Kedokteran hewan di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
RianHS (bicara | kontrib)
Baris 106:
Pada tahun 2010, program studi kedokteran hewan dibuka di [[Universitas Nusa Cendana]] [[Kupang]]<ref>{{cite web|url=https://fkh.undana.ac.id/index.php/in/who-we-are/history|title=Sejarah Singkat|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana|accessdate=9 Januari 2020|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714160308/https://fkh.undana.ac.id/index.php/in/who-we-are/history|dead-url=yes}}</ref> dan [[Universitas Hasanuddin]] [[Makassar]].<ref>{{cite web|url=https://med.unhas.ac.id/kedokteranhewan/index.php/sejarah/|title=Sejarah|website=Universitas Hasanuddin|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Terakhir, [[Universitas Padjadjaran]] [[Bandung]] membuka Program Studi Kedokteran Hewan yang berada di bawah Fakultas Kedokteran pada tahun 2019.<ref>{{cite web|url=http://www.fk.unpad.ac.id/prodi-detail/Mg/MzM|title=Program Studi Kedokteran Hewan|website=Universitas Padjadjaran|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Pada tahun yang sama, pemerintah mengesahkan UU Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan untuk menggantikan UU Nomor 16 Tahun 1992. Dalam UU baru ini, selain mencegah penyakit, [[pejabat karantina]] juga melakukan pengawasan dan pengendalian pada keamanan pangan, keamanan pakan, produk rekayasa genetik, sumber daya genetik, agensia hayati, [[jenis asing invasif]], tumbuhan dan satwa liar, serta [[Daftar tumbuhan dan satwa dilindungi di Indonesia|tumbuhan dan satwa langka]].<ref>{{Cite web|last=Kartika|first=Herny|date=8 Februari 2021|title=Sosialisasi Sistem Perkarantinaan Berdasarkan UU 21 Tahun 2019 di BBKP Surabaya|url=https://karantinasby.pertanian.go.id/2021/02/08/sosialisasi-sistem-perkarantinaan-berdasarkan-uu-21-tahun-2019-di-bbkp-surabaya/|website=Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya|access-date=24 April 2021}}</ref>
 
[[Pandemi Covid-19 di Indonesia]] mendorongmembuka pilihan bagi dokter hewan praktisi untuk mulai menerapkan [[telemedisin]]. Meskipun demikian, penerapannya memiliki beberapa hambatan, di antaranya karakteristik klien, legalitas telemedisin, penentuan biaya, dan penegakan diagnosis.<ref>{{Cite journal|last=Aulia|first=Muhammad Fadly|last2=Budinuryanto|first2=Dwi Cipto|last3=Wismandanu|first3=Okta|date=2021|title=Persepsi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil terhadap Telemedicine di Masa Pandemi Covid-19|url=https://journal.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/34352|journal=Acta Veterinaria Indonesiana|volume=9|issue=2|pages=82–86|doi=10.29244/avi.9.2.82-86|issn=2337-4373}}</ref>
 
== Tokoh terkemuka ==