Wikramawardhana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ibuku (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 59:
Setelah sekitar satu bulan, makanan di dalam benteng mulai kehabisan dan pihak yang bertahan berada di ambang kelaparan. Sang Rajuna Tapa kemudian diminta untuk mendistribusikan biji-bijian milik kerajaan kepada masyarakat yang bertahan. Sebagai bentuk balas dendam, menteri berbohong kepada raja, dan mengatakan bahwa gudang kerajaan sedang kosong. Akhirnya orang-orang yang bertahan mengalami kelaparan. Serangan terakhir Majapahit terjadi setelah gerbang akhir dibuka atas perintah seorang menteri. Para prajurit Majapahit bergegas masuk ke benteng dan pembantaian yang mengerikan terjadi.<ref>{{harvnb|A. Samad|1979|pp=69–70}}</ref> Menurut ''Malay Annals'', "darah mengalir seperti sungai" dan noda merah di tanah Singapura disebut-sebut berasal dari darah pembantaian itu.<ref>{{harvnb|Windstedt|1938|p=32}}</ref> Mengetahui kekalahan sudah dekat, Iskandar Shah dan para pengikutnya melarikan diri dari Singapura.
 
== Perang ParegregRegreg ==
{{Main|Perang ParegregRegreg}}
Pada tahun [[1406]] pasukan Majapahit barat yang dipimpin oleh Bhre Tumapel (anak Wikramawardhana) mengalahkan pasukan Majapahit timur. Dalam pertempuran, [[Bhre Wirabhumi]] tewas di tangan Bhra Narapati (Raden Gajah). Wikramawardhana kemudian menikah denganmenikahi ''Bhre Daha'' putri [[Bhre Wirabhumi]] sebagai selir. Jadi Wikramawardhana menikahi keponakan tiri Kusumawardhani, dan mempunyai putri bernama [[Suhita]].
 
[[Perang ParegregRegreg]] membawa kerugian besar bagi [[Majapahit]]. Banyak daerah-daerah bawahan di luar [[Jawa]] melepaskan diri ketika Majapahit barat dan timur sibuk berperang, sehingga menyebabkan awal dari kemunduran Majapahit.
 
Wikramawardhana juga berhutang ganti rugi pada kaisar [[Dinasti Ming]] penguasa [[Tiongkok]]. Ketika terjadi penyerbuan ke timur, sebanyak 170 orang anak buah Laksamana [[Ceng Ho]] ikut terbunuh. Padahal waktu itu [[Ceng Ho]] sedang menjadi duta besar mengunjungi [[Jawa]].