[[Berkas:KangjengCandra Pangeran Haryo Adipati Panembahan PakoenegoroMalik.jpg|jmpl|Kangjeng Pangeran Haryo Adipati Panembahan Pakoenegoro atau Raden Mas Hartawan Candra Malik]]
'''Hartawan Candra Malik''' ({{lahirmati|[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|25|3|1978}}) adalah pengasuh Pasulukan Tarekat di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Namanya juga dikenal sebagai [[sastrawan]], [[wartawan]], penyanyi lagu reliji, pemeran [[film]], [[penulis]] sejumlah kolom di berbagai [[media massa]], dan pencipta lagu reliji. Sejumlah karya sastra Candra Malik pernah dipublikasikan di berbagai [[media massa]] antara lain ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]], [[Horison (majalah)|Majalah Sastra Horison]], Koran Tempo Minggu, [[Suara Merdeka]], [[Suara Karya]]'', ''[[Femina|Majalah Femina]]'', dan lain-lain. Lagunya, ''Syahadat Cinta'' menjadi ''original sound track'' (OST) ''Cinta Tapi Beda'', film yang disutradarai oleh [[Hanung Bramantyo]] ([[2013]]).<ref>[http://www.candramalik.com/jati-diri Biografi Candra Malik]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 7 Mei 2015</ref><ref>[http://www.solopos.com/2012/07/02/candra-malik-setia-di-jalan-sunyi-198424 Solo Pos: Jalan sufi kaum urban], diakses 7 Mei 2015</ref> Sejak [[2015]], Candra Malik menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga [[Seniman NU|Seni]] Budaya Muslim Indonesia (PP [[Lesbumi]]) [[PBNU]] untuk periode [[2015]]-[[2020]].
'''CANDRA MALIK''' adalah Pangeran Sentana di '''Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat''' pada masa Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan '''Paku Buwono XIII.''' Bergelar Kangjeng Pangeran Haryo Adipati (KPHAd) Panembahan Pakoenegoro, ia menjabat sebagai Adipati di bawah naungan Maha Menteri, Sinuhun Kangjeng Gusti Pangeran Haryo '''Panembahan Agung Tedjowulan'''.
== Latar belakang ==
Lahir di Solo, Jawa Tengah, 25 Maret 1978, Panembahan Pakoenegoro yang bernama muda Raden Mas Hartawan Candra Malik aktif bergiat dalam kesusastraan, kesenian, kebudayaan, dan kerohanian. Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) pada '''Pengurus Besar Nahdlatul Ulama''' (PBNU) masa bakti 2015-2021 ini dikenal luas sebagai sastrawan dan budayawan.
Sejak usia muda, Candra Malik sudah mengakrabi dunia spiritual utamanya ritual-ritual ''tasawuf''. Dia belajar agama dari Abdullah Ali. Ia juga mengaji kepada Habib Ja'far bin Badar bin Thalib bin Umar bin Ja'far, guru dari kakeknya, di [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]. Pada 1993, Candra lebih mendalami lagi ilmu ''tasawuf'' dengan belajar kepada Kiai Muhammad Muna'am [[Jember]], [[Jawa Timur]]. Sambil bekerja sebagai [[wartawan]] di surat kabar [[Jawa Pos]] pada akhir [[1999]] di [[Yogyakarta]], Candra menimba kearifan sufisme dengan belajar kepada Syekh Ahmad Sirullah Zainuddin, wakil talqin dari Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyah, sebelum akhirnya pada [[2001]] belajar langsung kepada mursyid tarekat tersebut, yaitu K.H. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Suryalaya, di [[Jawa Barat]].<ref>[http://www.perspektifbaru.com/wawancara/881 Perspektif Baru: Tidak ada paksaan dalam beragama] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160616053550/http://www.perspektifbaru.com/wawancara/881 |date=2016-06-16 }}, diakses 7 Mei 2015</ref>
