Womanisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hrara (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''''Womanism''''' adalah teori sosial yang didasarkan pada sejarah dan pengalaman sehari-hari wanita kulit hitam.<ref>{{Cite web|title=The Womanist Reader: The First Quarter Century of Womanist Thought|url=https://www.routledge.com/The-Womanist-Reader-The-First-Quarter-Century-of-Womanist-Thought/Phillips/p/book/9780415954112|website=Routledge & CRC Press|language=en|access-date=2022-03-23}}</ref> {{Sedang ditulis}} == Referensi == {{Reflist}} * * *'
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
Hrara (bicara | kontrib)
Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Womanism"
Tag: halaman dengan galat kutipan [Konten] [Konten v2]
Baris 1:
[[Berkas:"Unity"_-_NARA_-_558865.jpg|al=Black and white drawing of women of African American descent holding a large pot together above their heads|jmpl| Persatuan adalah landasan ideologi wanita.]]
'''''Womanism''''' adalah teori sosial yang didasarkan pada sejarah dan pengalaman sehari-hari wanita kulit hitam.<ref>{{Cite web|title=The Womanist Reader: The First Quarter Century of Womanist Thought|url=https://www.routledge.com/The-Womanist-Reader-The-First-Quarter-Century-of-Womanist-Thought/Phillips/p/book/9780415954112|website=Routledge & CRC Press|language=en|access-date=2022-03-23}}</ref>
'''''Womanism''''' adalah teori sosial yang didasarkan pada sejarah dan pengalaman sehari-hari wanita kulit hitam. Cendekiawan wanita bernama Layli Maparyan (Phillips) mengatakan bahwa terori ini berupaya untuk menyeimbangkan kembali hubungan manusia dengan lingkungan (alam) dan mendamaikan hidup manusia melalui dimensi spiritual.{{Sfn|Phillips|2006|p=xx|loc="Introduction. Womanism: On Its Own"}} Penulis [[Alice Walker]] untuk pertama kalinya menggunakan istilah ''"womanist"'' dalam karya cerpennya bertajuk ''"Coming Apart"'' di tahun 1979.{{Sfn|Phillips|2006|p=xix|loc="Introduction. Womanism: On Its Own"}} <ref>{{Cite web|title=Womanism|url=https://www.encyclopedia.com/social-sciences/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/womanism|website=www.encyclopedia.com|access-date=2018-02-26}}</ref> <ref name=":0">{{Cite book|last=Walker|first=Alice|year=1981|title=You Can't Keep a Good Woman Down|location=New York|publisher=Harcourt Brace Jovanovich|chapter=Coming Apart}}</ref> Sejak saat itu, istilah ''"womanist"'' semakin berkembang, menjadi upaya perlawanan, dan interpretasi konsep-konsep seperti [[feminisme]], laki-laki, dan ''blackness.''<ref name="Reader">{{Cite book|last=Phillips|first=Layli|date=2006|title=The Womanist Reader|location=New York and Abingdon|publisher=Routledge}}</ref>
 
== Teori ==
{{Sedang ditulis}}
Teori ''womanist'' berpandangan bahwa feminitas dan budaya sama pentingnya dalam kehidupan wanita. Dalam hal ini, feminitas seseorang tidak dapat dilepaskan dari budaya tempat ia berada.<ref name="Reader">{{Cite book|last=Phillips|first=Layli|date=2006|title=The Womanist Reader|location=New York and Abingdon|publisher=Routledge}}</ref> Meski feminisme gelombang ketiga juga mementingkan konsep tersebut melalui [[interseksionalitas]], nyatanya baik teori ''womanist'' maupun feminisme memiliki pernilaian berbeda dalam kerangka teoritis masing-masing.<ref name=":1">{{Cite book|last=Eaton|first=Kalenda|date=1965–1980|title=Womanism Literature, and the transformation of the Black community|location=New York|publisher=Routledge}}</ref> ''Womanism'' mendukung gagasan bahwa budaya perempuan bukanlah elemen feminitas, melainkan sebuah lensa yang dengannya feminitas ada.<ref>{{Cite book|last=Gillman|first=L.|date=2006|title=Unassimilable feminisms: reappraising feminist, womanist, and mestiza identity politics|publisher=Palgrave Macmillan}}</ref> Dengan demikian, ''blackness'' seorang wanita bukanlah komponen dari feminitasnya. Sebaliknya, ''blackness'' tak ubanya seperti lensa yang berkatnya wanita dapat memahami feminitasnya.
 
Teori ''womanist'' awalnya menyeruak atas pengabaian gerakan feminis terhadap perempuan kulit hitam. Sebagian besar aktivis feminis awal (gelombang 1) di Amerika Serikat kerap mengecualikan wanita non kulit putih pada saat pemungutan suara. Mereka berpendapat bahwa wanita non kulit putih tidak menampilkan citra feminin seperti wanita kulit putih dan karena itulah mereka tidak dirasa pantas untuk menjadi bagian gerakan tersebut.<ref>{{Cite book|last=Floyd-Thomas|first=Stacey M.|year=2010|url=https://archive.org/details/liberationtheolo00pinn|title=Liberation Theologies in the United States: An Introduction|location=Manhattan, NY|publisher=NYU Press|pages=[https://archive.org/details/liberationtheolo00pinn/page/n51 41]|url-access=limited}}</ref>
 
Selanjutnya, [[Gelombang feminisme kedua|kebangkitan feminisme gelombang kedua]] menciptakan inklusivitas yang lebih baik bagi wanita non kulit putih. Sayangnya, inklusi ini hanya menyoroti masalah rasial agar fokus gerakan tetap tertuju pada aspek gender. Ketidakselarasan antara feminis kulit putih dan non kulit putih akhirnya menimbulkan perpecahan yang menghambat perwujudan gerakan antar ras yang fungsional. Atas kejadian tersebut, terbentuklah feminisme gelombang ketiga yang menyatukan konsep interseksionalitas dan ''womanism''.<ref>{{Cite journal|last=Breines|first=Winifred|date=Winter 2007|title=Struggling to Connect: White and Black Feminism in the Movement Years|journal=Contexts|volume=6|pages=18–24|doi=10.1525/ctx.2007.6.1.18}}</ref>
 
