Jawa Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HclUSA (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 20862985 oleh 140.213.2.212 (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Javier1406 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 98:
'''Jawa Barat''' (disingkat '''Jabar''', {{Lang-su|{{sund|ᮏᮝ ᮊᮥᮜᮧᮔ᮪}}, [[Abjad Pegon|Pegon]]: ڤرَوفينسي جاوا كولَون, [[Cacarakan]]: ꦗꦮ​ꦏꦸꦭꦺꦴꦤ꧀|Jawa Kulon}}) adalah sebuah [[provinsi]] di [[Indonesia]], ibu kotanya berada di kota [[Kota Bandung|Bandung]]. Pada tahun [[2020]] penduduk provinsi Jawa Barat berjumlah 48.274.162 jiwa, dengan kepadatan 1.365 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="JABAR"/>
 
Jawa Barat merupakan jantung [[budaya Sunda]] atau biasa disebut sebagai [[Tatar Sunda]]/[[Pasundan]] bersama dengan provinsi [[Banten]] meskipun banyak pendatang yang menetap dan tinggal dari [[Suku bangsa di Indonesia|berbagai suku bangsa lainnya di Indonesia]] terutama di wilayah metropolitan [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] dan migrasi di [[Cirebon]] sejak berabad abad lama.<!--Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor: 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], ibu kota negara Indonesia. Pada tahun [[2000]], Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya [[Banten|Provinsi Banten]], yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi [[Provinsi Pasundan]], dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini.<ref>[http://news.okezone.com/read/2009/10/28/340/270205/tokoh-jabar-siapkan-deklarasi-provinsi-pasundan Tokoh Jawa Barat siapkan deklarasi Provinsi Pasundan]</ref><ref>[http://www.radarcirebon.com/nasional/nasional/284-deklarasi-provinsi-pasundan-.html Deklarasi provinsi Pasundan]</ref> Namun hal ini mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa Barat lainnya seperti Cirebon dimana tokoh masyarakat asal Cirebon menyatakan bahwa jika nama Jawa Barat diganti dengan nama Pasundan seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari Jawa Barat<ref>Suganda, Her. 2008 "Provinsi Cirebon": Bandung. Tribun Jabar </ref>, karena nama "Pasundan" berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku Jawa serta telah dikuatkan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi yang berbahasa [[Bahasa Betawi|Betawi]], Suku Sunda yang berbahasa [[Bahasa Sunda|Sunda]] dan Suku Cirebon yang berbahasa [[Bahasa Cirebon|Jawa dialek Cirebon (dengan keberagaman dialeknya)]].
 
Pada tahun 2015, [[Provinsi Jawa Barat]] di bawah pemerintahan [[Ahmad Heryawan]] berhasil meraih penghargaan '''Anugerah Pangripta Nusantara''' untuk yang kelima kalinya.[http://www.fokusjabar.com/2015/04/29/jabar-kembali-menerima-anugerah-pangripta-nusantara/ FokusJabar.com] -->
Baris 105:
Temuan arkeologi di [[Anyer]] menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuno) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai [[Cirebon]].{{fact}}
 
Wilayah Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan [[Tarumanagara]].{{fact}} Prasasti peninggalan Kerajaan [[Tarumanagara]] banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansakerta]] yang sebagian besar menceritakan para raja [[Tarumanagara]].{{fact}}
 
Setelah runtuhnya kerajaan [[Tarumanagara]], kekuasaan di bagian barat [[Pulau Jawa]] dari [[Ujung Kulon]] sampai [[Kali Serayu]] dilanjutkan oleh [[Kerajaan Sunda]]{{fact}}. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. [[Kerajaan Sunda]] beribu kota di [[Pakuan Pajajaran]] (sekarang kota [[Bogor]]).{{fact}}
 
Pada abad ke-16, Kesultanan [[Demak]] tumbuh menjadi saingan [[ekonomi]] dan [[politik]] [[Kerajaan Sunda|Kerajaan Sunda.]] Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi [[Kota Cirebon]]) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh [[Kesultanan Demak|Kesultanan Demak.]] Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi [[Kesultanan Cirebon]] yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan [[Kesultanan Cirebon]] dan kemudian tumbuh menjadi [[Kesultanan Banten]].
 
Untuk menghadapi ancaman ini, [[Sri Baduga Maharaja]], raja Sunda saat itu, meminta putranya, [[Surawisesa]] untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang [[Portugis]] di [[Malaka]] untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu [[Sunda Kalapa]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat [[Surawisesa]] menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal]], ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di [[Sunda Kelapa|Sunda Kalapa]] serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut ''padrão'' di tepi [[Ci Liwung]].
 
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]] - [[Kabupaten Demak|Demak]], dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan [[Sunan Gunung Jati]] dari Kesultanan Cirebon.
 
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan Sunda), dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah [[Parahyangan|Priangan]] ([[Jawa Barat|Jawa Barat bagian tenggara]]) jatuh ke tangan [[Kesultanan Mataram]].
 
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun [[1925]] ketika Pemerintah [[Hindia Belanda]] membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan ''Bestuurshervormingwet'' tahun [[1922]], yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah ''Soendalanden'' (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian [[Pulau Jawa]] di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa [[Sunda]] sebagai bahasa ibu.
Baris 247:
 
=== Bahasa ===
Selain bahasa resmi yakni bahasa [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], mayoritas masyarakat Jawa Barat umumnya bertutur menggunakan [[bahasa Sunda]] sebagai bahasa asli mereka. Sementara di sebagian besar wilayah timur laut provinsi Jawa Barat seperti [[Kabupaten Cirebon|kabupaten]] dan [[kota Cirebon]], [[Kabupaten Indramayu]], serta sebagian utara [[Kabupaten Subang]] dan sebagian utara [[Kabupaten Karawang]] (khususnya di kecamatan [[Cilamaya Kulon, Karawang|Cilamaya Kulon]] dan [[Cilamaya Wetan, Karawang|Cilamaya Wetan]]) dituturkan [[Bahasa Cirebon|bahasa Jawa Dialek Cirebon]]. Di daerah perbatasan dengan [[DKI Jakarta]] seperti sebagian [[Kota Bekasi]], Kecamatan [[Tarumajaya, Bekasi|Tarumajaya]] dan [[Babelan, Bekasi|Babelan]] ([[Kabupaten Bekasi]]), kecamatan [[Parung, Bogor|Parung]] dan [[Bojonggede, Bogor|Bojonggede]] serta sebagian utara [[Gunung Sindur, Bogor|Gunung Sindur]] ([[Kabupaten Bogor]]) dan [[Kota Depok]] bagian utara dituturkan [[bahasa Betawi]] oleh pendatang etnis Betawi.
 
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali karena banyak pendatang yang sudah menggeser bahasa dan budaya Sunda. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya [[Bandung TV]] memiliki program berita menggunakan [[Bahasa Sunda]] serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam [[Bahasa Jawa Cirebon]]. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah [[Manglé]] dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
Baris 261:
 
=== Kelautan dan perikanan ===
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000&nbsp;km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di [[Pembangkit Listrik Tenaga Air Cirata|Cirata]] dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
 
=== Jumlah penduduk dan tenaga kerja ===