Papua (wilayah Indonesia): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 194:
[[Tidore]] menganggap dirinya atasan Biak.<ref>Rutherford, Danilyn, ''Raiding the land of the foreigners''</ref> Pada masa itu, pedagang Melayu mulai mengunjungi pulau Irian. Justru pandangan Tidore ini yang menjadi alasan Belanda menganggap bagian barat pulau ini adalah bagian dari [[Hindia Belanda]].
Sejak abad ke-16, selain di [[Kepulauan Raja Ampat]] yang termasuk wilayah kekuasaan [[Sultan Bacan]] dan [[Sultan Ternate]], kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir Papua dari [[pulau Biak]] (serta daerah sebaran orang Biak) sampai [[Mimika]] merupakan bagian dari wilayah [[mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] [[Kesultanan Tidore]], sebuah kerajaan besar yang berdekatan dengan wilayah Papua. Tidore menganut adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga provinsi-provinsi Tidore seperti Biak, Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam sembilan distrik (pertuanan). Pembagian kekuasaan di Papua ini oleh Tidore dibagi menjadi ''Papo Ua Gamsio'', Negeri Sembilan Papo Ua berikut Sangaji Umka, [[Waigeo|Gimalaha Usba]], Sangaji Barei, Sangaji Boser, [[Salawati|Gimalaha Kafdarun]], Sangaji Wakeri, [[Manokwari|Gimalaha Warijo]], Sangaji Mar, dan Gimalaha Warasay. Selanjutnya ''Mafor Soa Raha'', Mafor Empat Soa yang berikut [[Teluk Wondama Regency|Sangaji Rumberpon]], Sangaji Rumansar, Sangaji Angaradifa, and [[Waropen Regency|Sangaji Waropen]], lalu ''Korano Ngaruha'' yang berupa kepulauan Raja Ampat.<ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=2022-01-30|language=id}}</ref>
=== Penguasaan Hindia Belanda ===
|