Ayam lodho: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 13:
[[Berkas:BUMBU AYAM LODHO.png|thumb|Bumbu ayam lodho]]
'''Ayam lodho''' adalah salah satu hidangan dari daging ayam yang berasal dari Tulungagung dan Trenggalek, Jawa Timur, Indonesia. Hidangan ini adalah hidangan tradisional yang dikonsumsi sehari-hari dan digunakan sebagai sajian untuk hari raya agama Islam seperti Idulfitri dan Iduladha maupun tradisi selamatan. Ayam lodho dimasak dengan cara memanggang ayam kampung hingga empuk, lalu direbus dalam kuah dari santan dan bumbu-bumbu lainnya. Umumnya disajikan dengan ''sega gurih'' atau nasi gurih (sejenis nasi uduk).
== Penyajian ==
Tidak diketahui sejak kapan hidangan ayam lodho muncul. Hidangan ini mungkin telah ada sejak puluhan atau bahkan ratusan lalu dan resepnya telah diwariskan secara turun-temurun sehingga tidak diketahui siapa pencipta atau penggagas hidangan ini.<ref name=":0">{{Cite web|last=Dhiba|first=Ichdiana Sarah|date=2020-10-06|title=BERSYUKUR LEWAT PEDAS DAN GURIHNYA AYAM LODHO|url=http://cagarbudayajatim.com/index.php/2020/10/06/bersyukur-lewat-pedas-dan-gurihnya-ayam-lodho-oleh-ichdiana-sarah-dhiba-pamong-budaya-ahli-muda-disbudpar-prov-jawa-timur/|website=Cagar Budaya Jawa Timur|language=id|access-date=2022-03-30}}</ref>
Ayam lodho dimasak dengan cara memanggang ayam kampung hingga empuk, lalu direbus dalam kuah dari santan dan bumbu-bumbu lainnya. Umumnya disajikan dengan ''sega gurih'' atau nasi gurih (sejenis nasi uduk). ▼
Kata ''lodho'' dapat diartikan sebagai lembut karena ayam ini dimasak hingga daging ayamnya lembut dan bisa terlepas dari tulangnya. Lodho juga dapat diartikan sebagai masakan gurih dari santan yang sangat kental.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=Vrasdika|first=Ade Julian|date=2021-10-18|title=Ayam Lodho Jadi Andalan Makanan Khas Tulungagung|url=https://www.volkpop.co/budaya/pr-2101497708/ayam-lodho-jadi-andalan-makanan-khas-tulungagung|website=Volkpop|language=id|access-date=2022-03-30}}</ref>
▲Ayam lodho dimasak dengan cara memanggang ayam kampung hingga empuk, lalu direbus dalam kuah dari santan dan bumbu-bumbu lainnya. Umumnya disajikan dengan ''sega gurih'' atau nasi gurih (sejenis [[nasi uduk]]).
== Tradisi ==
Hingga saat ini, ayam lodho erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Tulungagung dan Trenggalek dalam berbagai acara seperti selamatan, tasyakuran, dan hari raya.<ref name=":0" /> Di Tulungagung terdapat tradisi ''Ambengan'' pada saat hari raya [[Idulfitri]] dan [[Iduladha]] di mana masyarakat akan membawa ''ambeng'' berupa ayam lodho dan nasi. Satu lodho akan dibagi untuk empat orang dan dimakan bersama-sama setelah [[Salat Id]].<ref>{{Cite journal|last=Aprilisa|first=Hani Ananda|last2=Setyawan|first2=Bagus Wahyu|date=2021|title=Makna Filosofis Tradisi Ambengan di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Bagi Masyarakat Tulungagung|url=http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/sumbula/article/view/4554|journal=Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan Budaya|language=id|volume=6|issue=2|pages=153-161|doi=}}</ref> Sedangkan di [[Pantai Prigi]], Trenggalek sajian ''lodho sega gurih'', yakni hidangan ayam lodho dan nasi gurih digunakan sebagai [[sesajen]] untuk ''slametan njangkar'', yakni sejenis [[selamatan]] yang digelar pemilik perahu dan nelayan sebulan sekali setelah [[bulan purnama]]. Sesajen ayam lodho dan nasi gurih melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan. Menurut Puspita (2018), sesajen ini ditujukan untuk mengirim doa melalui perantara [[Muhammad|Nabi Muhammad]] dan leluhur yang memiliki hajat agar hajatnya tercapai dan dikabulkan Tuhan. Tradisi ''slametan njangkar'' ini masih berkaitan dengan tradisi [[Kejawen]] dan kepercayaaan tentang penguasa Laut Selatan [[Nyi Roro Kidul]] yang masih dianut masyarakat, meskipun telah memeluk agama Islam.<ref>{{Cite journal|last=Puspita|first=Ayunda Riska|date=2018-10-31|title=Refleksi Kepercayaan Masyarakat Pesisir Pantai Prigi dalam Sajen Slametan Njangkar (Kajian Etnolinguistik)|url=https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/view/614|journal=Jurnal Masyarakat dan Budaya|language=id|volume=20|issue=2|pages=261–272|doi=10.14203/jmb.v20i2.614|issn=2502-1966}}</ref>
== Referensi ==
|