Pengecualian wanita kulit hitam dari gerakan feminis telah menghasilkan dua interpretasi ''womanism.'' Sejumlah ''womanist'' meyakini bahwa pengalaman wanita kulit hitam terkait isu ''"blackness"'' tidak sepenuhnya dapat terwakili oleh gerakan feminisme.<ref name="The Afrocentric Paradigm">{{Cite book|last=Mazama|first=Ama|date=2003|title=The Afrocentric Paradigm|location=Trenton|publisher=Africa World Press}}</ref> Oleh sebab itu, para ''womanist'' memandang bahwa ''womanism'' adalah konsep independen yang terlepas dari feminisme. Pemikiran ini datang dari feminis kulit hitam yang telah menimbang-nimbang posisi mereka dalam feminisme melalui studi akademis maupun aktivisme.<ref>{{Cite book|date=2001|title=The Black feminist reader|location=Malden, Mass. [u.a.]|publisher=Blackwell|isbn=978-0631210078|editor-last=James, Joy|edition=Reprinted}}</ref>
 
Namun, tidak seluruh ''womanist'' berpendapat bahwa konsep ''womanism'' berbeda dari feminisme. Alice Walker menjadi pencetus awal ''womanism'' melalui pernyataanya, "''womanism'' untuk feminisme, seperti warna ungu untuk lavender".<ref name=":2">{{Cite book|last=Walker|first=Alice|date=2005|title=In Search of Our Mothers' Gardens: Womanist Prose|location=London|publisher=Phoenix|isbn=9780753819609|orig-year=1983}}</ref> Atas pernyataan ini, teori-teori tentang perempuan tampak berkaitan erat, dengan ''womanism'' sebagai payung luas tempat feminisme berada.
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Asal-usul teoritis ==
*
 
*
=== Alice Walker ===
*
Penulis dan penyair, [[Alice Walker]], untuk pertama kalinya menggunakan istilah ''"womanist"'' dalam karya cerpennya bertajuk ''"Coming Apart"'' di tahun 1979{{Sfn|Phillips|2006|p=xix|loc="Introduction. Womanism: On Its Own"}} dan juga pada ''In Search of Our Mothers' Gardens: Womanist Prosa'' (1983). Istilah ''"womanist"'' didefinisikan Walker sebagai feminis kulit hitam. Istilah ini dibubuhkan dalam ucapan rakyat kulit hitam, dari seorang ibu kepada anak perempuannya, 'Kamu bertingkah feminin' (Inggris: ''You acting womanish'') untuk merujuk perilaku orang dewasa.{{Sfn|Walker|2005|p=xi}} <ref name="the challenge of blackness">''The Black Scholar'', Vol. 26, No. 1, ''The Challenge of Blackness'' (Winter/Spring 1996).</ref> Gadis yang bertingkah feminin menunjukkan perilaku yang keras kepala, berani, dan keterlaluan, yang dianggap melewati batasan norma-norma masyarakat.<ref name=":2">{{Cite book|last=Walker|first=Alice|date=2005|title=In Search of Our Mothers' Gardens: Womanist Prose|location=London|publisher=Phoenix|isbn=9780753819609|orig-year=1983}}</ref> Ia kemudian mengatakan bahwa ''womanist'' juga:
{{quote|Seorang wanita yang mencintai wanita lain, secara seksual dan/atau non seksual. Menghargai dan lebih menyukai budaya wanita, fleksibilitas emosional wanita ... dan kekuatan wanita. ... Berkomitmen untuk kelangsungan hidup dan keutuhan seluruh orang, baik laki-laki dan perempuan. Bukan separatis, kecuali yang terjadi berkala, demi kesehatan&nbsp;... Suka musik. Suka menari. Mencintai bulan. Bersemangat... Menyukai perjuangan. Mencintai rakyat. Mencintai dirinya sendiri. Tak begitu memusingkan hal-hal lain. Womanist untuk feminis, seperti ungu untuk lavender.{{sfn|Walker|2005|p=xii}}}}
Walker menilai bahwa ''womanism'' merupakan payung luas yang didalamnya mencakup feminisme.<ref>{{Cite web|last=Hayat|first=Fatema|date=4 March 2014|title=What is a Womanist?|url=https://progressivepupil.wordpress.com/2014/03/04/what-is-a-womanist/|website=Progressive Pupil|publisher=Progressive Pupil|access-date=16 April 2018}}</ref> Fokus teologinya bukan terletak pada [[ketidaksetaraan gender]], tetapi penindasan berbasis ras dan kelas.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref> Walker memandang womanism sebagai teori atau gerakan yang mempertimbangkan pengalaman wanita kulit hitam, budaya kulit hitam, mitos kulit hitam, kehidupan spiritual, dan suara para wanita kulit hitam.<ref>{{Cite journal|last=ANIH|first=UCHENNA BETHRAND|title=A Womanist Reading of Douceurs du bercail by Aminata Sow Fall|journal=Matatu: Journal for African Culture & Society|issue=41|pages=105–124}}</ref> Ungkapan Walker yang paling banyak dikutip, ''"womanist is to feminist as purple is to lavender",'' menunjukkan bahwa feminisme merupakan elemen yang berada di bawah payung ideologis ''womanism''. <ref name="the challenge of blackness">''The Black Scholar'', Vol. 26, No. 1, ''The Challenge of Blackness'' (Winter/Spring 1996).</ref>
 
Walker juga mendefinisikan kaum wanita sebagai universalis. Filosofi ini tercermin dalam metaforanya tentang taman yang didalamnya seluruh bunga bermekaran. Seorang wanita berperan dalam kelangsungan hidup [[Jantan|pria]] maupun [[Betina|wanita]] dan karena itulah ia menginginkan dunia di mana pria dan wanita dapat hidup berdampingan sembari mempertahankan kekhasan budaya mereka.<ref name="the challenge of blackness">''The Black Scholar'', Vol. 26, No. 1, ''The Challenge of Blackness'' (Winter/Spring 1996).</ref> Penyertaan laki-laki dalam konteks ini akan mampu memberi kesempatan bagi perempuan kulit hitam untuk mengatasi penindasan gender tanpa secara langsung menyerang laki-laki.<ref name="collins">{{Cite journal|last=Collins|first=Patricia|year=1996|title=What's In a Time: Womanism, Black Feminism, and Beyond|journal=The Black Scholar|volume=26|pages=9–17|doi=10.1080/00064246.1996.11430765}}</ref>
 
