Pengembangan diri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan "Pengembangan diri dalam Islam" |
|||
Baris 31:
=== Tradisi Asia selatan ===
Orang-orang India kuno selalu mengaspirasikan "kehadiran, kebijaksanaan dan kebahagiaan".<ref>{{Cite journal|last=Ventegodt|first=Søren|last2=Joav Merrick|last3=Niels Jørgen Andersen|date=Oct 2003|title=Quality of Life Theory III. Maslow Revisited|url=|journal=[[The ScientificWorldJournal]]|location=Finland|publisher=Corpus Alienum Oy|issue=3|pages=1050–1057|doi=10.1100/tsw.2003.84|issn=1537-744X|quote=In ancient India people talked about reaching the level of existence called 'sat-sit-ananda': beingness, wisdom and happiness as one.}}</ref>
=== Pengembangan diri dalam Islam ===
Khurram Murad menjelaskan bahwa pengembangan diri dalam Islam adalah usaha menuju kehidupan abadi di surga. Surga adalah tujuan akhir kehidupan. Allah telah menyediakan cara untuk membantu mereka yang berjuang menuju kehidupan abadi, termasuk menjauhi hal-hal duniawi. Hal-hal duniawi ini dapat mengalihkan perhatian mereka dari jalan menuju surga. Pada akhirnya, surga akan memberikan kepuasan bagi mereka yang sedang berusaha mengembangkan dirinya karena keridhaan yang datangnya dari Allah.<ref>{{Cite book|last=Murad|first=Khurram|date=2006|title=Self Development|location=Daryagunj, New Delhi|publisher=Adam Publishers & Distributors|isbn=81-7435-482-4|pages=8–10|url-status=live}}</ref>
=== Aristoteles dan tradisi Barat ===
|