Tionghoa Padang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
RianHS (bicara | kontrib)
Baris 42:
 
=== Akhir pemerintahan kolonial Belanda ===
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Gezicht_over_Padang_TMnr_60004079.jpg|al=|jmpl|270x270px|Kemajuan Padang yang semula hanya kampung nelayan menjadi pusat perniagaan dan pemerintahan di Sumatra menyebabkan daerah ini ramiramai dikunjungi para pandatangpendatang, termasuk orang Tionghoa.]]
Pada tahun 1865, jumlah orang Tionghoa di Padang adalah 2.973 orang. Pada tahun 1874, 10% dari populasi penduduk Padang yang ketika itu berjumlah sekitar 25.000 orang adalah orang Tionghoa.{{sfnp|Freek Colombijn|1994|pp=[https://books.google.co.id/books?id=8bfZAAAAMAAJ&q=%22Padang+was+a+second-rank+port+on+the+*%22&dq=%22Padang+was+a+second-rank+port+on+the+*%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjMoPX_2rroAhXGR30KHR56BA8Q6AEIKDAA 134]|ps=: "''In 1666 the Dutch made Padang their headquarters on Sumatra's west coast and built a fortress.''"}} Pada tahun 1878, jumlah orang Tionghoa di Padang adalah 2.640 orang. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 1865. Pada tahun 1880, jumlah orang Tionghoa di Padang kembali meningkat menjadi 3.468 urangorang.{{sfnp|Elizabeth E. Graves|2007|pp=92-93}}{{sfnp|Erniwati|2007|pp=38}}
 
Melihat jumlah orang Tionghoa di Padang yang cenderung bertambah, pemerintahan kolonial Belanda mengambil kebijakan untuk menata permukiman di Padang. Penataan ini mengikui kebijakan Besluit No. 758 yang ditandatangani oleh Gubernur Pantai Barat Sumatra tanggal 30 Oktober 1884 tentang Penetapan Wilayah untuk Orang Tionghoa di Kota Padang. Lantaran populasi orang Tionghoa terus meningkat, begitu pula orang asiangasing lainnya, peraturan tahun 1884 ini diperbarui dengan Beslit No. 34 tanggal 3 Februari 1891. Dalam peraturan baru, wilayah orang Tionghoa diperluas sampai memasuki daerah [[Belakang Tangsi, Padang Barat, Padang|Balakang Tangsi]].{{sfnp|Erniwati|2007|pp=68|ps=: "''Lama-kelamaan lokasi perkampungan Tionghoa semakin berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah orang Tionghoa yang bermukim. Di Padang, perluasan permukiman Tionghoa ini sampai ke daerah Belakang Tangsi...''"}}{{sfnp|Padangkita.com|23 Oktober 2017}}{{sfnp|Mardanas Safwan|1987|pp=101}} Di sini, seorang pedagang CinoCina bernamobernama [[Gho Lam San]] membuka sebuah pasar berseberangan dengan bekas pasar milik perusahaan orang Minangkabau [[Badu Ata & Co.]] yang terbakar pada tahun 1882.{{sfnp|Freek Colombijn|1994|pp=[https://books.google.co.id/books?id=8bfZAAAAMAAJ&q=%22THE+RICH+LIE+SAAY+OPENED%22&dq=%22THE+RICH+LIE+SAAY+OPENED%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjAoJXHrr_oAhXNfX0KHbxRAnIQ6AEIKjAA 235]|ps=: "''Badu Ata & Co. started their second market-place in the Belakang Tangsi area, further north. It was successful until destroyed by fire in 1882. Immediately afterwards the Chinese Gho Lam San opened a new market next to the charred remains of Badu Ata & Co.''"}}{{sfnp|Rusli Amran|1988|pp=[https://books.google.co.id/books?id=3mseAAAAMAAJ&q=%22Gho+Lam+San.%22&dq=%22Gho+Lam+San.%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiBj9Lsqr_oAhUFdCsKHekxA4AQ6AEINTAB 23]}}
 
Pada tahun 1900, pemerintahan kolonial Belanda melonggarkan izin masuk orang Tionghoa di [[Hindia Balando]]. Kebijakan ini berpengaruh terhadap jumlah orang Tionghoa di Padang.{{sfnp|Freek Colombijn|1994|pp=[https://books.google.co.id/books?id=8bfZAAAAMAAJ&q=%22the+last+one+after+the+Dutch+government+%27+s*%22&dq=%22the+last+one+after+the+Dutch+government+%27+s*%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiR8Li1-c_oAhXadCsKHXcTAYYQ6AEIKDAA 55b]|ps=: "''Chinese have come to Indonesia in several waves of migration, the last one after the Dutch government's relaxation on Chinese entry after 1900.''"}}{{sfnp|Erniwati|2007|pp=62|ps=: "''Imigran Cina yang datang menjelang akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 (1930-an) merupakan migrasi yang dilakukan secara massal.''"}} Jumlah orang Tionghoa pada tahun 1905 adalah sebanyak 5.000 orang, lalu meningkat menjadi 6.765 orang pada tahun 1920, dan meningkat lagi menjadi 8.516 orang pada tahun 1930.{{sfnp|Elizabeth E. Graves|2007|pp=92-93}}{{sfnp|Erniwati|2007|pp=38}}<ref>http://repository.unp.ac.id/1227/1/MESTIKA%20ZED_213_11.pdf</ref> Peningkatan jumlah orang Tionghoa Padang antaradari tahun 1905 sampai 1930 sejalan dengan gelombang migrasi massal yang dilakukan oleh orang Tionghoa.{{sfnp|Erniwati|2007|pp=40|ps=: "''Pada tahun 1930 ditemukan 51% perantauan Cina berasal dari keturunan ke tiga yang terdiri dari 80% Hokkian, 15% Kwongfu, 2% Hakka, dan 3% dari suku lainnya. Dari perkiraan penduduk tahun 1930 terlihat bahwa penduduk Cina Padang mayoritas berasal dari kelompok bahasa Hokkian yang tergolong ke dalam pedagang yang berasal dari Amoy.''"}}
 
== Hubungan antaretnis ==