Definisi ketiga Walker yang berkaitan dengan seksualitas wanita digambarkan dalam ulasannya tentang ''"Gifts of Power: The Writings of Rebecca Jackson".'' Dalam ulasan tersebut, ia berpendapat bahwa Rebecca Jackson, seorang Shaker (gerakan yang menganut nilai-nilai egalitarianisme) kulit hitam yang meninggalkan suaminya dan kemudian hidup bersama rekan wanitanya, patut disebut sebagai ''womanist'' terlepas dari orientasi seksualnya.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref> Penafsiran kontras Walker tentang ''womanism'' telah memvalidasi pengalaman wanita Afrika-Amerika yang sejalan dengan perspektif yang lebih terdepan.<ref name="the challenge of blackness">''The Black Scholar'', Vol. 26, No. 1, ''The Challenge of Blackness'' (Winter/Spring 1996).</ref>
 
Meski banyak orang mengakui Alice Walker sebagai pencetus istilah ''womanism,'' tetapi Walker nampaknya tak begitu konsisten mendefinisikan istilah ini dan kerap bertentangan dengan dirinya sendiri.<ref name="Critical Essays on Alice Walker">{{Cite book|last=Dieke|first=Ikenna|date=1999|title=Critical Essays on Alice Walker|location=Westport, CT|publisher=Greenwood Press}}</ref> Pada beberapa kesempatan, ia menggambarkan womanism sebagai konsep yang lebih inklusif bagi feminis kulit hitam karena berfokus pada wanita secara keseluruhan. Namun, ia kemudian menyesali konsep ''womanism'' yang menginginkan perdamaian dan inklusivitas karena suara wanita kulit hitam belum juga divalidasi oleh wanita kulit putih dan pria kulit hitam.<ref>{{Cite book|last=Winchell|first=Donna Haisty|date=1992|title=Alice Walker|location=New York|publisher=Twayne}}</ref>
 
=== Clenora Hudson-Weems ===
Clenora Hudson-Weems merupakan pencetus istilah ''Africana womanism.'' Penerbitan bukunya yang berjudul "''Africana Womanism: Reclaiming Ourselves"'' (1995) menjadi sebuah kejutan bagi komunitas nasionalis kulit hitam, hingga ia dinobatkan sebagai pemikir independen. Hudson-Weems menolak mengamini bahwa feminisme adalah teologi wanita Afrika. Dalam hal ini, ia mengacu pada wanita [[diaspora Afrika]], yang dirasa berakar pada cita-cita Eurosentris.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref> Lebih lanjut, Hudson-Weems mengidentifikasi perbedaan ''womanism'' dan feminisme. Ia berkata bahwa ''womanism'' berorientasi pada keluarga dan berfokus pada ras, kelas, dan gender, sedangkan feminisme berorientasi pada wanita dan fokus utamanya tertuju pada isu seks biologis yang dihadapi perempuan dan anak perempuan secara global.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Hudson-Weems|first=Clenora|date=2001|title=Africana Womanism: The Flip Side of a Coin|journal=Western Journal of Black Studies|volume=25|issue=3|pages=137–45}}</ref>
 
Ia juga menyatakan bahwa idak mungkin untuk memasukkan perspektif budaya perempuan Afrika ke dalam ideal feminisme. Hal ini karena terkait sejarah perbudakan dan [[Rasisme di Amerika Serikat|rasisme di Amerika]]. Weems turut pula menolak pemikiran feminisme yang memandang laki-laki sebagai musuh. Ia menyatakan bahwa wanita Afrika tidak pernah melihat pria Afrika sebagai musuh. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa musuh sejati ialah siapapun yang memindas pria, wanita, dan anak Afrika.<ref name="The Afrocentric Paradigm">{{Cite book|last=Mazama|first=Ama|date=2003|title=The Afrocentric Paradigm|location=Trenton|publisher=Africa World Press}}</ref> Ia mengklaim bahwa biner feminisme maskulin-feminin terjadi karena tidak adanya kesulitan terkait ras dan sosio-ekonomi pada perempuan kulit putih kelas atas.<ref name="The Afrocentric Paradigm" />
 
Ia dengan jelas membedakan antara wanita Afrika dari feminisme kulit hitam, di mana gabungan Afrika-Amerika dianggapnya sebagai bagian dari budaya barat.<ref>{{Cite journal|last=Hubbard|first=LaRese|date=2010|title=Anna Julia Cooper and Africana Womanism: Some Early Conceptual Contributions|journal=Black Women, Gender & Families|volume=4|issue=2}}</ref> Ia juga mengkritik feminisme kulit hitam karena mereka seakan membutuhkan validasi feminis kulit putih agar suara mereka didengar. Ia mengatakan bahwa feminisme tidak akan pernah menerima feminis kulit hitam dan hanya memposisikan mereka sebagai bagian remeh dari gerakan feminis.<ref name="Womanist Reader Review">Russo, Stacy. "The Womanist Reader by Layli Phillips" (review), ''Feminist Teacher'', 2009: 243-45. JSTOR.</ref>
 
Ia pun menyatakan bahwa pemimpin gerakan feminis kulit hitam tidak akan pernah sejalan dengan pemimpin gerakan feminis.Sebagian besar karyanya pun mencerminkan wacana separatis ''Black Nationalist,'' karena fokus pada kolektif daripada individu sebagai basis ideologinya. Hudson-Weems tak sependapat bahwa ''Africana womanism'' menjadi bagian dari feminisme. Ia menegaskan bahwa ideologinya ini berbeda dari feminisme kulit hitam, Walker womanism, dan ''Africana womanism''.<ref name="Womanist Reader Review">Russo, Stacy. "The Womanist Reader by Layli Phillips" (review), ''Feminist Teacher'', 2009: 243-45. JSTOR.</ref>
 
=== Chikwenye Okonjo Ogunyemi ===
Chikwenye Okonjo Ogunyemi selaku kritikus sastra Nigeria, menerbitkan artikel ''"Womanism: The Dynamics of the Contemporary Black Female Novel in English"'' (1985) untuk memaparkan interpretasinya tentang ''womanism''. Ia menyatakan bahwa visi utama ''womanist'' adalah untuk mencari solusi atas pembagian kekuasaan yang adil antara ras dan jenis kelamin.<ref name="Reader">{{Cite book|last=Phillips|first=Layli|date=2006|title=The Womanist Reader|location=New York and Abingdon|publisher=Routledge}}</ref> <ref name=":4">{{Cite journal|last=Ogunyemi|first=Chikwenye|date=1985|title=Womanism: The Dynamics of the Contemporary Black Female Novel in English|journal=Journal of Women in Culture and Society|volume=11|issue=1|pages=63–80|doi=10.1086/494200}}</ref> Interpretasinya begitu independen, tetapi sejumlah poin menunjukkan tumpang tindih dengan gagasan Alice Walker. Sejalan dengan definisi Walker yang berfokus pada ''blackness'' dan ''womanhood'', Ogunyemi menulis, "wanita kulit hitam mencerminkan budaya, cita-cita, dan citra wanita kulit hitam".<ref name=":4" />
 
