Transenden: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k +{{Authority control}}
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 12:
Menurut [[Rudolf Otto]], sewaktu mengalami yang transenden, manusia mengalami dua perasaan yang bertentangan.<ref name="Hardjana">{{id}}Agus M. Hardjana., Religiositas, Agama, Dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius, 2005, Hal. 30</ref> Di satu sisi manusia merasa sangat tertarik karena pesona fascinosum, tetapi di sisi lain ia merasakan gemetar dan ketakutan karena yang transenden itu tremendum, yaitu memiliki daya pemaksaan dan menakutkan.<ref name="Hardjana"/> Sewaktu mengalami yang transenden itu, manusia akan lupa siapa dirinya terhanyut pada yang transenden dan menikmati perjumpaan dengannya.<ref name="Hardjana"/>
 
Istilah Tuhan yang transenden artinya Tuhan melampaui dunia ini, hal ini berseberangan dengan keyakinan tentang Tuhan yang berada dalam realitas dunia ini yang disebuhdisebut [[imanen]].<ref name="Audi"/> Namun, beberapa pemikir kemudian mengkombinasikan pemikiran Tuhan yang transenden sekaligus imanen, Tuhan ada di dunia ini sekaligus melampaui dunia ini.<ref name="Audi"/>
 
[[Frans Magnis Suseno]] menguraikan relasi Tuhan yang transenden itu dengan dunia.<ref name="Suseno">{{id}}Feans Magnis Suseno., Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius, 2006, Hal. 192-193</ref> Yang pertama, hubungannya memang bersifat transenden, artinya eksistensinya tidak bergantung pada dunia karena ia tak terbatas dan tak terhingga.<ref name="Suseno"/> Namun, yang ilahi dan transenden itu sekaligus juga imanen, artinya ia meresapi apa pun yang ada, tak ada tempat di dunia ini di mana yang ilahi tidak hadir di situ.<ref name="Suseno"/> Hal ini berarti, yang ilahi dibedakan dari dunia bukan seperti dua benda, atau dua objek, dibedakan satu dari yang lain.<ref name="Suseno"/> Dunia yang terbatas ini memang bergantung pada ilahi yang tak terbatas sehingga Allah menjadi penunjang adanya dunia.<ref name="Suseno"/> Dalam bahasa sederhana: Tuhan itu, sebagai yang transenden, di mana-mana tidak ada, dan sekaligus yang imanen, di mana-mana ada.<ref name="Suseno"/>