Alexander Andries Maramis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaufalF (bicara | kontrib)
Kanzcech (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 68:
}}
 
[[Doktor honoris causa|Dr. (H.C.)]] [[Mr.]] '''Alexander Andries Maramis''' atau lebih dikenal dengan '''A.A. Maramis''' ({{lahirmati|[[Manado]], [[Sulawesi Utara]]|20|6|1897|[[Jakarta]]|31|7|1977}}) adalah pejuang kemerdekaan [[Indonesia]] dan [[Pahlawan Nasional Indonesia|pahlawan nasional]]. Dia pernah menjadi anggota [[BPUPKI]] dan [[KNIP]]. Ia juga pernah menjadi [[Daftar Menteri Keuangan Republik Indonesia|Menteri Keuangan Indonesia]] dan merupakan orang yang menandatangani [[Oeang Republik Indonesia]] pertama. Keponakan [[Maria Walanda Maramis]] ini menyelesaikan pendidikannya dalamdi bidang hukum pada tahun [[1924]] di [[Belanda]].
 
== Kehidupan awal ==
 
Alexander Andries Maramis lahir di [[Kota Manado|Manado]], [[Sulawesi Utara]] pada tanggal 20 Juni 1897. Ayahnya bernama Andries Alexander Maramis (nama pertama dan tengah dibalik) dan ibunya bernama Charlotte Ticoalu.<ref>[[#Sulistiyo2012|Sulistiyo (2012)]].</ref> Tantenya adalah [[Pahlawan Nasional Indonesia]] [[Maria Walanda Maramis]].<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 5.</ref> Alex Maramis belajar di sekolah dasar bahasa [[Belanda]] (''[[Europeesche Lagere School]]'', ELS) di Manado.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 10.</ref> Dia kemudian masuk sekolah menengah Belanda (''Hogere burgerschool'', HBS) di [[Batavia]] (sekarang Jakarta) di mana dia bertemu dan berteman dengan [[Arnold Mononutu]] yang juga dari [[Minahasa]] dan [[Achmad Soebardjo]].<ref>[[#Idris1982|Idris (1982)]], p. 160.</ref><ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 15.</ref>
 
Pada tahun 1919, Maramis berangkat ke Belanda dan belajar hukum di [[Universitas Leiden]].<ref>[[#Massier2008|Massier (2008)]], p. 139.</ref> Selama di [[Leiden]], Maramis terlibat dalam organisasi mahasiswa [[Perhimpunan Indonesia]] (''Indische Vereeniging''). Pada tahun 1924, ia terpilih sebagai sekretaris perhimpunan tersebut.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 47.</ref> Maramis lulus dengan gelar "[[Meester in de Rechten]]" (Mr.) pada tahun 1924.<ref>[[#Otterspeer1989|Otterspeer (1989)]], p. 261.</ref> Ia kemudian kembali ke Indonesia dan memulai kariernya sebagai pengacara di [[Pengadilan Negeri]] di [[Kota Semarang|Semarang]] pada tahun 1925.<ref>[[#Lev2000|Lev (2000)]], p. 260.</ref><ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 42.</ref> Setahun kemudian ia pindah ke Pengadilan Negeri di [[Kota Palembang|Palembang]].<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 43.</ref>
Baris 80:
[[Berkas:KITLV - 25245 - Vooraanstaande Indonesiers te Batavia.jpg|jmpl|kiri|200px|Maramis (tengah) di belakang Soekarno]]
 
Maramis diangkat sebagai anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan]] (BPUPK) yang dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. DalamDi badan ini, Maramis termasuk dalam [[Panitia Sembilan]]. Panitia ini ditugaskan untuk merumuskan dasar negara dengan berusaha menghimpun nilai-nilai utama dari prinsip ideologis [[Pancasila]] yang digariskan oleh [[Soekarno]] dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945.<ref>[[#Elson2009|Elson (2009)]], p. 112.</ref> Rumusan ini dikenal dengan nama [[Piagam Jakarta]]. Maramis mengusulkan perubahan butir pertama Pancasila kepada [[Drs. Mohammad Hatta]] setelah berkonsultasi dengan [[Teuku Muhammad Hasan|Teuku Muhammad Hassan]], [[Kasman Singodimedjo]] dan [[Ki Bagus Hadikusumo]].{{cn}} Pada tanggal 11 Juli 1945 dalam salah satu rapat pleno BPUPKI, Maramis ditunjuk sebagai anggota Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang ditugaskan untuk membuat perubahan-perubahan tertentu sebelum disetujui oleh semua anggota BPUPKI.<ref>[[#Massier2008|Massier (2008)]], p. 180.</ref> Pada tahun [[1976]] bersama Hatta, [[Abdoel Gaffar Pringgodigdo|A.G. Pringgodigdo]], [[Sunario Sastrowardoyo]], dan Soebardjo, Maramis termasuk dalam "Panitia Lima" yang ditugaskan Presiden [[Suharto]] untuk mendokumentasikan perumusan [[Pancasila]].<ref>[[#Elson2009|Elson (2009)]], p. 123.</ref>
 