Alih-alih berfokus pada ketidaksetaraan gender sebagai sumber penindasan kulit hitam, Ogunyemi justru mengambil sikap separatis seperti Hudson-Weems dan menolak rekonsiliasi feminis kulit putih dan feminis kulit hitam atas dasar kerasnya rasisme.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref> Ia mencontohkan bahwa feminis membahas tentang ''blackness'' dan ''African Blackness'' yang merujuk pada kebutuhan konsepsi perempuan Afrika. Kritik tersebut meliputi penggunaan ''"blackness"'' untuk mendukung idealisme feminis dan bukan idealisme wanita kulit hitam, pemikiran bahwa feminisme barat adalah alat yang akan bekerja di negara-negara Afrika tanpa sekalipun mengakui norma dan perbedaan budaya, dan pengkooptasian berbagai hal yang telah dilakukan wanita Afrika selama berabad-abad sebelum adanya gagasan barat tentang feminisme menjadi feminisme barat.<ref name="palava">{{Cite book|last=Ogunyemi|first=Chikwenye Okonjo|date=1996|title=Africa wo/man palava:the nigerian novel by woman|location=Chicago|publisher=University of Chicago Press}}</ref>
 
Ogunyemi memandang konsepsinya sebagai titik tengah gagasan Walker dan Hudson Weems terkait relasi perempuan dengan laki-laki. Gagasan Walker mengacu pada peran yang diemban pria dan kemungkinannya untuk menindas kaum wanita.<ref name="Critical Essays on Alice Walker">{{Cite book|last=Dieke|first=Ikenna|date=1999|title=Critical Essays on Alice Walker|location=Westport, CT|publisher=Greenwood Press}}</ref> Sedangkan, Hudson-Weems menolak untuk memandang pria Afrika sebagai musuh dan menyampingkan kemalangan yang diperbuat pria Afrika kepada masyarakat.<ref>{{Cite journal|last=Johnson|first=N|title=Theorizing female agency and empowerment through black women's literary writings (Clenora Hudson-Weems, Bettina Weiss)|journal=Research in African Literatures|volume=39|issue=2}}</ref>
 
== Ideologi ==
''Womanism'' memiliki beragam definisi dan interpretasi. Definisi luasnya berupa ideologi universalis bagi seluruh wanita, terlepas dari warna kulitnya. Dakan cerpen ''Coming Apart'' (1979) karangan Walker, seorang wanita heteroseksual Afrika-Amerika digambarkan menjalani kehidupan bersama lesbian Afrika-Amerika dan menghindarkan dirinya dari objek seksual. Dalam konteks penggunaan pornografi oleh laki-laki dan eksploitasi perempuan kulit hitam sebagai objek pornografi, seorang perempuan mengemban peran demi kelangsungan hidup dan keutuhan seluruh rakyat, baik laki-laki maupun perempuan<ref name="Hogan, Linda 1995">Hogan, L. (1995), ''From Women's Experience to [[Feminist Theology]]'', Sheffield, England: Sheffield Academic Press.</ref> melalui perlawanan terhadap penindasan.
 
Ungkapan Walker, ''"womanist is to feminist as purple is to lavender",'' menunjukkan anggapanya bahwa feminisme berada dalam payung besar ideologi ''womanism''.<ref name="collins">{{Cite journal|last=Collins|first=Patricia|year=1996|title=What's In a Time: Womanism, Black Feminism, and Beyond|journal=The Black Scholar|volume=26|pages=9–17|doi=10.1080/00064246.1996.11430765}}</ref> Konsep Walker berfokus pada pengalaman unik, perjuangan, kebutuhan, dan keinginan pada seluruh wanita kulit berwarna (tidak hanya hitam), selain juga menangani dinamika konflik antara feminis arus utama, feminis kulit hitam, feminis Afrika, dan ''Africana womanist.''<ref>{{Cite encyclopedia|last=King|encyclopedia=Women's Studies Encyclopedia|publisher=Greenwood Press|access-date=21 October 2013}}</ref> Mengingat adanya gagasan nasionalis kulit hitam pada banyak karya perempuan, para cendekiawan kemudian terbelah menjadi kubu pendukung konsep tersebut atau konsep yang mengasosiasikan perempuan dengan ideologi seperti [[feminisme kulit hitam]] dan ''Africana womanism'' atau mengambil sikap bahwa ketiganya secara inheren tidak sesuai.
 
=== Feminisme kulit hitam ===
Gerakan [[Feminisme kulit hitam|feminis kulit hitam]] dibentuk atas kurangnya keterwakilan perempuan secara rasial dalam Gerakan Perempuan (Inggris: ''Women's Movement'') dan tertindasnya mereka secara seksual oleh [[:en:Black_Liberation_Army|''Black Liberation Movement'']]<ref>{{Cite journal|title=But Some of Us Are Brave: A History of Black Feminism In the United States|journal=The Thistle|volume=9|issue=1}}</ref> Cendekiawan feminis kulit hitam menyatakan bahwa perempuan Afrika-Amerika dirugikan dua kali lipat dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik. Hal ini terjadi karena mereka menghadapi diskriminasi ras dan gender.<ref>Simien, E. (2004). "Gender differences in attitudes toward Black feminism among African Americans", ''Political Science Quarterly'', 119(2), 315-338. Retrieved November 20, 2013, from the JSTOR database.</ref> Wanita kulit hitam merasa bahwa kebutuhan mereka diabaikan oleh kedua gerakan dan mereka berjuang untuk mengidentifikasi berdasarkan ras atau gender. Wanita Afrika-Amerika yang menggunakan istilah feminisme kulit hitam menyertakan berbagai interpretasi mereka untuk hal tersebut.<ref>{{Cite journal|date=1973|title=black feminism|journal=Off Our Backs|volume=3|issue=10|pages=9|issn=0030-0071|jstor=25783665}}</ref>
 
Salah satu interpretasinya menyatakan bahwa feminisme kulit hitam memikul kebutuhan perempuan Afrika-Amerika yang diabaikan oleh gerakan feminisme. Pearl Cleage selaku feminis kulit hitam mendefinisikan femisime sebagai sebuah keyakinan bahwa perempuan adalah manusia penuh yang mampu berpartisipasi dan memimpin dalam berbagai aktivitas, seperti intelektual, politik, sosial, seksual, spiritual, dan ekonomi.<ref name="collins">{{Cite journal|last=Collins|first=Patricia|year=1996|title=What's In a Time: Womanism, Black Feminism, and Beyond|journal=The Black Scholar|volume=26|pages=9–17|doi=10.1080/00064246.1996.11430765}}</ref> Dengan definisi tersebut, agenda feminis dipandang menghimpun berbagai isu mulai dari hak politik hingga peluang pendidikan dalam konteks global.<ref name="collins" /> Agenda feminis kulit hitam berusaha merampingkan masalah ini dan berfokus pada masalah yang paling dapat diterapkan pada wanita Afrika-Amerika.
 
