Papua (wilayah Indonesia): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: di tahun → pada tahun (WP:BAHASA)
Baris 86:
 
== Sejarah ==
Papua sudah terkenal sejak lama. Pedagang asal [[Tiongkok (istilah)|Tiongkok]], Ghau Yu Kuan, datang ke Papua sekitar paruh akhir [[500]] M dan menamakannya sebagai ''Tungki'', yaitu daerah dimana mereka mendapatkan [[rempah-rempah]]. Sedangkan di paruh akhir [[600]] M, [[Kerajaan Sriwijaya]] menyebutnya sebagai ''Janggi.'' Baru pada awal tahun [[700]] M, para pedagang dari [[Persia]] dan [[Gujarat]] mulai berdatangan ke Papua dan menyebutnya sebagai ''Dwi Panta'' ataupun ''Samudrananta'', yaitu sebutan mereka untuk ujung samudra atau ujung lautan. [[Kerajaan Majapahit]], di akhir tahun [[1300]] M menyebutnya sebagai [[Semenanjung Onin|Wanin]] dan [[SeramKerajaan Kaimana|SramSran]]. Nama [[Semenanjung Onin|Wanin]] adalah [[Semenanjung Onin]] di daerah [[Fak-Fak]], sedangkan [[SeramKerajaan Kaimana|SramSran]] adalah [[Pulaunama Seram]]lain dikerajaan [[Maluku]]Kaimana<ref name="SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) 2017 p. 88">{{cite journal | last=Usmany | first=Desy Polla | title=SEJARAH RAT SRAN RAJA KOMISI KAIMANA (History of Rat Sran King of Kaimana) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat | volume=6 | issue=1 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v6i1.45 | page=88 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/45/0 | language=id | access-date=2021-04-24| doi-access=free }}</ref>. Hal ini dikarenakan budak yang dibawa untuk dipersembahkan kepada [[Kerajaan Majapahit]] berasal dari [[Semenanjung Onin|Onin]], yang dibawa oleh orang [[Seram]], [[Maluku]]. Pada masa itu, Papua diyatakan sebagai wilayah ke delapan dari [[Kerajaan Majapahit]].''{{sfn|Saragih|2019|p=7}}''
 
=== Penguasaan Bacan, Ternate, dan Tidore ===
Baris 96:
Menurut sejumlah ahli bahasa yang dimaksud Ewanin adalah nama lain untuk daerah Onin dan Sran adalah nama lain untuk Kowiai. Kowiai merupakan kerajaan lokal yang pengaruh [[mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandalanya]] hingga sampai [[Kepulauan Kei]], di tenggara [[Maluku]]. Namun ''Nagarakretagama'' tidak dapat dianggap sumber sejarah yang tepercaya tetapi lebih merupakan pujian seorang pujangga istana kepada rajanya.
 
Dalam bukunya "Nieuw Guinea", WC. Klein juga menjelaskan fakta awal mula pengaruh kerajaan Bacan di tanah Papua. Di sana dia menulis: ''In 1569 Papoese hoof den bezoeken Batjan. Ee aanterijken worden vermeld.'' (Pada tahun 1569 pemimpin-pemimpin Papua mengunjungi kerajaan Bacan di mana dari kunjungan terebut terbentuklah kerajaan-kerajaan).<ref>[http://ilalang-pagi.blogspot.com/2010/01/nafas-islam-di-tanah-papua-part-2.html Nafas Islam di Tanah Papua ( Part 2 )]</ref> Menurut sejarah lisan orang [[Biak]], dulu ada hubungan dan pernikahan antara para kepala suku mereka dan para [[Kesultanan Tidore|sultan Tidore]]. Karena pengaruh Tidore dimulai dari Gurabesi yang merupakan Kapita Waigeo asal Biak, yang kemudian hari menikah dengan putri Sultan Tidore dan memperanak para pemimpin di Raja Ampat. Suku Biak merupakan suku Melanesia terbanyak yang menyebar di pantai utara Papua, karena itu bahasa Biak juga terbanyak digunakan dan dianggap sebagai bahasa persatuan Papua. Akibat hubungan daerah-daerah pesisir Papua dengan Sultan-Sultan Maluku maka terdapat beberapa kerajaan lokal (pertuanan) di pulau ini, yang menunjukkan masuknya sistem feodalisme yang merupakan bukan budaya asli etnik Papua. Kerajaan-kerajaan tersebut diantaranya:
* [[Kerajaan Waigeo]]<ref>{{Cite web |url=http://etnohistori.org/sejarah-masuknya-islam-ke-papua-1.html |title=Sejarah masuknya Islam ke Papua |access-date=2011-12-07 |archive-date=2011-10-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111028093732/http://etnohistori.org/sejarah-masuknya-islam-ke-papua-1.html |dead-url=yes }}</ref>
* [[Kerajaan Misool/Lilinta]] (marga Dekamboe)<ref>[http://kissanak.wordpress.com/2011/06/17/islam-di-papua-sejarah-yang-terlupakan/ Islam Di Papua, Sejarah Yang Terlupakan ]</ref>
Baris 194:
[[Tidore]] menganggap dirinya atasan Biak.<ref>Rutherford, Danilyn, ''Raiding the land of the foreigners''</ref> Pada masa itu, pedagang Melayu mulai mengunjungi pulau Irian. Justru pandangan Tidore ini yang menjadi alasan Belanda menganggap bagian barat pulau ini adalah bagian dari [[Hindia Belanda]].
 
Sejak abad ke-16, selain di [[Kepulauan Raja Ampat]] yang termasuk wilayah kekuasaan [[Sultan Bacan]] dan [[Sultan Ternate]], kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir Papua dari [[pulau Biak]] (serta daerah sebaran orang Biak) sampai [[Mimika]] merupakan bagian dari wilayah [[mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] [[Kesultanan Tidore]], sebuah kerajaan besar yang berdekatan dengan wilayah Papua. Tidore menganut adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga provinsi-provinsi Tidore seperti Biak, Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam sembilan distrik (pertuanan). Pembagian kekuasaan di Papua ini oleh Tidore dibagi menjadi ''Papo Ua Gamsio'', Negeri Sembilan Papo Ua berikut Sangaji Umka, [[Waigeo|Gimalaha Usba]], Sangaji Barei, Sangaji Boser, [[Salawati|Gimalaha Kafdarun]], Sangaji Wakeri, [[Manokwari|Gimalaha Warijo]], Sangaji Mar, dan Gimalaha Warasay. Selanjutnya ''Mafor Soa Raha'', Mafor Empat Soa yang berikut[[Teluk Wondama Regency|Sangaji Rumberpon]], Sangaji Rumansar, Sangaji Angaradifa, and [[Waropen Regency|Sangaji Waropen]], lalu ''Korano Ngaruha'' yang berupa kepulauan Raja Ampat.<ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref>
 
=== Penguasaan Hindia Belanda ===