== Menteri Keuangan ==
Baris 88:
[[Berkas:AA Maramis with Sam Ratulangi.jpg|jmpl|ka|200px|Maramis bersama [[Sam Ratulangi|Ratulangi]]]]
 
Maramis diangkat sebagai [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]] dalam [[Kabinet Presidensial|kabinet Indonesia pertama]] pada tanggal 26 September 1945. Ia menggantikan [[Samsi Sastrawidagda]] yang pada awalnya diberi jabatan tersebut pada waktu kabinet dibentuk pada tanggal 2 September 1945. Sastrawidagda mengundurkan diri setelah hanya menjabat selama dua minggu karena sakitnyasakit.<ref>[[#Anwar2009|Anwar (2009)]], p. 115.</ref> Sastrawidagda adalah orang pertama yang ditunjuk sebagai Menteri Keuangan Indonesia, tetapi karena waktunya yang sangat singkat, Maramis dapat dianggap, secara ''de facto'', sebagai Menteri Keuangan Indonesia pertama.
 
Sebagai Menteri Keuangan, Maramis berperan penting dalam pengembangan dan pencetakan [[Uang kertas rupiah|uang kertas]] Indonesia pertama atau [[Oeang Republik Indonesia]] (ORI). Dibutuhkan waktu satu tahun sebelum uang kertas ini bisa dikeluarkan secara resmi pada tanggal 30 Oktober 1946. Nota-nota ini menggantikan uang kertas Jepang yang diedarkan oleh pemerintah Hindia Belanda ([[NICA]]).<ref>[[#Anwar2009|Anwar (2009)]], p. 116.</ref><ref>[[#Lindblad2008|Lindblad (2008)]], p. 62.</ref> Uang dikeluarkan untuk denominasi 1, 5, dan 10 sen, dengan ditambah ½, 1, 5, 10, dan 100 rupiah. Tanda tangan Maramis sebagai Menteri Keuangan terdapat dalam cetakan uang-uang kertas ini.
 
Maramis menjabat sebagai Menteri Keuangan beberapa kali lagi, secara berurutan dalam [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] pada tanggal 3 Juli 1947,<ref>[[#Anderson1972|Anderson (1972)]], p. 398.</ref> [[Kabinet Amir Sjarifuddin II]] pada tanggal 12 November 1947,<ref>[[#Finch1965|Finch and Lev (1965)]], p. 12.</ref> dan [[Kabinet Hatta I]] pada tanggal 29 Januari 1948.<ref>[[#Aritorang2008|Aritorang and Steenbrink (2008)]], p. 192.</ref> Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda memulai [[Agresi Militer Belanda II]] pada saat pemerintahan Hatta. Soekarno, Hatta, dan pejabat pemerintahan lainnya yang berada di [[Yogyakarta]] ditangkap dan diasingkan ke [[Pulau Bangka]]. Maramis pada saat itu sedang berada di [[New Delhi]], [[India]]. Dia menerima kawat dari Hatta sebelum Hatta ditangkap dengan instruksi untuk membentuk pemerintahan darurat di pengasingan di India seandainya [[Sjafruddin Prawiranegara]] tidak dapat membentuk pemerintahan darurat di [[Sumatra]].<ref>[[#Pour2010|Pour (2010)]], p. 70.</ref> Prawiranegara mampu membentuk [[Pemerintah Darurat Republik Indonesia]] dan [[Kabinet Darurat]] di mana Maramis diangkat sebagai [[Menteri Luar Negeri]]. Setelah Soekarno dan Hatta dibebaskan, Prawiranegara mengembalikan pemerintahan kepada Hatta pada tanggal 13 Juli 1949 dan Maramis kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Baris 98:
Di antara tahun 1950 dan 1960, Maramis pernah mewakili Indonesia sebagai Duta Besar untuk empat negara: [[Filipina]], [[Finlandia]], [[Jerman Barat]], dan [[Uni Soviet]]. Sebelumnya pada tanggal 1 Agustus 1949, ia diangkat sebagai Duta Istimewa yang bertanggung jawab untuk mengawasi perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri.<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 80.</ref> Pada saat itu, perwakilan Indonesia terdapat di [[Bangkok]], [[Canberra]], [[Kabul]], [[Kairo]], [[Karachi]], [[London]], [[Manila]], [[New Delhi]], [[Penang]], [[Rangoon]], [[Singapura]], [[Washington, D.C.]], dan di kantor [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)]] di [[Lake Success, New York|Lake Success]] di [[Amerika Serikat]]. Karena Maramis dalam tugas pengawasannya terus berada di luar negeri, ia diikutsertakan dalam delegasi Republik Indonesia untuk [[Konferensi Meja Bundar]] sebagai penasehat.<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 83.</ref>
 
