Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Davgaf (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Davgaf (bicara | kontrib)
Baris 19:
== Sejarah ==
 
Gagasan tentang pendirian Lembaga ini muncul dari [[Munawir Syadzali|H. Munawwir Syadzali, MA]] untuk membuat Lembaga Pendidikan Tinggi Islam Unggulan yang mampu menghasilkan lulusan yang mumpuni (ulama plus). Menurutnya, membina lembaga pendidikan tinggi [[Islam]] bukanlah sekadar memperbanyak jumlahnya, tetapi lebih penting dari itu ialah meningkatkan mutu [[pendidikan]].
 
Untuk memenuhi keinginan luhur itu, Munawwir merintis secara bertahap IAIN baru yang menampung alumni dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), sebuah madrasah yang menekankan ilmu-ilmu keislaman dengan menggunakan pengantar [[bahasaBahasa Arab]] dan [[Bahasa Inggris|Inggris]]. Pendirian IAIN baru ini dimulai dengan cara mencangkokkan ke IAIN Walisongo [[Semarang]] melalui relokasi Fakultas Ushuluddin, [[Kudus]] dan Fakultas Syari'ah, [[Pekalongan]] ke [[Surakarta]].
 
Pembukaan kedua fakultas itu secara resmi diawali dengan kuliah perdana Fakultas Syari'ah dan Ushuluddin, Surakarta, pada tanggal [[12 September]] [[1992]] di Balai Kota Surakarta langsung oleh H. Munawwir Syadzali sendiri. Pada kesempatan itu dia menyatakan bahwa 14 IAIN di seluruh Indonesia berikut sejumlah fakultas yang berada di luar kampus induknya belum memenuhi kualitas yang diharapkan. Para dosen IAIN banyak yang tidak menguasai Bahasa Arab. Padahal Bahasa Arab sebagai alat untuk mendalami sumber ilmu-ilmu keislaman. Kekurangan serupa, juga terjadi pada kemampuan berbahasa Inggris, sebagai bahasa komunikasi internasional.
 
Lahirnya IAIN unggulan ini, diakui merupakan garis kontinum dari cita-cita Munawwir setelah dia sukses mendirikan Madrasah Aliyah Program khusus (MAPK) pada tahun [[1987]] dengan mengambil tempat di [[Padang Panjang]], [[Sumatra Barat]]; [[Ciamis]], [[Jawa Barat]]; [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]; [[Ujung Pandang]]; [[Sulawesi Selatan]]; dan [[Jember]], [[Jawa Timur]]. Beberapa tahun kemudian jumlahnya bertambah lima lagi, yaitu [[Banda Aceh]], [[Lampung]], [[Solo]], [[Banjarmasin]], dan [[Mataram]]. Para alumni dari proyek percontohan MAPK ini adalah bibit-bibit unggul yang harus segera ditampung pada pendidikan tingkat tinggi. Sebab, jika mereka meneruskan ke IAIN yang sudah ada dikhawatirkan mereka akan mengalami kemunduran, karena harus menyesuaikan diri dengan mahasiswa lain lulusan SLTA umum dan MAN yang tidak disiapkan secara khusus, kecuali lulusan SLTA yang dikelola oleh pesantren-pesantren yang berkualifikasi baik. Dari sinilah akhirnya lahir gagasan perlunya disiapkan IAIN unggulan yang dapat menampung mereka.
 
Dua fakultas: Syari'ah dan Ushuluddin yang telah dipindahkan ke Surakarta itu berkembang bagus karena calon mahasiswa yang cukup unggul sebab mereka berasal dari lulusan MAPK di seluruh Indonesia dan perhatian dari pihak Departemen Agama Pusat sangat besar. Kedua faktor ini menjadi motivator besar dalam mengembangkan kedua fakultas itu. Namun pada tahun 1997, tepatnya pada tanggal, [[1 Juli]] [[1997]] situasi nasional berubah secara mencolok, yakni seluruh fakultas IAIN, khususnya yang berada di luar kampus induknya diubah statusnya menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) tidak terkecuali dua fakultas yang baru beberapa tahun pindah ke Surakarta, sehingga keduanya digabungkan menjadi satu dengan nama STAIN Surakarta. Surakarta sengaja diabadikan menjadi nama bagi STAIN ini, adalah sebagai kenangan terhadap nama eks [[karesidenan Surakarta]] tempo dulu, yang pernah berdiri pada Minggu Wage, 16 Juni 1946 dan berakhir pada Selasa Pon, 4 juli 1950 (Pembentukan Karesidenan Surakarta ini hanya berlangsung selama 1479 hari atau selama 4 tahun 0 bulan 19 hari), serta sekaligus memberikan kesan bahwa STAIN ini adalah milik seluruh warga yang berada di eks karesidenan itu meskipun letak lokasinya berada di wilayah [[Kabupaten Sukoharjo]].
 
PERPRES Nomor 42 Tahun 2021 menjadi tonggak bersejarah bagi IAIN Surakarta yang kini telah sah menyandang nama baru menjadi UIN Raden Mas Said Surakarta. Proses perjalanan alih status yang penuh tantangan tidak menyurutkan seluruh komponen yang ada di IAIN Surakarta untuk membulatkan tekad dan optimisme menuju perubahan yang lebih baik.