Sejak berhenti dari [[Jawa Pos]] dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Liputan [[Indo Pos]], [[Jawa Pos]] di [[Jakarta]], Candra Malik bekerja sebagai kontributor di sejumlah media cetak antara lain, ''Tabloid Nyata, Majalah ART Indonesia'', ''Majalah Travel Lounge, The Jakarta Globe'', dan mengasuh sebuah kolom tentang sufisme di ''[[Solo Pos]]'', sebuah koran lokal di [[Jawa Tengah]], bertajuk ''Matahati'', di rubrik ''Khazanah''. Sembari terus menulis, Candra malik juga mengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah, di Desa Segoro Gunung, di lereng Gunung Lawu, [[Kabupaten Karanganyar]], [[Jawa Tengah]]. Kedekatannya dengan kalangan agamawan-budayawan memudahkan langkah Candra untuk melibatkan Wakil Rais Syuriah PBNU [[Mustofa Bisri|K.H. Ahmad Mustofa Bisri]] (Gus Mus) dan [[Emha Ainun Nadjib]] (Cak Nun) dalam produksi album religi. Cak Nun menulis khusus sajak ''Mukaddimah Cinta'' untuk album Candra ini dan membacakannya dalam track pembuka, sedangkan Gus Mus membacakan sajak ''Pesona'' dalam track penutup. Dalam album ini, Candra juga memasukkan rekaman vokal [[Abdurrahman Wahid|K.H. Abdurrahman Wahid]] (Gus Dur) dalam lagu ''Syahadat Cinta''.<ref>[http://www.merdeka.com/artis/deretan-maestro-meriahkan-konser-candra-malik.html Merdeka: Deratan maestro meriahkan konser Candra Malik]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 7 Mei 2015</ref>
Menjadi narasumber berbagai forum nasional dan pernah satu dasawarsa bekerja sebagai wartawan, hingga kini pegiat sufisme ini masih aktif menulis. Berbagai karyanya dipublikasikan di media massa nasional dan diterbitkan sebagai buku. Panembahan Pakoenegoro juga seorang pengasuh tarekat.
Dukungan lain datang dari [[Bondan Winarno]], wartawan senior kini berkiprah dalam dunia kuliner. Berkat Bondan, Candra menembus sejumlah nama besar dalam belantika [[musik]] [[Indonesia]], di antaranya, violis [[Idris Sardi]] dan [[komponis]] [[Addie MS]]. Dalam album ini, Idris Sardi mengaransemen dan bermain biola dalam orkestrasi lagu ''Kidung Sufi'', bersama Gus Mus. Addie mengaransemen lagu ''Shiratal Mustaqim'' dan memimpin [[Twilite Orchestra]] memainkan lagu tersebut, didukung oleh [[Tohpati]]. Nama-nama besar lainnya adalah [[Dewa Budjana]] yang mengaransemen dan bermain gitar dalam lagu ''Jiwa yang Tenang'', [[Trie Utami]] ikut bernyanyi dalam dua lagu, ''Fatwa Rindu'' dan ''Fana Selamanya''. Sedangkan [[Sujiwo Tejo]] berkolaborasi dengan rapper Marzuki Mohamad Kill The DJ (Jogjakarta Hip Hop Foundation) dan penyanyi reggae Heru Shaggydog dalam lagu ''Samudera Debu''.
== <small>Kehidupan Pribadi</small> ==
Dari perkawinannya dengan Kangjeng Raden Ayu (KRAy) Adipati Anis Anis Ardianti, Panembahan Pakoenegoro memiliki lima anak, yaitu Raden Mas Abra Bumandhala Byoma, Raden Ajeng Arane Langit Manikmaya, Raden Ajeng Cyra Akasya Bumi, Raden Ajeng Sunda Lakhsmi Wikrama, dan Raden Mas Aksara Wihaya Giri.
== <small>Diskografi </small> == ▼
Panembahan Pakoenegoro berdiam di nDalem Pakoenegaran, di penjuru timur Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Di kaki Gunung Lawu, di antara Candi Cetho dan Candi Sukuh, ia berkegiatan di pesanggrahan di Segoro Gunung.
== <small>Kehidupan Organisasi</small> ==
Raden Mas Candra Malik berperan menyumbangkan nama '''Alinea''', nama baru bagi perkumpulan penulis papan atas dari berbagai genre di Indonesia, pasca dinamika di dalam tubuh '''Satupena''', perkumpulan sebelumnya yang juga diberinya nama. Ia juga berkhidmat pada Nahdlatul Ulama dan pernah menjadi Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa bakti 2015-2021.
Bersama para tokoh nasional dan guru bangsa, Raden Mas Candra Malik ikut mendeklarasikan '''Gerakan Islam Cinta'''. Ia tergabung pula dalam '''Aliansi Jurnalis Independen''' (AJI) Indonesia semasa masih aktif sebagai wartawan Jawa Pos dan The Jakarta Globe. Ia mendirikan Yayasan Candra Sengkala Indonesia yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan.