Pada tanggal 25 Januari 1950, Maramis diangkat sebagai [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Filipina|Duta Besar Indonesia untuk Filipina]] terhitung mulai tanggal 1 Februari 1950.<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 83.</ref><ref>[[#Anwar2009|Anwar (2009)]], p. 120.</ref> Maramis menjabat sebagai duta besar Indonesia di Manila selama tiga tahun. Pada tanggal 10 April 1953, Maramis diangkat sebagai [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Jerman|Duta Besar Indonesia untuk Jerman Barat]] terhitung mulai tanggal 1 Mei 1953.<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 86.</ref><ref>[[#Careers1953|Careers Institute (1953)]], p. 61.</ref> Pada awal tahun 1956, Maramis kembali ke Jakarta dan menjabat sebagai Kepala Direktorat Asia/Pasifik di [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|Kementerian Luar Negeri]]. Jabatan ini hanya diembannya selama beberapa bulan, karena ia diberi tugas baru sebagai [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia|Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet]] terhitung tanggal 1 Oktober 1956.<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 86.</ref><ref>[[#Khrushchev2007|Khrushchev (2007)]], p. 807.</ref> Dua tahun kemudian, Maramis mendapat tugas perangkapan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Finlandia dengan kedudukan tetap di [[Moskwa]].<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 86.</ref> Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai duta besar untuk Uni Soviet dan Finlandia, Maramis dan keluarganya menetap di [[Swiss]].<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 89.</ref> Dia sedang menetap di [[Lugano]] pada saat sebelum dia kembali ke Indonesia pada tahun 1976.<ref>[[#Parengkuan1982|Parengkuan (1982)]], p. 92.</ref>
 
== Wafat ==
 
Setelah hampir 20 tahun tinggal di luar Indonesia, Maramis menyatakan keinginannya untuk kembali ke Indonesia. Pemerintah Indonesia mengatur agar ia bisa kembali dan pada tanggal 27 Juni 1976 ia tiba di Jakarta.<ref>[[#TEMPO1977|TEMPO (1977)]].</ref> Di antara para penyambut di bandara adalah teman-teman lamanya Soebardjo dan Mononutu, dan juga [[Siti Rahmawati Hatta|Rahmi Hatta]] (istri Mohammad Hatta).<ref>[[#TEMPO1976|TEMPO (1976)]].</ref> Pada bulan Mei 1977, ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami perdarahanpendarahan. Maramis meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1977 di [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto]], hanya 13 bulan setelah ia kembali ke Indonesia.<ref>[[#JPRS1977|Joint Publications Research Service (1977)]], p. ii.</ref> Jenazahnya disemayamkan di Ruang Pancasila [[Departemen Luar Negeri]] dan dilanjutkan dengan upacara militer dan kemudian pemakaman di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]].<ref>[[#TEMPO1977|TEMPO (1977)]].</ref>
 
== Penghargaan ==
Baris 109:
[[Berkas:Gedung Departemen Keuangan RI.jpg|jmpl|ka|200px|Kantor Kementerian Keuangan yang dinamakan Gedung "A.A. Maramis"]]
 
Pada saat menjabat sebegai Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Maramis menerima gelar Doktor ''Honoris Causa'' dari [[Universitas Far Eastern]] di Manila pada tahun 1950.<ref>[[#Perpusnas1950|Perpusnas (1950)]].</ref> Pada tanggal 15 Februari 1961, Maramis dianugerahi penghargaan [[Bintang Mahaputra Utama]] dan pada tanggal 5 Oktober 1963 ia dianugerahi penghargaan [[Bintang Gerilya]].<ref>[[#TEMPO1976|TEMPO (1976)]].</ref> Maramis secara anumerta dianugerahi [[Bintang Republik Indonesia Utama]] pada tanggal 12 Agustus 1992.<ref>[[#GATRA2012|GATRA (2012)]].</ref> Pada tanggal 30 Oktober 2007, Maramis diakui oleh [[Museum Rekor Dunia Indonesia]] sebagai Menteri Keuangan yang tanda tangannya tertera pada uang kertas yang paling banyak. Di antara tahun 1945 dan 1947, tanda tangannya tertera pada 15 uang kertas yang berbeda.<ref>[[#Raharjo2007|Raharjo (2007)]].</ref>
 
Pada tanggal 8 November 2019, Alexander Andries Maramis dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]] dalam sebuah upacara di [[Istana Negara]].<ref>[[#CNN2019|CNN Indonesia (2019)]].</ref> Yang menerima penghargaan mewakili keluarga ahli waris adalah Joan Maramis, cucu dari A. A. Maramis.<ref>[[#SetNeg2019|Kementerian Sekretariat Negara (2019)]].</ref>