Kritik terhadap hak cipta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) |
||
Baris 50:
Lawrence Liang, pendiri Alternative Law Forum, menganggap bahwa hak cipta saat ini masih didasarkan pada pengertian yang terlalu sempit tentang "pencipta", yang dianggap jelas dan tak dipersoalkan lagi. Liang mengamati bahwa konsep "pencipta" diasumsikan memiliki makna universal di berbagai lintas budaya dan waktu. Sebaliknya, Liang berpendapat bahwa gagasan pencipta sebagai makhluk yang khas dan transenden, memiliki keaslian jiwa, lahir di Eropa setelah [[Revolusi Industri]], untuk membedakan kepribadian pencipta dari ranah barang produksi massal yang berkembang. Artinya ciptaan yang dibuat oleh "pencipta" dianggap orisinal, dan bersatu dengan doktrin [[Properti|properti (kekayaan)]] yang lazim pada saat itu.<ref name=autogenerated2>{{cite web |url= https://www.countercurrents.org/hr-suresh010205.htm | last = Liang | first = Lawrence | title = Copyright/Copyleft: Myths About Copyright | publisher =Infochangeindia.org |date=February 2005}}</ref>
Liang berpendapat bahwa konsep "pencipta" berkaitan dengan gagasan hak cipta dan muncul untuk mendefiniskan hubungan sosial yang baru – cara masyarakat memandang kepemilikan pengetahuan. Dengan demikian, konsep "pencipta" menaturalisasi proses produksi pengetahuan tertentu yaitu lebih mengutamakan "kepengarangan/kepemilikan individu" daripada konsep "pengetahuan komunitas".<ref name="autogenerated2"/> Bergantung pada konsep pengarang dan kepengarangan (''authorship''), hak cipta tercipta berdasarkan asumsi bahwa jika tak ada kekayaan intelektual, pencipta tidak akan tergerak untuk terus berkarya, dan seniman tidak dapat menciptakan suatu karya baru tanpa adanya insentif ekonomi. Sekali lagi Liang menantang logika ini, dengan menyebut "banyak pencipta yang memiliki sangat sedikit harapan untuk menemukan pasar untuk ciptaan mereka serta hak ciptanya, sehingga seringkali hampir tidak berharga di masa lalu, sehingga mereka terus berkarya."<ref name="autogenerated2" /> Liang menunjukkan bahwa orang menciptakan suatu karya untuk kepuasan pribadi, atau agar dipuji orang-orang di sekitarnya. Liang berpendapat bahwa pada abad ke-19, kepengarangan karya sastra terus berkembang tanpa diikuti hak cipta yang dapat menguntungkan penulisnya. Liang berpendapat, pelindungan hak cipta lebih menguntungkan perusahaan penerbit, dan jarang memberikan royalti pada penulis.<ref name="autogenerated2" />
=== Pelestarian karya bersejarah ===
Pusat Studi Domain Publik mengkhawatirkan panjangnya masa berlaku pelindungan karya cipta, khususnya di Amerika Serikat, menyebabkan film dan karya seni budaya musnah atau dimusnahkan sebelum digitalisasi.<ref name="pooh">{{cite news|last=Vermes|first=Jason|date=10 January 2022|title=How Winnie-the-Pooh highlights flaws in U.S. copyright law — and what that could mean for Canada|url=https://www.cbc.ca/radio/day6/trump-supporters-prep-for-2024-bye-bye-blackberry-don-t-look-up-why-we-procrastinate-joygerm-day-and-more-1.6307339/how-winnie-the-pooh-highlights-flaws-in-u-s-copyright-law-and-what-that-could-mean-for-canada-1.6309960|work=[[CBC Radio]]|location=|publisher=[[Canadian Broadcasting Corporation]]|access-date=8 March 2022}}</ref> Pusat studi tersebut sudah menegaskan bahwa panjangnya masa berlaku hak cipta "sangat edan" dengan manfaat ekonomi yang sedikit kepada pemegang hak dan mencegah upaya masyarakat dan pemerintah untuk melestarikan benda-benda bersejarah.<ref name="pooh" /> Sutradara film Jennifer Jenkins mengingatkan bahwa begitu masa berlaku pelindungan hak cipta atas karya tersebut adalah 95 tahun pascapengumuman di Amerika Serikat, banyak karya seni budaya Amerika Serikat seperti film dan lagu-lagu jadul menghilang sebelum pelindungannya berakhir.<ref>{{cite news|author=<!--not stated-->|date=3 January 2022|title=Why you can now repurpose ‘Winnie-the-Pooh’ for free|url=https://www.afr.com/companies/media-and-marketing/why-you-can-now-repurpose-winnie-the-pooh-for-free-20220103-p59lka|work=[[Australian Financial Review]]|location=|publisher=[[Nine Entertainment]]|access-date=8 March 2022}}</ref>
== Masalah etika ==
|