=== ''Africana womanism'' ===
Konsep ''Africana womanism'' yang diusung oleh Clenora Hudson-Weems berasal dari studi nasionalis Afrika. Dalam ''Africana Womanism: Reclaiming Ourselves'', Hudson-Weems menyelidiki keterbatasan teori feminis dan menerangkan ide dan aktivisme dari berbagai wanita Afrika.<ref>Dove, N. (1998), "African Womanism: An Afrocentric Theory", ''Journal of Black Studies'', 28(5), 515-539.</ref> Pada intinya, ''Africana womanism'' menolak feminisme karena dianggap mempromosikan isu-isu perempuan kulit putih di atas isu-isu perempuan kulit hitam. Hudson-Weems berpendapat bahwa feminisme tidak akan pernah baik-baik saja bagi perempuan kulit hitam terkait implikasi perbudakan dan prasangka.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref>
 
Weems berkata bahwa ''womanism'' berbeda dari feminisme karena perbedaan agenda, prioritas, dan fokusnya yang merujuk pada pengalaman, perjuangan, kebutuhan, dan keinginan wanita Afrika.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Hudson-Weems|first=Clenora|date=2001|title=Africana Womanism: The Flip Side of a Coin|journal=Western Journal of Black Studies|volume=25|issue=3|pages=137–45}}</ref> Ia menyampaikan bahwa perbedaannya juga tercermin dari keinginan wanita kulit putih untuk memerangi pria kulit putih dalam hal kekuasaan, sedangkan wanita kulit hitam berusaha melawan segala bentuk penindasan terhadap dirinya, anak-anaknya, dan pria kulit hitam.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref> <ref>Stephens, R., M. Keaveny, & V. Patton (2002). "'Come Colour My Rainbow': Themes of Africana Womanism in the Poetic Vision of Audrey Kathryn Bullett". ''Journal of Black Studies'', 32(4), 464-466. Retrieved October 20, 2013, from the JSTOR database.</ref>
 
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa rasisme memaksa pria dan wanita Afrika-Amerika untuk mengambil peran gender non tradisional. Dalam konteks ini, perombakan peran gender tradisional oleh feminisme menjadi kurang relevan untuk diaplikasikan pada pengalaman orang kulit hitam. Meski berkaitan dengan konsep ''womanism,'' tetapi konsep ''Africana womanism'' lebih diperuntukkan bagi wanita keturunan Afrika. Konsep tersebut dilandasi oleh budaya Afrika dan berfokus pada perjuangan, kebutuhan, dan keinginan wanita Afrika. Berdasarkan alasan ini, ''Africana womanism'' menempatkan penindasan berbasis ras dan kelas jauh lebih signifikan daripada penindasan berbasis gender.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref>
 
== Identitas wanita ==
Dalam pengantarnya untuk ''The Womanist Reader'', Layli Phillips berpendapat bahwa sebetulnya wanita kulit hitam merupakan cikal bakal terlahirnya ''womanism''.<ref name="Reader">{{Cite book|last=Phillips|first=Layli|date=2006|title=The Womanist Reader|location=New York and Abingdon|publisher=Routledge}}</ref> Prinsip dasar ''womanism'' didasarkan pada semangat aktivisme yang terekam dalam berbagai literatur sastra. Konsep ini tak ubahnya seperti gerakan perlawanan perempuan agar ia dapat memperluas ruangnya, tak hanya di komunitas kulit hitam, tetapi juga menuju komunitas non-kulit putih lainnya. "Ungu untuk lavender" ([[Bahasa Inggris|Inggris]]: ''"Purple is to lavender")'' menggambarkan hal ini melalui pengalaman yang dibahas Dimpal Jain dan Caroline Turner.<ref name="Jain & Turner 67-83">Jain, Dimpal, and Caroline Turner. "Purple Is to Lavender: Womanism, Resistance, and the Politics of Naming." Negro Educational Review 6263.(2012)</ref>
 
Sejumlah cendekiawan berpendapat bahwa ''womanism'' adalah subkategori dari feminisme, sementara yang lain berpikir sebaliknya. "Ungu untuk lavender" menyiratkan bahwa ''womanism'' adalah payung besar dari feminisme. Melalui ungkapan itu, Dimpal Jain dan Caroline Turner menggambarkan pengalaman diskriminasi yang mereka rasakan sebagai seorang minoritas.<ref name="Jain & Turner 67-83">Jain, Dimpal, and Caroline Turner. "Purple Is to Lavender: Womanism, Resistance, and the Politics of Naming." Negro Educational Review 6263.(2012)</ref> Jain adalah orang Asia Selatan, sementara Caroline adalah orang Filipina.
 