== <small>Kehidupan Kreatif</small> ==
Raden Mas Candra Malik menulis puisi, cerita pendek, esai, dan kolom di media massa, selain menulis buku yang diterbitkan oleh sejumlah penerbit arus utama. Sebagai penulis lagu dan penyanyi, ia telah merilis sejumlah album, ''extended play'', singel, jingel, ''scoring'' dan ''original soundtrack'' film, video musik, serta pernah memboyong '''Piala Vidia''' untuk kategori Penata Musik Film Televisi Terbaik pada '''Festival Film Indonesia''' 2014.
Raden Mas Candra Malik menjadi narasumber di berbagai forum akademis, sosial kemasyarakatan, seni dan budaya, serta rohani. Ia populer sebagai pengasuh (host) '''Humor Sufi''', sebuah program perbincangan tema-tema serius yang dikemas dengan gaya percakapan yang renyah di kanal ''YouTube''. Pada usia 43 tahun, ia telah menerima ''Srikabadya'', medali penghargaan bagi tokoh masyarakat maupun pembesar keraton yang dinilai berjasa besar kepada Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
== <small>Kehidupan Spiritual</small> ==
Sejak remaja, Raden Mas Candra Malik mendalami spiritualitas, termasuk Tasawuf, dari sejumlah kiai dan mursyid. Antara lain, Kiai Abdullah Ali, mendiang kakek dari pihak ibu, di Karanganyar, Jawa Tengah, dan mendiang guru kakeknya itu, almarhum Habib Ja'far bin Badar bin Thalib bin Umar bin Ja'far, di Solo, Jawa Tengah. Juga dari mendiang Kiai Muna’am di Jember, Jawa Timur. Selain itu, ia berba’iat kepada mendiang K.H Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin [Abah Anom], di Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Raden Mas Candra Malik juga berba’iat kepada Mawlana Syekh Hisyam al Kabbani. Demikian pula kepada Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, ''Ra'is ‘Aam Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarrah An-Nahdliyyah'' (JATMAN) dan K.H. Taufiqurrahman Subhkhi di Pesantren At Taufiqy Wonopringgo, yang keduanya di Pekalongan, Jawa Tengah.
Berba’iat pula kepada Tuan Guru Haji Muhammad Turmudzi Badaruddin di Pesantren Qomarul Huda, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat; Kangjeng Pangeran KH Ja'far Anom Sidakarsa di Pesantren Al Huda Siwarni, Banyumas, dan mendiang K.H Abdul Kholiq Pirikan di Magelang, Jawa Tengah; serta berguru kepada mendiang KH Mas Syaifullah Ali Bagiono di Pesantren Al Hikam, Ketapang, dan Kiai Samugi Yahya di Pesantren Al Amin Benculuk, Banyuwangi, Jawa Timur.
Selain itu, Raden Mas Candra Malik juga belajar kepada mendiang Simbah Hardjo Suwito di Gunung Gedang, Blitar, Ki Wiro Kadeg Wongso Jumeno di Mojokerto, Jawa Timur, dan Ajengan Darajat di Pasulukan Loka Gandasasmita, Garut, Jawa Barat. Masih ada sejumlah guru spiritual yang Raden Candra Malik belajar kepadanya. Di beberapa kesempatan, ia juga memberi materi pelatihan meditasi.
== <small>Para Panembahan Mataram Islam</small> ==
Pada Selasa Kliwon, 8 Februari 2022 atau 6 Rejeb Tahun Alip 1955, Mahamenteri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Panembahan Agung Tedjowulan menobatkan KPHAd Candramalik Gandarum sebagai KPHAd Panembahan Pakoenegoro, di nDalem Ageng Sasono Poernomo, Badran, Solo. Gandarum adalah nama pemberian Kangjeng Pangeran KH Ja’far Anom Sidakarsa, gurunya di Banyumas, tatkala Raden Mas Candra Malik diangkat sebagai Pangeran.
Pakoenegoro menambah panjang deret nama Panembahan dalam sejarah Mataram Islam sejak era Demak. Beberapa nama Panembahan, yaitu.
# Panembahan Jimbun, Raja Kasultanan Demak yang bernama muda Raden Patah
# Panembahan Senopati
# Panembahan Hanyakrawati atau Panembahan Seda ing Krapyak
# Panembahan Agung Hanyakrakusuma (Sultan Agung)
# Panembahan Kadilangu
# Panembahan Giri Kedaton
# Panembahan Rama Kajoran
# Panembahan Hadiwijaya, Putra Sinuhun Pakoe Buwono X
# Panembahan Agung Tedjowulan
# Panembahan Pakoenegoro []
▲== <small>Diskografi</small> ==
=== Album ===
|