Pembicaraan:Manusia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan Pangeranachmadtjing (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh RianHS
Tag: Penggantian Pengembalian SWViewer [1.4]
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Dikembalikan menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
{{pilihan|[[Wikipedia:Artikel pilihan/Daftar artikel pilihan 2005|11 - 20 Maret 2005]]}}
{{StatusAP batal}}
{{ProyekWiki Biologi|class=C|importance=top}}Kembali mengumpulkan 'PUING-PUING SEJARAH' Cileungsi yang berserak
Cileungsi daerah yang memiliki sejarah panjang ternyata menyimpan segudang sejarahnya yang belum banyak diketahui oleh khalayak umum mulai dari era Kerajaan Sunda-Pajajaran, era konfrontasi Mataram versus V.O.C. di Batavia tahun 1628 dan era konfliknya Kesultanan Banten yang berkedudukan di Jayakarta dengan musuh yang sama yaitu V.O.C. yang setelah Pangeran Achmad Jayakarta (Pangeran Jayakarta IV) wafat tahun 1640, perjuangannya kembali diteruskan oleh para Pangeran putra-putra Sultan Ageng Tirtayasa selain dari itu ternyata daerah Cileungsi pada akhir abad ke-19M terdapat tokoh pejuang yang kini diabadikan menjadi nama jalan yang menghubungkan daerah BPN atau Koramil Cileungsi dan Jalan Narogong yakni jalan H. Satibi. Haji Satibi yang wafat di Cileungsi pada tanggal 27 Januari 1913 memiliki nama lengkap Pangeran Haji Muhammad Satibi merupakan seorang bangsawan putra dari Pangeran Achmad Bolonson bin Mokhammad Tjing Djamaloedin bin Sultan Macmud Badarudin yang wafat di Kampung Bulak Sereh Cibubur Jakarta Timur pada tanggal 6 Desember 1869. Kakek Pangeran Muhammad Satibi yang bernama Pangeran Mokhammad Tjing Djamaloedin bergelar Pangeran Makassar / Pangeran Wangsa Negara adalah putra Sultan Machmud Badarudin Palembang yang pernah tinggal di Batavia tepatnya di Kampung Makasar Kramatjati Jakarta Timur merupakan pejuang besar yang tidak kenal kompromi terhadap penjajah, dikarenakan sikapnya tersebut Pangeran Makassar dibuang ke Ambon Maluku sampai akhir usia beliau pada tahun 1828 dan dimakamkan di Gunung Nona Ambon. (Bersambung).... Profil Singkat Pangeran Achmad Bolonson
 
Susunan: asal-usul keluarga dan keturunan ( disertai keterangan singkat ) dari PANGERAN ACHMAD BOLONSON WANGSAMARTARADJA WIDJAJANEGARA. Yang diriwayatkan Beliau kepada putra tunggalnya Almarhum “ PANGERAN HADJI MOEHAMMAD SATIBI “ dari catatan anak MOER IDJAH Tahun 1934.
SULTAN MAHMUD BADAROEDDIN II ( Sri Baginda Radja Palembang karena memberontak diturunkan dari tahta oleh penjajah Inggris ) InggriPutera Mahkota : MOEHAMMAD TJIN DJAMALOEDIN. Gelar PANGERAN ACHMAD BOLONSON WANGSAMARTARADJA WIDJAJANEGARA. menolak penobatan menggantikan Ayahnya dan hijrah ke Makasar untuk persekutuan. Menikah dengan istri pertama putri bangsawan Bugis dari kerajaan Bone Makasar, terus hijrah ke Kartaradja di Sunda kelapa bersekutu dengan Mahesa dengan Gelar " PANGERAN KARTADJAJA". (singkatan) atau " PANGERAN MAKASSAR " ( asal tempat hijrah II ). Tempat tinggalnya disebut " Kampung Makassar " bersama saudara-saudara iparnya ( Para pangeran ) dari istri kedua memberontak di Banten dan wafat dalam pengasingan di Ambon pada tahun 1852. Dari 3 orang istri Beliau mempunyai 7 orang anak : 1. Isteri pertama bernama : NAISAH melahirkan putra bernama " PANGERAN ARU PATUDJU yang mewarisi "Tanah Patudju " disebelah Barat kali Tjhaliwung di Kartadjaja Sunda kelapa. 2. Isteri kedua bernama : RATU MAEMUNAH melahirkan putra bernama : " PANGERAN PAPAK " yang mewarisi Tanah Djenglapa di Banten ( Perbatasan Bogor Barat ). 3. Isteri ketiga bernama : SOEY NONA ( putri bangsa Tionghoa dari Djatinegara ) melahirkan 3 orang putera dan 2 Puteri :
1. " PANGERAN ACHMAD BOLONSON " mewarisi Tanah Tjiboeboer di Kartadjaja Selatan Bogor Utara . ( Wafat di Cibubur pada tanggal 6 Desember 1869 ) . Menikah dengan NONA MA SANDING ( keluarga dari Ibunya ) dari daerah Sanding di Tjiboeboer dan melahirkan seorang putera Tunggal yakni " PANGERAN HADJI MOEHAMMAD SATIBI " ( Beliau hijrah di Tjiboeboer ke Tjileungsi di Bogor Timur karena perampasan tanah Tjiboeboer oleh penjajah Belanda dan wafat di Tjileungsi pada tanggal 27 Januari 1913. Keturunannya dari 6 orang isteri melahirkan 13 orang anak :
1. Isteri pertama TAMAH dan anak-anaknya :  Moer Daih ( Hadji Sa'id / H.Nun / Yusuf)  Moer Haemi  Moer Tahi ( Hadji Thaha )  Moer Nitjha (+) 2. Isteri kedua MAISAH ANOM dan anak-anaknya  Moer Haemi ( Enok )  Moer Didjah ( Endjong ) 3. Isteri ketiga DAMI dan anak-anaknya  Moer Hili  Moer Idjah  Moer Naib (+) 4. Isteri keempat SAONA dan anak-anaknya  Moer Taim 5. Isteri kelima OETI dan anak-anaknya  Moer Oekna 6. ROGAMAH dan anak-anaknya  Moer Dimah  Moer Nandi 2. “ PANGERAN MUHAMMAD DJIRDJA “ mewarisi Tanah Dramagani Bogor Barat 3. “ PANGERAN MUHAMMAD GADUDA “ mewarisi Tanah Tjitajam Depok 4. “ SARONG dan ALHA , Nurul kakaknya di Tjitajam. Keterangan : Tanda + adalah telah meninggal tanpa keterangan.
Salinan sesuai dengan yang aslinya oleh :
Keberatan atas penghapusan[sunting sumber]
Tolong jangan dihapus sejarah yg sebenar benarnya jika terjadi sesuatu dengan dihapusnya artikel ini itu sebab dari ketidak keingan tauan dari penghapusnya tentang kebenaran
Kembali ke halaman "Manusia".