Mereka selanjutnya menjabarkan konsep ''"The Politics of Naming"'' yang menjadikannya condong ke arah ''womanism'' dibandingkan feminisme.<ref name="Jain & Turner 67-83">Jain, Dimpal, and Caroline Turner. "Purple Is to Lavender: Womanism, Resistance, and the Politics of Naming." Negro Educational Review 6263.(2012)</ref> Jain berkata, "Saya mengetahui bahwa istilah feminisme itu masih diperdebatkan. Namun, saya merasa bahwa feminisme cukup asing dan tidak mewakili diri saya.".<ref name="Jain & Turner 67-83" />
 
Sedangkan, Turner merasa bahwa feminisme tak ubahnya seperti sesuatu yang dipaksakan padanya dan juga mewakilinya. Jain menegaskan bahwa, "Inti dari ''The Politics of Naming'' adalah bahwa nama berfungsi sebagai pengenal dan tidak bersifat netral ketika melekat pada gerakan sosial, ide, dan kelompok. Penamaan dan pelabelan menjadi tindakan politis ketika mereka berfungsi untuk menentukan jenis keanggotaan di tingkat kelompok apapun.".<ref name="Jain & Turner 67-83">Jain, Dimpal, and Caroline Turner. "Purple Is to Lavender: Womanism, Resistance, and the Politics of Naming." Negro Educational Review 6263.(2012)</ref>
 
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa ada alasan tertentu yang membuat individu merasa terwakili melalui konsep feminisme. Namun, alasan tersebut mungkin tidak terlihat oleh masyarakat umum. Hal ini terjadi karena konotoasi feminisme yang terkait dengan gerakan sosial, gagasan, dan kelompok. Pada dasarnya, individu menginginkan sebuah konsep yang dapat mengekspresikan dan mendukung keyakinan mereka secara holistik. Mereka menginginkan sesuatu yang dapat mereka pegang sepenuhnya tanpa sedikit pun tersirat penyesalan. Sama halnya, Alice Walker yang menyatakan bahwa dirinya tak menganggap ''womanism'' lebih baik daripada feminisme, tetapi dirinya hanya berusaha menyediakan istilah baru yang lebih relevan dan mewakili pengalaman para perempuan berwarna.<ref name="Jain & Turner 67-83">Jain, Dimpal, and Caroline Turner. "Purple Is to Lavender: Womanism, Resistance, and the Politics of Naming." Negro Educational Review 6263.(2012)</ref>
 
Bagi sebagian besar perempuan kulit hitam, feminisme telah dianggap gagal untuk mewakili seluruh perempuan. Para perempuan kulit hitam itu menginginkan gerakan baru yang bisa mewujudkan cita-cita mereka. ''Womanism'' menjadi sebuah konsep baru yang ditelurkan Alice Walker dengan penuh keyakinan. Banyak wanita merasa bahwa ''womanism'' lebih mudah dikenali dibandingkan feminisme. Selain itu, elemen inti dari konsep ''womanism'' didasarkan pada peran spiritualitas dan etika dalam mengakhiri penindasan yang terkait oleh ras, gender, dan kelas yang membatasi kehidupan wanita Afrika-Amerika.<ref>Tsuruta, D. (2012), "The Womanish Roots of Womanism: A Culturally-Derived and African-Centered Ideal(Concept)", ''The Western Journal of Black Studies'', 36(1), 4. Retrieved November 20, 2013, from the EHIS database.</ref>
 
=== Sastra dan aktivisme ===
Sastra perempuan dan aktivisme adalah dua bidang yang sebagian besar diinterpolasi, di mana masing-masing bidangnya berpengaruh terhadap yang lainnya. Prinsip utama keduanya adalah gagasan bahwa aktivis dan penulis kulit hitam harus memisahkan diri dari ideologi feminis. Hal ini dapat terlihat dalam pernyataan Kalenda Eaton, Chikwenye Okonjo Ogunyemi, dan sejumlah teolog wanita lainnya yang menyatakan bahwa wanita sebaiknya mendukung isu yang menindas tidak hanya kaum wanita kulit hitam, tetapi juga kelompok lain yang mengalami diskriminasi serupa.<ref name="Harris">Harris, M. L. (2010). "Introduction". ''Gifts of virtue, Alice Walker, and womanist ethics'' (p. 2). New York: Palgrave Macmillan.</ref> Chikwenye Okonjo Ogunyemi menyatakan bahwa seorang penulis wanita kulit putih mungkin seorang feminis, tetapi seorang penulis wanita kulit hitam kemungkinan besar adalah seorang ''womanist.'' Dalam hal ini, ia menegaskan bahwa wanita kulit hitam sedang berjuang demi kesetaraan seksual dan juga isu lain seperti: ras, ekonomi, budaya, dan politik.<ref name="Smorol">Sarah Smorol, ''Rocky Mountain Review'', Vol. 63, No. 1 (Spring, 2009), pp. 133-134.</ref>
 
Melalui "''Womanism, Literature and the Transformation of the Black Community"'', Kalenda Eaton menggambarkan penulis perempuan kulit hitam sebagai seorang agen perubahan dalam komunitas kulit hitam setelah munculnya[[Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika (1955-1968)|Gerakan Hak Sipil]]. <ref name=":1">{{Cite book|last=Eaton|first=Kalenda|date=1965–1980|title=Womanism Literature, and the transformation of the Black community|location=New York|publisher=Routledge}}</ref> Ia menciptakan jalinan peristiwa sejarah Afrika-Amerika dengan perkembangan ''Afro-Politico womanism'' sebagai upaya memberikan ruang bagi [[aktivisme]] wanita kulit hitam dalam komunitasnya.<ref name="Smorol">Sarah Smorol, ''Rocky Mountain Review'', Vol. 63, No. 1 (Spring, 2009), pp. 133-134.</ref>''Afro-Politico womanism'' berbeda dari tujuan kesetaraan gender yang diusung feminisme. Konsep ini lebih cenderung memperjuangkan [[Hak sipil dan politik|hak sipil]] yang dilanggar, baik perempuan maupun laki-laki. Eaton berpendapat bahwa aktivis wanita kulit hitam memiliki pengaruh besar dalam perjuangan skala kecil dalam komunitas mereka.<ref>Eaton, K. (2004). [https://etd.ohiolink.edu/ "Talkin' Bout a Revolution: Afro-Politico Womanism and the Ideological Transformation of the Black Community, 1965-1980"] (electronic thesis or dissertation).</ref>
 
Menggunakan berbagai karakter dari ''Song of Solomon'' karya [[Toni Morrison]], ''Meridian'' karya Alice Walker, ''The Salt Eaters'' karya Toni Cade Bambara, dan ''The Chosen Place'' karya [[Paule Marshall]], ''"the Timeless People"'' menjadi sebuah simbol dari berbagai agenda dan isu politik yang merebak dalam gerakan kulit hitam. Dalam hal ini, Eaton merujuk pada solusi atas problema ketidakpuasan dan disorganisasi dalam gerakan. Aktivis sastra ini kerap mengangkat isu dalam rangka memberdayakan komunitas miskin (komunitas Afrika-Amerika Selatan) dan memungkinkan mobilitas sosial dalam komunitas Afrika-Amerika.<ref name="Smorol">Sarah Smorol, ''Rocky Mountain Review'', Vol. 63, No. 1 (Spring, 2009), pp. 133-134.</ref> Seringkali penulis wanita kulit hitam gagal mengidentifikasi dirinya dengan pemikiran feminis. Karena itulah, ''womanism'' menjadi sebuah konsep yang menyatukan para novelis ini.
 
