Al-Ghazali: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan tulisan dan rujukan |
|||
Baris 34:
“''Al Ghozzali bermakna Al Ghozzal yakni tukang tenun. Demikian pula Al-‘Atthori yang bermakna tukang parfum dan Al Khobbazi yang bermakna tukang roti menurut istilah penduduk Khurosan. Demikianlah yang beliau katakan dalam kitab Al ‘Ibar. Al Isnawi berkata dalam Thobaqotnya, Al Ghozzali adalah seorang imam yang dengan namanya dada menjadi lapang, jiwa menjadi hidup, tinta-tinta menjadi berbangga ketika menulis namanya, kertas-kertas terguncang mendengar namanya, suara-suara akan jadi khusyuk dan kepala-kepala akan tertunduk. Beliau dilahirkan di Thus tahun 450 H. Ayahnya menenun bulu dan menjualnya di tokonya''.<ref>{{Cite web|url=http://irtaqi.net/2016/10/31/al-ghozali-ataukah-al-ghozzali/|title=AL-GHOZALI ATAUKAH AL-GHOZZALI?|last=Admin|date=2016-10-31|website=IRTAQI {{!}} Jadilah Benih Kebangkitan Islam|access-date=2016-11-12}}</ref>”
== Kelahiran ==
Al-Ghazali lahir di Tus, [[Khorasan Raya|Khurasan]]. Wilayah kelahirannya dekat dengan Meshded. Pada masa lalu, wilayah ini merupakan bekas [[Kekaisaran Persia]]. Al-Ghazali hidup dalam masa pemerintahan [[Kekhalifahan Abbasiyah]] yang memerintah daerah ini sejak abad ke-8 Masehi. Wilayah tempat tinggal al-Ghazali merupakan tempat berkumpul dari para penyair, dan penulis sekaligus pengajar keagamaan.<ref name=":0">{{Cite book|last=Smith|first=Margareth|date=2000|url=http://repository.uinsu.ac.id/2888/1/Pemikiran%20dan%20doktrin%20mistis.pdf|title=Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam Al-Ghazali|location=Jakarta|publisher=Riora Cipta|isbn=979-95936-0-3|pages=1|url-status=live}}</ref>
Tus yang menjadi tempat kelahiran dari al-Ghazali merupakan sebuah kota yang berukuran besar. Kota ini memiliki kepadatan [[penduduk]] yang tinggi dan tata ruang bangunan yang rapi. Jumlah penduduknya lebih banyak dari dua kota di dekatnya, yaitu Thabaristan dan Nawqan. Lingkungan kota Tus dikelilingi oleh pepohonan yang tumbuh dengan subur. Sekeliling kota merupakan wilayah pengunungan yang mengandung banyak mineral.<ref name=":0" /> [[Kampung|Perkampungan]] tempat kelahiran al-Ghazali bernama Ghazaleh. Al-Ghazali lahir pada tahun 450 Hijriah atau sekitar tahun 1059 Masehi. {{Sfn|Saepuddin|2019|p=17}}
== Sifat Pribadi ==
Baris 39 ⟶ 44:
== Pendidikan ==
Pendidikan dari al-Ghazali sangat diperhatikan oleh ayahnya. Ayahnya sendiri tidak dapat membaca dan keluarganya hidup dalam kemiskinan. Sebelum kematian ayahnya, al-Ghazali dititipkan kepada salah seorang sahabatnya agar mengurus persoalan pendidikan dari al-Ghazali dan saudaranya yang bernama Ahmad.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=18}}
Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan dia menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, dia mula mempelajari ilmu [[ushuluddin]], ilmu [[mantiq]], usul [[fiqih]],[[filsafat]], dan mempelajari segala pendapat keeempat [[mazhab]] hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu [[fiqih]], Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di [[Naisabur]]. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah dilantik menjadi mahaguru di [[Madrasah Nizhamiyah]] (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di [[Baghdad]] pada tahun 484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti [[Mekkah]], [[Madinah]], [[Mesir]] dan [[Jerusalem]] untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia menulis kitab ''[[Ihya Ulumuddin]]'' yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.▼
