Naskah Sinkang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'right|thumb|200px|Sebuah kontrak yang ditulis dalam [[bahasa Tionghoa dan Sinkang, tahun 1784.]] '''Naskah Sinkang''' ({{zh|t=新港文書|p=Xīngǎng wénshū|w=Hsin-kang wen-shu}}; juga dieja '''Sinkan''' atau '''Sinckan''') adalah kumpulan catatan sewa, hipotek, dan perjanjian perdagangan lainnya yang ditulis dalam bahasa Sinkang, Taivoan, dan Makatao. Naskah-naskah...' |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
[[Berkas:Xingang Writing.jpg|right|thumb|200px|Sebuah kontrak yang ditulis dalam [[bahasa Tionghoa]] dan [[Bahasa Sinkang|Sinkang]], tahun 1784.]]
'''Naskah Sinkang''' ({{zh|t=新港文書|p=Xīngǎng wénshū|w=Hsin-kang wen-shu}}; juga dieja '''Sinkan''' atau '''Sinckan''') adalah kumpulan catatan sewa, [[hipotek]], dan perjanjian perdagangan lainnya yang ditulis dalam [[bahasa Sinkang]], [[Bahasa Taivoan|Taivoan]], dan [[Bahasa Makatao|Makatao]]. Naskah-naskah ini juga biasanya disebut sebagai
== Sejarah ==
Baris 6:
Bahasa Sinkang dituturkan oleh penutur bahasa Siraya yang bermukim di tempat yang sekarang disebut [[Tainan]]. Selama waktu ketika Taiwan berada di bawah pemerintahan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] atau VOC ([[Formosa Belanda]] 1624–1662), misionaris Belanda belajar Sinkang untuk memfasilitasi pekerjaan misionaris dan urusan pemerintahan. Mereka juga membuat sistem romanisasi untuk [[Rumpun bahasa Formosa|bahasa-bahasa Formosa]] dan menyusun kamus dwibahasa, mengajari penduduk pribumi cara menulis bahasa sendiri.
Pada tahun 1625, [[Maarten Sonck]], yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Formosa Belanda, meminta agar Belanda mengirim dua hingga tiga misionaris ke Taiwan dengan tujuan untuk mempertobatkan penduduk asli. Namun, kelompok pertama yang tiba adalah misionaris tamu yang tidak memiliki wewenang untuk melakukan upacara pembaptisan. Baru pada bulan Juni 1627 pendeta sejati pertama, Pendeta [[Georgius Candidius]], tiba, di mana pekerjaan misionaris di Taiwan dimulai dengan sungguh-sungguh. Daerah pertama yang menjadi sasaran, pemukiman Sinkang (kini [[Distrik Sinshih, Tainan|Sinshih]]), memiliki banyak pemeluk Kristen baru, pada tahun 1630.
Pada tahun 1636, Pemerintah Belanda memulai sebuah sekolah untuk penutur Sinkang yang tidak hanya menampilkan pelajaran agama, tetapi juga menyediakan sekolah sastra Barat. Karena Belanda menganjurkan agar pekerjaan misionaris dilakukan dalam [[bahasa ibu]], sekolah itu diajarkan dalam bahasa Sinkang. Seorang misionaris bernama [[Robertus Junius]] mencatat laporan sekolah pada tahun 1643 bahwa sekolah Sinckan telah mendaftarkan 80 siswa, 24 di antaranya belajar menulis dan 8 hingga 10 memiliki tulisan tangan yang bagus, sementara di sekolah tetangga Baccaluan (kini [[Distrik Anding, Tainan|Anding]]), ada 90 siswa, yang 8 siswa tahu cara menulis.
|