Kota Pekanbaru: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 20904049 oleh 110.139.134.76 (bicara) Tag: Pembatalan |
Update Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 23:
|luas = 632,26
|penduduktahun = [[2021]]
|pendudukref = <ref name="DUKCAPIL"/><ref name="PEKANBARU">{{cite web|url=https://pekanbarukota.bps.go.id/publication/
|penduduk =
|kepadatan =
|bahasa = [[Bahasa
|agama = [[Islam]] 84,
|kecamatan = 15 [[kecamatan]]
|kelurahan = 83 [[kelurahan]]
Baris 34:
|kodepos = [[Daftar kodepos di Indonesia|28111-28299]]
|kodearea = +62 761
| nomor_polisi = '''BM xxxx'''
|SNI = PKU
|dau = Rp 906.014.576.000,- (2020)
Baris 42:
|footnotes =
}}
'''Kota Pekanbaru''' ([[Jawi]]: كوتا ڤكنبارو) adalah [[ibu kota]] dan kota terbesar di
Pekanbaru terletak di tepian [[Sungai Siak]] dan pada awalnya merupakan sebuah kota kecil yang memiliki pasar (''pekan'') yang bernama Payung Sekaki atau Senapelan. Pada abad ke-18, wilayah yang kini menjadi Pekanbaru berada pada lingkar pengaruh [[Kesultanan Siak]], dan [[Alamuddin dari Siak|Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah]] (Marhum Pekan) secara luas dianggap sebagai pendiri kota Pekanbaru modern; hari jadi kota ini ditetapkan pada tanggal 23 Juni 1784. Pekanbaru menjadi sebuah "kota kecil" pada tahun 1948 dan [[kotapraja]] pada tahun 1956, sebelum ditetapkan menjadi ibu kota provinsi [[Riau]] sebagai pengganti dari [[Tanjung Pinang]] pada tahun 1959.
Baris 51 ⟶ 52:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Sultan van Siak met rijksgroten in de afdeling Bengalis oostkust van Sumatra TMnr 60012313.jpg|250px|jmpl|kiri|[[Sultan Siak|Sultan Syarif Hasyim]] beserta Dewan Menteri serta Kadi Siak tahun 1888.]]
[[Berkas:Pakanbaroe aan de Siakrivier, KITLV 33155.tiff|kiri|jmpl|Pelabuhan Pekanbaru sekitar tahun 1925.]]
Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi [[Minangkabau]] ke wilayah pesisir [[Selat Malaka]]. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi [[Pakan (pasar)|pasar (''pekan'')]] bagi para [[Saudagar Minangkabau|pedagang Minangkabau]].<ref>Sejarah Daerah Riau, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]], 1977</ref> Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat permukiman yang ramai. [[Sultan Siak]] ke-4 [[Alamuddin dari Siak|Sultan Alamuddin Syah]] memindahkan pusat kekuasaan Siak dari [[Mempura, Siak|Mempura]] ke [[Senapelan, Pekanbaru|Senapelan]] pada tahun 1762.<ref>{{cite book|last=Lutfi, dkk|first=Muchtar|authorlink=|coauthors=|title=Sejarah Riau|year=1999|publisher=Biro Bina Sosial Setwilda Tk. I Riau|location=|id= }}</ref><ref name="sejarah"/> Pada tanggal [[23 Juni]] [[1784]], berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari [[Kesultanan Siak]], yang terdiri dari [[Datuk di Minangkabau|datuk]] empat suku (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari jadi kota ini.<ref name="sejarah"/><ref>{{cite book|last=Samin|first=S.M.|authorlink=|coauthors=|title=Dari kebatinan senapelan ke Bandaraya Pekanbaru: menelisik jejak sejarah Kota Pekanbaru, 1784-2005|year=2006|publisher=Pemerintah Kota Pekanbaru bekerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Riau dan Penerbit Alaf Riau|location=|id= }}</ref>
Baris 184 ⟶ 186:
! Jumlah (%)
|-----
| [[Islam]] || align="center" | 84,
|-----
| [[Protestan]] || align="center" | 10,
|-----
| [[Buddha]] || align="center" | 3,
|-----
| [[Katolik]] || align="center" | 1,
|-----
| [[Hindu]] || align="center" | 0,02
|