Suraprabhawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 28:
Tahun kematian Suraprabhawa kemudian ditemukan dalam prasasti Trailokyapuri yang dikeluarkan oleh [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]]. Menurut prasasti tersebut, Suraprabhawa alias Singhawikramawardhana meninggal tahun 1474.
 
[[Girindrawardhana]] yang menjadi raja [[Majapahit]] tahun 1474 mengaku sebagai putra dan pewaris tahta Singhawikramawardhana. Hal ini dapat diperkuat adanya unsur kata ''Giripati'' dalam gelar abhiseka Singhawikramawardhana yang sama artinya dengan ''Girindra'', yaitu ''raja gunung''.
 
Sebelum itu, pada tahun 1468 Bhre Kertabhumi melakukan [[kudeta]] terhadap Dyah SuraprabhawaSinghawikramawardhana karena ia sebagaiadalah salah satu putra [[Rajasawardhana]], merasa lebih berhak atas takhta [[Majapahit]] dibanding pamannya itu. Meskipun tidak disebut dengan jelas dalam ''[[Pararaton]]'' siapa raja yang sah setelah peristiwa kudeta itu.
 
''[[Pararaton]]'' tidak menyebut dengan jelas kalau [[Bhre Kertabhumi]] adalah raja yang menggantikan Singhawikramawardhana (Dyah Suraprabhawa Bhre Pandansalas). Justru dalam [[kronik Tiongkok]] dari [[Kuil Sam Po Kong]], diketahui kalau '''Kung-ta-bu-mi''' dikalahkan oleh [[Dyah Ranawijaya]] (Brawijaya V) raja [[Majapahit]] yang memerintah sejak tahun 1474. Hal ini diperkuat juga dalam prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi, yang merupakan sepupunya <ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.</ref> dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya dengan [[Kesultanan Demak]], karena penguasa Demak adalah keturunan Bhre Kertabhumi.