Mangkunegara X: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
Pemilihan Gusti Bhre sebagai Adipati Praja menghadapi lika-liku. Sebagai anak laki-laki dari putri permaisuri (''garwa padmi''), ia merupakan kandidat utama. Namun tradisi pemilihan penguasa Mangkunegaran tidak mengikuti aturan demikian secara kaku. Muncullah nama Gusti Paundra sebagai anak laki-laki tertua dari MN IX, meskipun ia bukanlah anak dari permaisuri karena ibunya kehilangan posisi tersebut setelah perceraian. Mangkunegara VIII, sebagai contoh, adalah anak dari selir (''garwa ampil''). Selain Gusti Paundra, muncul pula nama Gusti Roy (KRMH Roy Rahajasa Yamin), sepupunya yang adalah putra tertua dari kakak perempuan mendiang Mangkunegara IX.
 
Selain soal isu urutan suksesi, Gusti Bhre juga dihadapkan pada isu keyakinan agamanya. Sebagai penerus salah satu dinasti keturunan Mataram, penguasa haruslah beragama Islam. Meskipun tidak ada yang menyuarakan secara terbuka, di ruang publik beredar khabar bahwa Gusti Bhre adalah seorang kristen[[Katolik]].
 
Semua isu ini kemudian selesai setelah beredarnya pengumuman dari perwakilan kerabat inti yang ditandatangani oleh dua orang saudara ayahnya, GRAy. Retno Satuti Suryohadiningrat (Gusti Nuk) dan GRAy. Retno Rosati Notohadiningrat (Gusti Roos), yang pada intinya adalah menyetujui Gusti Bhre sebagai pelanjut ''pengageng pura''.
 
=== Upacara penobatan ===