Dalam "''The Master's Tools Will Never Dismantle the Master's House",'' Audre Lorde mengkritik feminisme gelombang kedua atas pengabaian perbedaan di antara mereka dan perpecahan yang timbul karenanya. Lorde tidak pernah menggunakan kata ''"womanist"'' atau ''"womanism"'' dalam karyanya ataupun di halaman deskripsi novelnya. Namun, karya Lorde tampak mendukung konsep tersebut. Seperti yang ia tunjukkan bahwa feminisme gelombang kedua seringkali hanya fokus pada masalah wanita kulit putih heteroseksual dan mengabaikan masalah yang terkait wanita kulit hitam dan lesbian/<ref>{{Cite book|last=Lorde|first=Audre|year=1984|title=The Master's Tools Will Never Dismantle the Master's House|location=Berkeley, CA|publisher=Crossing Press|pages=110–114}}</ref>
 
=== Spiritualitas ===
Spiritualitas wanita terdiri dari enam karakteristik yang meliputi eklektik, sintetis, holistik, pribadi, visioner, dan pragmatis. Karakter itu membangun pribadi wanita secara penuh. Meskipun pada akhirnya ditentukan oleh diri sendiri, spiritualitas wanita menjadi sebuah gambaran luas dalam memutuskan masalah dan mengakhiri ketidakadilan.<ref name="maparyan">{{Cite book|last=Maparyan|first=Layli|year=2012|title=The Womanist Idea|location=New York, New York|publisher=Taylor & Francis}}</ref> Emilie Townes, seorang teolog wanita, lebih lanjut menegaskan bahwa spiritualitas wanita tumbuh dari refleksi individu dan komunal tentang iman dan kehidupan Afrika-Amerika. Ia menambahkan bahwa spiritualitas tak hanya dipandang sebagai kekuatan, melainkan juga diri kita dari waktu ke waktu.<ref>Townes, E. M. (1995). In a blaze of glory: womanist spirituality as social witness. Nashville: Abingdon Press.</ref>
 
Salah satu ciri utama ''womanism'' adalah aspek religiusnya yang kerap dianggap bagian dari ajaran Kristiani. Dalam konteks ini, spiritual wanita kulit hitam ditunjukkan oleh perannya dalam aktivitas gereja. Melalui artikel ''"Womanist Spirituality Defined"'' William mengulas keterkaitan langsung antara spiritualitas wanita dengan pengalaman individu terhadap Tuhan.<ref name="Williams 97">Williams, Khalia Jelks (April 16, 2015), "Engaging Womanist Spirituality In African American Christian Worship." ''Proceedings Of The North American Academy For Liturgy''.</ref> William mencontohkan dengan merujuk pada penggunaan istilah spiritualitas yang mengacu pada pengalaman hidup sehari-hari, relasi kita terhadap hidup dan Tuhan, serta pemaknaan Tuhan selaku yang berkehendak atas pengalaman tersebut.<ref name="Williams 97" />
 
Konotasi ini diperdepatkan dalam diskusi, di mana Monica Coleman menyoroti kelemahan wanita dalam mendefinisikan ''womanism.''<ref name="Coleman 85-98">{{Cite journal|last=Coleman|first=Monica A.|date=2006|title=Must I Be A Womanist?|journal=Journal of Feminist Studies in Religion|volume=22|issue=1|pages=85–96|doi=10.1353/jfs.2006.0001}}</ref> Dalam diskusi holistik ini, Coleman menjabarkan alasan dirinya memilih feminisme kulit hitam daripada femininisme dan membahas ruang lingkup terbatas yang dihasilkan oleh pengetahuan agama. <ref name="Coleman 85-98" /> Coleman menawarkan wawasan mendalam tentang aspek spiritual ''womanism'' ketika ia menyatakan, "Disengaja atau tidak, kaum wanita telah menciptakan wacana hegemonik Kristen di dalam lapangan".{{Sfn|Coleman|2006|p=89}}
 
Coleman berpendapat bahwa sebagian besar wanita mendeksripsikan aspek spiritual ''womanism'' dalam kerangka Kekristenan. Misalnya, dalam ''"Everyday Use"'' karya Walker, yang memuat kisah seorang ibu yang mendadak berani dalam mengambil sikap untuk menentang putrinya yang manja dengan sebuah ucapan, "Ketika saya menatapnya seperti itu, sesuatu menghantam saya di atas kepala dan berlari ke telapak kakiku. Sama seperti ketika saya di gereja dan roh Tuhan menyentuh saya dan saya senang dan berteriak".<ref name="Walker, Use">Walker, Alice (February 19, 2015), "Everyday Use." American Studies at the University of Virginia. University of Virginia.</ref>
 
Hal tersebut dapat dikategorikan aspek spiritual karena penyebutan relasi terhadap Tuhan Kristen. Namun, Coleman memberikan contoh tandingan dalam karya Tina Turner yang menyoroti peran agama Buddha yang mendukung wanita agar terlepas dari hubungan yang diliputi kekerasan.{{Sfn|Coleman|2006|p=89}} Dalam hal ini, Coleman mempertanyakan konsepsi yang dibangun oleh pengetahuan spiritual ''womanism'' dan menyatakan spiritualitas tertentu sangat terbatas cakupannya. Menurutnya, ketika mempertimbangkan ''womanism'' secara penuh, perlu juga untuk memahami relasinya dengan feminisme.
 