▲Al-Ghazali menempuh pendidikan dasar di kota Tus.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=17}} Ia mulai belajar ilmu agama tingkat dasar dari seorang guru bernama Ahmad bin Muhammad Razkafi.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=18}} Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan dia menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, dia mula mempelajari ilmu [[ushuluddin]], ilmu [[mantiq]], usul [[fiqih]],[[filsafat]], dan mempelajari segala pendapat keeempat [[mazhab]] hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu [[fiqih]], Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di [[Naisabur]]. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah dilantik menjadi mahaguru di [[Madrasah Nizhamiyah]] (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di [[Baghdad]] pada tahun 484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti [[Mekkah]], [[Madinah]], [[Mesir]] dan [[Jerusalem]] untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia menulis kitab ''[[Ihya Ulumuddin]]'' yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
=== Tasawuf ===
Baris 58 ⟶ 65:
* ''Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq'' (''The Touchstone of Proof in Logic)''
==
Al-Ghazali merupakan salah satu filsuf [[muslim]] klasik. Ia menolak pernyataan dari filsuf muslim klasik lainnya yang mengatakan bahwa [[alam]] itu tidak berawal. Pernyataan ini dikemukakan oleh [[Ibnu Sina]] dan [[al-Farabi]]. Pandangan ini membuat al-Ghazali menganggap kedua tokoh ini telah kafir. Al-Ghazali menyampaikan hal ini dalam ''[[Tahafut al-Falasifah]]'' disertai dengan [[argumentasi]] dan [[dalil]] yang kuat.<ref>{{Cite book|last=Nuruddin|first=Muhammad|date=2021|title=Ilmu Maqulat dan Esai-Esai Pilihan Seputar Logika, Kalam dan Filsafat|location=Depok|publisher=Keira|isbn=978-623-7754-24-4|pages=33|url-status=live}}</ref> ▼
=== Filsafat alam ===
▲Al-Ghazali merupakan salah satu filsuf [[muslim]] klasik. Ia menolak pernyataan dari filsuf muslim klasik lainnya yang mengatakan bahwa [[alam]] itu tidak berawal. Pernyataan ini dikemukakan oleh [[Ibnu Sina]] dan [[al-Farabi]]. Pandangan ini membuat al-Ghazali menganggap kedua tokoh ini telah kafir. Al-Ghazali menyampaikan hal ini dalam ''[[Tahafut al-Falasifah]]'' disertai dengan [[argumentasi]] dan [[dalil]] yang kuat.<ref>{{Cite book|last=Nuruddin|first=Muhammad|date=2021|title=Ilmu Maqulat dan Esai-Esai Pilihan Seputar Logika, Kalam dan Filsafat|location=Depok|publisher=Keira|isbn=978-623-7754-24-4|pages=33|url-status=live}}</ref>
== Pemikiran tentang pendidikan ==
=== Pendidikan dan pengajaran ===
Dalam pemikiran al-Ghazali, pengajaran dan pendidikan merupakan penyebab manusia memperoleh derajat yang tinggi di antara makhluk ciptaan lainnya di Bumi. Manusia menjadi terhormat karena memiliki ilmu dan amal.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=14}}
=== Kurikulum ===
