Kesultanan Lingga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 19026376 oleh 36.65.241.218 (bicara) Tag: Pembatalan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 88:
=== Sultan Abdurrahman (1819-1832) ===
Sultan Abdurrahaman adalah sultan pertama dari Kesultanan Lingga. Ia adalah putra dari Sultan Mahmud Syah III yang berkuasa di Kesultanan Johor Riau. Setelah ayahnya wafat, kesultanannya dibagi menjadi dua, yaitu [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Singapura]] dan [[Kesultanan Lingga]]. Pembagian wilayahnya ditentukan oleh [[Britania Raya]] dan [[Hindia Belanda]] dalam [[Traktat London]] yang ditetapkan pada tahun 1824. Wilayah Kesultanan Johor Singapura mencakup [[Johor]], [[Singapura]], [[Pahang]], dan [[Tregganu]]. Sedangkan wilayah Kesultanan Lingga mencakup [[Pulau Lingga]], [[Pulau Singkep]] dan [[Riau]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=156}}
=== Sultan Muhammad Syah (1832-1841) ===
[[Sultan Muhammad Syah]] menggantikan ayahnya yaitu Sultan Abdurrahman yang wafat pada 12 Rabiul Awal 1284 H (1832 M). Ayahnya dimakamkan di [[Bukit Cengkil Daik]]. Nama asli dari Sultan Muhammad Syah adalah Tengku Besar. Sultan Muhammad Syah wafat pada tahun 1841 dan dimakamkan di [[Bukit Cengkeh]]. Sebelum wafat, ia telah menunjuk putranya yang bernama Tengku Mahmud sebagai [[pewaris]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=156–157}}
=== Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857) ===
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzafar Syah, Kesultanan Lingga menjadi salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh besar bagi [[Melayu Riau|Suku Melayu Riau]]. Kekuasaannya diberhentikan oleh [[Gubernur Jenderal Belanda]] pada tanggal 23 September 1857.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=157}}
=== Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1857-1883) ===
Pengganti Sultan Mahmud Muzafar Syah adalah pamannya yang bernama Tengku Sulaiman. Gelarnya adalah [[Sultan Lingga|Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah]]. Pelantikannya sebagai sultan diadakan pada tanggal 10 Oktober 1857. Ia memerintah hingga wafat pada tanggal 17 September 1883. Pemakamannya berada di [[Bukit Cengkeh]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=157}}
=== Sultan Abdurrahman Muazam Syah (1883-1913) ===
Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah tidak mempunyai keturunan, sehingga penggantinya adalah putri Sultan Mahmud Muzafar Syah yang bernama Fatimah. Suami dari Fatimah adalah [[Yang Dipertuan Muda]] ke-10 bernama Raja Muhammad Yusuf, sehingga kekuasaannya diberikan kepada anaknya yang bernama Raja Abdurrahman. Setelah dilantik pada tahun 1883, Raja Abdurrahman diberi gelar Sultan Abdurrahman Muazam Syah. Pada tahun 1903, ia memindahkan pusat pemerintahan ke [[Pulau Penyengat]]. [[Kesultanan Lingga]] mengalami perkembangan pesat selama masa pemerintahannya. Sultan Abdurrahman Muazam Syah mendirikan perkumpulan Rusydiah di Pulau Penyengat yang kemudian menjadi pusat perkembangan [[politik]], [[budaya]], dan [[kemasyarakatan]]. Ia menjadi sultan terakhir dari Kesultanan Lingga setelah [[Hindia Belanda]] memutuskan untuk membubarkan kerajaan ini pada tanggal 10 Februari 1911. Keputusan ini ditetapkan karena Sultan Abdurrahman Muazam Syah tidak patuh terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Setelah diberhentikan sebagai sultan, ia bersama para [[bangsawan]] akhirnya pindah ke [[Singapura]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=158–159}}
== Peninggalan ==
|