Genetika perilaku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: di era → pada era (WP:BAHASA)
k -iw
Baris 7:
== Sejarah ==
[[Berkas:Francis Galton.jpg|jmpl|Francis Galton, tahun 1912]]
Penggunaan metode ''[[:en:Selective breeding|selective breeding]]'' dan [[domestikasi]] pada hewan dan tumbuhan merupakan bukti paling awal bahwa manusia menganggap gagasan bahwa perbedaan individu dalam perilaku dapat disebabkan oleh sebab alami. Perihal ini menjadi semakin nyata untuk dibuktikan selama abad ke-19, baik secara fisik maupun karakteristik perilaku dapat diubahkan dari generasi ke generasi melalui seleksi sehingga terpisahkan karakteristik yang relevan, atau setidaknya hingga taraf tertentu, yaitu dapat diwariskan. Tidak mengherankan bahwa faktor iklim di mana pembiakan hewan yang telah tampak dibahas efektif pun kemudian menjadi diperdebatkan ulang. Materi bahasan sudah termasuk kemungkinan perlakuan ''[[:en:Selective breeding|selective breeding]]'' terhadap manusia, yang kemudian menjadi tertuju pada perbaikan kumpulan gen tertentu.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://nuffieldbioethics.org/assets/pdfs/Genetics-and-human-behaviour.pdf|title=Nuffield Council on Bioethics|last=|first=|date=2002|website=|access-date=}}</ref>
 
Pada mulanya [[Francis Galton]] sebagai seorang [[polymath]] telah mempelajari banyak mata pelajaran termasuk heritabilitas kemampuan manusia dan karakteristik mental. Salah satu penyelidikan awal melibatkan studi silsilah besar tentang pencapaian sosial dan intelektual di kelas atas Inggris. Pada tahun 1869, 10 tahun setelah [[Charles Darwin|Darwin]] ''[[Asal Usul Spesies|On the Origin of Species]]'' dipublikasikan, Galton menuliskan ''[[:en:Hereditary Genius|Hereditary Genius]]''.<ref>{{Cite web|url=http://galton.org/books/hereditary-genius/|title=Hereditary Genius|last=Galton|first=Francis|date=1869|website=|access-date=}}</ref> Dalam karya ini, Galton menemukan bahwa tingkat "keunggulan" mencapai yang tertinggi di antara kerabat dekat individu-individu terkemuka, dan menjadi menurun ketika tingkat hubungan dengan individu-individu terkemuka juga turun. Ketika Galton tidak bisa mengesampingkan peran pengaruh lingkungan pada hasil keunggulan individu, terdapat sebuah fakta sejarah yang diakui dimana studi ini menjadi awal permulaan dari perdebatan penting terkait peran relatif gen dan lingkungan pada karakteristik perilaku manusia. Melalui karya awal itulah Galton memperkenalkan analisis statistika multivariat yang membuka jalan ke pengembangan modern statistika [http://www.scholarpedia.org/article/Bayesian_statistics Bayesian]. Perihal ini kemudian digunakan di seluruh ilmu pengetahuan dan telah dijuluki “pencerahan statistika”.<ref>{{Cite web|url=https://rss.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/j.1467-985X.2010.00643.x|title=Darwin, Galton and the Statistical Enlightenment|last=Stigler|first=Stephen M.|date=17/06/2010|website=|access-date=}}</ref>
 
Selama tahun 1920 hingga 1960-an, pertanyaan dan pemikiran mengenai ''nature and nurture'' telah sangat mendominasi perkembangan penerapan teori yang ada pada masa ini. Setelah dipionirkan oleh Francis Galton, perkembangan dari studi ini kemudian berkembang menjadi gerakan ''[[:en:Eugenics|eugenic]]'' sebagai bagian dari pandangan politik pada masa itu. Dari sudut pandang positive, penerapan teori ''eugenic'' telah dipakai untuk meningkatkan tingkat kesuburan populasi untuk kalangan masyarakat yang lahir dengan kondisi baik, atau yang lebih kentara disebut sebagai ''well born''. Oleh karena itu, tingkat kecerdasan genetis masyarakat secara umum telah dapat ditingkatkan melalui seleksi ''eugenic''. Pengembangan diawali dari studi sejarah keluarga menggunakan ''[[:en:Pedigree chart|pedigree chart]]'' dimana observasi menekankan pada faktor keturunan dan pengembangan IQ yang kemudian diadaptasi dan dikembangkan untuk melacak mutasi gen tunggal pada keturunan keluarga, atau lebih sering disebut penyakit ''[https://www.sciencedirect.com/topics/biochemistry-genetics-and-molecular-biology/mendelian-inheritance Mendelian]''. Selain metode tersebut, teknik seperti metode kuantitatif tetap dianggap perlu untuk kepentingan observasi sifat ''[[:en:Polygene|polygenic]]'' individu, yaitu karakter perilaku.<ref name=":1" />
 
Namun jika dilihat dari sudut pandang negative, penerapan eugenic tersebut dipakai untuk mengurangi dan mencegah kelahiran generasi yang dinilai tidak fit sehingga terjadi pembatasan untuk mengontrol tingkat kesuburan pada angka kelahiran di kategori tertentu. Hal ini diikuti dengan dilakukannya pemisahan dan pengurangan hak untuk berkeluarga. Perkembangan yang telah terjadi melalui metode ini kemudian telah menyebabkan penderitaan yang hebat dan rasa frustasi atas nilai kemanusiaan yang semakin berkembang pesat. Hal ini terjadi setelah adanya berbagai pelajaran kemanusiaan yang diikuti pemahaman dari berbagai pihak. Adapun penerapan ''eugenic'' tersebut dinilai tidak meningkatkan kehidupan generasi yang sudah ada, tidak menerima [[pluralisme]] dan pemahaman [[idealisme]] kesempurnaan manusia. Rangkaian kejadian ini disertai peraturan terburuk yang muncul pada masa itu akibat usaha untuk meningkatkan kualitas populasi manusia melalui [[ideologi]] [[Rasialisme|rasial]] [[Nazisme|Nazi]] ataupun [[Rekayasa sosial (keamanan)|rekayasa sosial]] [[Stalinisme|Stalinist]]. Sepanjang tahun bergulir, pandangan dan pemikiran ''eugenic'' di dunia kemudian berakhir setelah masa [[Perang Dunia I|perang dunia I]] dan [[Perang Dunia II|II]] karena adanya dorongan yang kuat akan keadilan atas kekejaman dan keyakinan yang bermasalah atas dasar kemanusiaan itu sendiri. Setelah masa perang berakhir, pandangan ini pun kemudian hanya didukung oleh kaum politik minoritas yang masih didukung oleh kalangan ilmuwan tertentu.<ref name=":1" />