-who-minta-awasi-varian-baru-covid-19-bernama-neocov|work=Tempo.co|access-date=28 Februari 2022}}</ref> Hal itu tentu memerlukan sebuah antisipasi ketersediaan pangan yang terus menerus untuk menyesuaikan antara kebutuhan yang konsisten meningkat dengan tingkat produktivitas yang mungkin terganggu. Kesulitan semakin bertambah apabila dikaitkan dengan perubahan iklim yang berdampak pada cuaca yang sulit diprediksi dan respon [[Ekosistem laut|ekosistem]] yang masih belum diketahui.<ref>{{Cite news|date=14 Februari 2022|title=Perubahan Iklim Ancam Sektor Pertanian Indonesia|url=https://money.kompas.com/read/2022/02/14/190000826/perubahan-iklim-ancam-sektor-pertanian-indonesia?page=all|work=Kompas.com|access-date=28 Februari 2022}}</ref><ref>{{Cite news|date=25 Februari 2022|title=6 Efek Perubahan Iklim terhadap Terumbu Karang|url=https://www.kompas.com/sains/read/2022/02/25/110200723/6-efek-perubahan-iklim-terhadap-terumbu-karang?page=all|work=Kompas.com|access-date=28 Februari 2022}}</ref>Kemajuan teknologi informasi yang terjadi saat ini dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk menanggapi permasalahan. Akan tetapi jika pengelolaan dan penguasaannya masih lambat maka teknologi tersebut hanya akan memperlebar kesenjangan.<ref>{{Cite web|date=2011|title=Desa Informasi, Ambisi Bikin Desa Melek Teknologi|url=https://www.kominfo.go.id/content/detail/1663/desa-informasi-ambisi-bikin-desa-melek-teknologi/0/sorotan_media|website=Kominfo RI|access-date=28 Februari 2022}}</ref><ref>{{Cite news|date=14 Februari 2022|title=Kesenjangan Indonesia Makin Nyata! 12.548 Desa Belum Ada Internet|url=https://teknologi.bisnis.com/read/20220214/101/1500104/kesenjangan-indonesia-makin-nyata-12548-desa-belum-ada-internet|work=Bisnis.com|access-date=28 Februari 2022}}</ref>Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Thailand dalam meraih pencapaian produktivitas pertaniannya adalah teknologi informasi.<ref name=":13" />
 
[[Organisasi Pangan dan Pertanian|FAO]] menyampaikan beberapa pedoman tentang bagaimana sebuah negara membangun kemandirian pangan sambil mengantisipasi dinamika perubahan yang terjadi. Meskipun kasus yang dibahas terjadi di kawasan Afrika Timur Dekat dan Afrika Utara, tetapi poin-poin yang terangkum dalam empat pilar di dalamnya dapat diterapkan di negara lain. Keempat pilar tersebut yaitu:<ref name=":2" />
 
* ''Tata kelola'' ''pemerintahan'' dalam membuat kebijakan berbasis kemandirian yang fokus terhadap ketahanan pangan dan gizi, dengan melibatkan sektor swasta dan masyarakat.
* ''[[Sistem informasi]] ketahanan pangan'' .untuk memantau dan mempermudah akses pangan warga.
* ''Pencegahan dan pengurangan risiko'' untuk [[Mitigasi bencana|memitigasi]] dan mengurangi dampak buruk sebuah perubahan atau guncangan.
* ''Tanggapan dan kesiapan'' untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi permasalahan pangan; dengan cara menjembatani kesenjangan antara ketergantungan pada bantuan dan kemampuan diri sendiri.<ref name=":2" />