=== Etika ===
Etika ''womanism'' adalah disiplin agama yang mengkaji teori-teori etika tentang agensi, tindakan, dan hubungan manusia. Etika ini juga menolak konstruksi sosial yang mengabaikan kelompok perempuan yang menanggung beban ketidakadilan dan penindasan.<ref name="Harris">Harris, M. L. (2010). "Introduction". ''Gifts of virtue, Alice Walker, and womanist ethics'' (p. 2). New York: Palgrave Macmillan.</ref> Perspektifnya dibentuk oleh pengalaman teologis wanita Afrika-Amerika. <ref name="Harris" /> Etika ini memerika pengaruh ras, kelas, gender, dan seksualitas pada individu dan komunitas. Etika ini menjadi sebuah alternatif bagi Kristen dan agama lainnya sembari memanfaatkan unsur kritik, deskripsi, dan konstruksi untuk menilai ketimpangan kekuasaan dan patriarki yang telah digunakan untuk menindas perempuan kulit berwarna dan komunitasnya.<ref name="Harris" />
 
Penerbitan "''The Emergence of Black Feminis Consciousness"'' karya Katie Cannon merupakan sastra pertama yang mengulasi etika ''womanism''. Dalam artikel ini, Cannon berargumen bahwa terdapat pengabaian perspektif wanita kulit hitam dalam tulisan keagamaan dan akademis. Jacquelyn Grant menambahkan bahwa wanita kulit hitam setidaknya juga mengalami tiga penindasan terkait rasisme, seksisme, dan kelas.<ref name="Harris">Harris, M. L. (2010). "Introduction". ''Gifts of virtue, Alice Walker, and womanist ethics'' (p. 2). New York: Palgrave Macmillan.</ref> Teori feminis kulit hitam telah digunakan oleh etika ''womanism'' untuk menjelaskan kurangnya partisipasi wanita dan pria Afrika-Amerika dalam tulisan akademis. [[Patricia Hill Collins|Patricia Collins]] berpendapat bahwa fenomena ini dilandasi atas prevalensi pria kulit putih dalam menentukan apa yang boleh dan tidak, di mana karena itu ada desakan untuk terbentuknya alternatif pengetahuan bagi wanita kulit hitam.<ref name="Harris" />
 
== Kritik ==
Kritik utama dalam ajaran ''womanism'' adalah kegagalan mengatasi homoseksualitas dalam komunitas kulit hitam. Tokoh protagonis Walker di ''Coming Apart'' menggunakan tulisan dari dua lesbian Afrika-Amerika, [[Audre Lorde]] dan Louisah Teish, untuk mendukung argumennya bahwa suaminya harus berhenti mengonsumsi pornografi. <ref name=":0">{{Cite book|last=Walker|first=Alice|year=1981|title=You Can't Keep a Good Woman Down|location=New York|publisher=Harcourt Brace Jovanovich|chapter=Coming Apart}}<cite class="citation book cs1" data-ve-ignore="true" id="CITEREFWalker1981">Walker, Alice (1981). "Coming Apart". ''You Can't Keep a Good Woman Down''. New York: Harcourt Brace Jovanovich.</cite></ref> Ia menempelkan kutipan Audre Lorde itu di atas wastafel dapurnya. ''In Search of Our Mother's Garden'' menyatakan bahwa seorang ''womanist'' adalah seorang wanita yang mencintai wanita lain, secara seksual dan atau non seksual. <ref name=":2">{{Cite book|last=Walker|first=Alice|date=2005|title=In Search of Our Mothers' Gardens: Womanist Prose|location=London|publisher=Phoenix|isbn=9780753819609|orig-year=1983}}<cite class="citation book cs1" data-ve-ignore="true" id="CITEREFWalker2005">Walker, Alice (2005) [1983]. ''In Search of Our Mothers' Gardens: Womanist Prose''. London: Phoenix. [[International Standard Book Number|ISBN]]&nbsp;[[Special:BookSources/9780753819609|<bdi>9780753819609</bdi>]].</cite></ref> Sayangnya, masih sangat sedikit literatur yang menghubungkan ''womanism'' terkait isu lesbian dan biseksual. Teolog wanita Renee Hill mengutip pengaruh Kristen sebagai sumber [[heteroseksisme]] dan [[homofobia]] . {{Sfn|Coleman|2006|p=88}}
 
''Womanism'' berasal dari gagasan bahwa laki-laki adalah laki-laki dan wanita adalah wanita, tanpa mencermati perempuan kulit berwarna yang memiliki relasi kuat dengan gereja kulit hitam.<ref>{{Cite book|last=Douglass|first=Kelly B.|year=1999|title=Sexuality and the Black Church: A Womanist Perspective|location=Maryknoll, NY|publisher=Orbis Books}}</ref> Barbara Smith selaku kritikus feminis kulit hitam, menyalahkan keengganan komunitas kulit hitam untuk menerima homoseksualitas. <ref name="collins">{{Cite journal|last=Collins|first=Patricia|year=1996|title=What's In a Time: Womanism, Black Feminism, and Beyond|journal=The Black Scholar|volume=26|pages=9–17|doi=10.1080/00064246.1996.11430765}}<cite class="citation journal cs1" data-ve-ignore="true" id="CITEREFCollins1996">Collins, Patricia (1996). "What's In a Time: Womanism, Black Feminism, and Beyond". ''The Black Scholar''. '''26''': 9–17. [[Pengenal objek digital|doi]]:[[doi:10.1080/00064246.1996.11430765|10.1080/00064246.1996.11430765]].</cite></ref> Namun, terdapat peningkatan kritik terhadap heteroseksisme dalam keilmuan wanita. Pamela R. Lightsey sebagai teolog wanita Kristen, melalui bukunya ''Our Lives Matter: A Womanist Queer Theology'' (2015), menulis, "Bagi banyak orang, kita masih sesat . Bagi banyak orang, orang mesum hitam adalah ancaman paling berbahaya bagi cita-cita Amerika. Karena borjuasi konservatif kulit hitam telah bergabung dengan serangan terhadap kepribadian kita, orang-orang LGBTQ kulit hitam tidak dapat membiarkan wacana dikendalikan sedemikian rupa sehingga keberadaan kita dalam komunitas kulit hitam ditolak atau menjadi samar.".<ref>{{Cite book|last=Lightsey|first=Pamela|year=2015|title=Our Lives Matter|publisher=Pickwick Publications|isbn=978-1-4982-0664-8|pages=31}}</ref>
 
Kritik tambahan mengacu pada ambivalensi ''womanism''. Dalam ''womanism'' Afrika, istilah ini dikaitkan dengan wacana nasionalis kulit hitam dan gerakan separatis. [[Patricia Hill Collins|Patricia Collins]] berargumen bahwa konsep ini membesar-besarkan perbedaan ras dengan mendukung identitas homogen. Hal ini bertolak belakang dengan model universalis ''womanism'' yang digagas oleh Walker. Kontroversi dan protes yang terus bergulir dalam berbagai ideologi ''womanism'' membuatnya membelot dari tujuan untuk mengakhiri penindasan berbasis ras dan gender.
 
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Gender]]
[[Kategori:Feminisme]]
[[Kategori:Teori sosial]]