Al-Ghazali menyusun sebuah [[organisasi]] dalam kurikulum yang disebut kurikulum inti. Kurikulum ini berlaku bagi keagamaan maupun keduniawian. Dalam pandangan Al-Ghazali, mata pelajaran di dalam kurikulum bersifat terpisah. Masing-masing mata pelajaran memiliki subjek yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Namun, masing-masing tetap memiliki hubungan satu sama lain. Al-Ghazali menganggap bahwa ilmu merupakan bagian-bagian yang terpisah yang tersusun menjadi sebuah kesatuan. Ia membagi ilmu [[fardu kifayah]], ilmu [[fardu ain]] dan ilmu [[mubah]]. Tujuan pembagian ilmu ini sebagai bentuk pemilihan pengetahuan yang dibutuhkan oleh masyarakat muslim dan pengatahuan yang menjadi syarat untuk mempelajari dan melengkapinya.{{Sfn|Sabda|2008|p=101}}
Al-Ghazali menetapkan ilmu-ilmu pokok keagamaan sebagai ilmu fardu ain. Ilmu ini menjadi pusat perhatian utama dalam [[pendidikan]]. Ilmu fardu ain ini menjadi pengarah dan pengendali bagi pengembangan bidang keilmuan yang lainnya. Sedangkan ilmu fardu kifayah dan ilmu mubah menjadi dasar bagi pengembangan ilmu yang lainnya.{{Sfn|Sabda|2008|p=101-102}}
=== Pendidikan karakter ===
Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh Islam yang sangat memperhatikan pendidikan karakter. Ia menyatakan bahwa pendidikan Islam harus mengaktifkan potensi rohani dari peserta didik bersama dengan potensi jasmani yang dimilikinya. Pemikiran-pemikiran dari al-Ghazali mengenai pendidikan karakter dikemukakannya dalam karya-karyanya, antara lain yaitu ''Ihya Ulumuddin'' dan ''Ayyuha al-Walad''. Pembahasan yang lengkap mengenai pendidikan karakter disampaikannya dalam ''Ayyuha al-Walad.''{{Sfn|Saepuddin|2019|p=V}}
Al-Ghazali meyakini bahwa pendidikan karakter merupakan inti dari pendidikan. Ia memperingatkan kepada para pendidik agar tidak berucap sesuatu yang tidak sesuai dengan tindakannya. Al-Ghazali mengutamakan pendidikan akhlak yang mulai dan penghindaran akhlak yang buruk. Teladan dalam pendidikan akhlak ini adalah Nabi Muhammad.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=V}}
Al-Ghazali meyakini bahwa perbuatan anak-anak ditentukan oleh kebiasaan yang diajarkan kepadanya. Bila ia dibiasakan untuk berbuat baik, maka ia akan melakukan perbuatan baik. Sebaliknya, jika ia dibiasakan berbuat buruk, maka ia akan melakukan perbuatan buruk.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=12}}
== Karya ==
=== Ayyuha al-Walad ===
Ayyuha al-Walad merupakan karya dari al-Ghazali yang berisi nasihat dalam membedakan jenis ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Nasihat ini khususnya ditujukan kepada para pelajar.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=13-14}}
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|last=Sabda|first=Syaifuddin|date=2008|url=https://www.researchgate.net/profile/Syaifuddin-Sabda/publication/338158613_KONSEP_KURIKULUM_PENDIDIKAN_ISLAM_REFLEKSI_PEMIKIRAN_AL-GHAZALI/links/5e02e92b92851c8364992d19/KONSEP-KURIKULUM-PENDIDIKAN-ISLAM-REFLEKSI-PEMIKIRAN-AL-GHAZALI.pdf|title=Konsep Kurikulum Pendidikan Islam: Refleksi Pemikiran Al-Ghazali|location=Banjarmasin|publisher=Antasari Press|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Saepuddin|date=2019|url=https://stainsarpress.stainkepri.ac.id/assets/admin/bower_components/kcfinder/upload/files/SAEPUDDIN/SAEPUDDIN%20PENDIDIKAN%20KARAKTER.pdf|title=Konsep Pendidikan Karakter dan Urgensinya dalam Pembentukan Pribadi Muslim Menurut Imam Al-Ghazali: Telaah atas Kitab Ayyuha al Walad Fi Nashihati al Muta’allimin Wa Mau’izhatihim Liya’lamuu Wa Yumayyizuu ‘Ilman Nafi’an|location=Bintan|publisher=STAIN Sultan Abdurrahman Press|isbn=978-623-91002-1-6|editor-last=Saepuddin dan Septian, D.|ref={{sfnref|Saepuddin|2019}}|url-status=live}}
== Bacaan lanjutan ==
|