Dalem Bekung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 6:
Ketika sudah cukup untuk memerintah atas namanya sendiri, Dalem Bekung terbukti menjadi penguasa yang pasif dan pengecut, yang menyebabkan hilangnya prestise kerajaan dan disiplin antara ''grandees'' (pengikut). Dia meninggalkan urusan negara pada menteri utamanya, Nginte. Dalam periode ini Brahmana yang terkenal bijak [[Dang Hyang Nirartha]], yang telah memberi dampak yang mendalam pada budaya elit agama di Bali, meninggal. Sebuah konflik antara bangsawan Kiyayi Pande dan Gusti Talabah meningkat menjadi pemberontakan skala penuh di mana Kiyayi Pande melakukan serangan putus asa terhadap pasukan raja. Pada akhirnya ia dikalahkan dan dibunuh dengan upaya maksimal, tertanggal tahun 1578 oleh berbagai teks. Setelah pemberontakan ini, Dalem Bekung harus meninggalkan istana Gelgel. Versi akhir dari Babad Dalem menegaskan bahwa saudaranya [[Dalem Seganing]] mengambil alih sebagai raja menggantikan dia pada saat itu.<ref>I B. Rai Putra, Babad Dalem. Denpasar: Upada Sastra 1991, p. 59.</ref>
== Dikalahkan
Menjelang akhir hidup Dalem Bekung, sebuah ekspedisi militer diselenggarakan untuk mendukung kerajaan Blambangan di Jawa Timur melawan Pasuruan, sebuah pelabuhan dan kerajaan kecil di pesisir utara Jawa. Ekspedisi, yang dipimpin oleh bangsawan I Gusti Putu Jelantik, berlayar ke [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] di Jawa Timur, dan berbaris ke tanah Pasuruan. Namun, ia harus mengalami kekalahan pahit dan I Gusti Putu Jelantik pun tewas. Beberapa saat setelah musibah ini, Dalem Bekung meninggal. Namanya sebenarnya nama panggilan, yang berarti 'punya anak yang'. Saudaranya Dalem Seganing mungkin naik takhta atau melanjutkan pemerintahan.<ref name="C.C. Berg 1927"/>
|