Womanisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hrara (bicara | kontrib)
Edit
Hrara (bicara | kontrib)
Edit
Baris 22:
Walker juga mendefinisikan kaum wanita sebagai universalis. Filosofi ini tercermin dalam metaforanya tentang taman yang didalamnya seluruh bunga bermekaran. Seorang wanita berperan dalam kelangsungan hidup [[Jantan|pria]] maupun [[Betina|wanita]] dan karena itulah ia menginginkan dunia di mana pria dan wanita dapat hidup berdampingan sembari mempertahankan kekhasan budaya mereka. Penyertaan laki-laki dalam konteks ini akan mampu memberi kesempatan bagi wanita kulit hitam untuk mengatasi penindasan gender tanpa secara langsung menyerang laki-laki.<ref name="collins">{{Cite journal|last=Collins|first=Patricia|year=1996|title=What's In a Time: Womanism, Black Feminism, and Beyond|url=http://www.oregoncampuscompact.org/uploads/1/3/0/4/13042698/whats_in_a_name_-_womanism_black_feminism_and_beyond__patricia_hill_collins_.pdf|journal=The Black Scholar|volume=26|issue=1|pages=9–17|doi=10.1080/00064246.1996.11430765}}</ref>
 
Definisi ketiga Walker yang berkaitan dengan seksualitas wanita digambarkan dalam ulasan Walker tentang ''Gifts of Power: The Writings of Rebecca Jackson.'' Dalam ulasan tersebut, ia berpendapat bahwa Rebecca Jackson, seorang ''Shaker'' (gerakan yang menganut nilai-nilai egalitarianisme) kulit hitam yang meninggalkan suaminya dan kemudian hidup bersama rekan wanitanya, patut disebut sebagai ''womanist'' terlepas dari orientasi seksualnya.<ref name="maparyan:16">{{Cite bookjournal|last=MaparyanHerrmann|first=LayliAnne|yearlast2=2012Irigaray|first2=Luce|last3=Gill|first3=Gillian C.|last4=Porter|first4=Catherine|last5=Burke|first5=Carolyn|last6=Jardine|first6=Alice|date=1987|title=Feminist Theory|url=https://archivebooksc.orgeu/detailsbook/womanistidea0000mapa37429164/d14ca9|titlejournal=TheContemporary Womanist IdeaLiterature|locationvolume=New York28|publisherissue=Taylor & Francis|isbn=978-04158868332|pages=6271|url-statusdoi=live10.2307/1208392}}</ref> Penafsiran kontras Walker tentang ''womanism'' telah memvalidasi pengalaman wanita Afrika-Amerika dan sejalan dengan perspektif yang lebih maju.
 
Meski banyak orang mengakui Alice Walker sebagai pencetus istilah ''womanism,'' tetapi Walker nampaknya tak begitu konsisten mendefinisikan istilah ini dan kerap bertentangan dengan dirinya sendiri.<ref name=":15">{{Cite journal|last=Radharani & Davidson|date=2018|title=A critical analysis of Alice walker’s The Color Purple|url=https://www.allresearchjournal.com/archives/2018/vol4issue8/PartB/4-7-64-739.pdf|journal=International Journal of Applied Research|volume=4|issue=8|pages=83-85}}</ref> Pada beberapa kesempatan, ia menggambarkan ''womanism'' sebagai konsep yang lebih inklusif bagi feminis kulit hitam karena berfokus pada wanita secara keseluruhan. Namun, ia kemudian menyesali konsep ''womanism'' yang menginginkan perdamaian dan inklusivitas. Hal ini dikarenakan suara wanita kulit hitam yang belum divalidasi oleh wanita kulit putih dan pria kulit hitam.<ref>{{Cite journal|last=Izgarjan|first=Aleksandra|last2=Markov|first2=Slobodanka|date=2012|title=Alice Walker’s Womanism: Perspectives Past and Present|url=https://www.researchgate.net/publication/311780907_Alice_Walker's_Womanism_Perspectives_Past_and_Present|journal=Gender Studies|volume=11|issue=1|pages=304–315|doi=10.2478/v10320-012-0047-0|issn=1583-980X}}</ref>
 
=== Clenora Hudson-Weems ===
Clenora Hudson-Weems merupakan pencetus istilah ''Africana womanism.'' Penerbitan bukunya yang berjudul "''Africana Womanism: Reclaiming Ourselves"'' (1995) menjadi sebuah kejutan bagi komunitas nasionalis kulit hitam, hingga ia dinobatkan sebagai pemikir independen. Hudson-Weems menolak mengamini bahwa feminisme adalah teologi wanita Afrika. Hal ini dikarenakan wanita [[diaspora Afrika]] sejalan dengan cita-cita Eurosentris.<ref name="maparyan:16" /> Lebih lanjut, Hudson-Weems mengidentifikasi perbedaan ''womanism'' dan feminisme. Ia berkata bahwa ''womanism'' berorientasi pada keluarga dan berfokus pada ras, kelas, dan gender, sedangkan feminisme berorientasi pada wanita dan fokus utamanya tertuju pada isu seks biologis yang dihadapi perempuan dan anak perempuan secara global.<ref name=":3">{{Cite book|last=Hudson-Weems|first=Clenora|date=1995|url=http://archive.org/details/africanawomanism00huds|title=Africana womanism: reclaiming ourselves|location=Boston|publisher=Bedford Publishers|isbn=978-0-911557-14-5|pages=8|others=|url-status=live}}</ref>
 
Ia juga menyatakan bahwa mustahil untuk memasukkan perspektif budaya perempuan Afrika ke dalam idealisme feminisme. Hal ini karena terkait sejarah perbudakan dan [[Rasisme di Amerika Serikat|rasisme di Amerika]]. Weems turut pula menolak pemikiran feminisme yang memandang laki-laki sebagai musuh. Ia menyatakan bahwa wanita Afrika tidak pernah melihat pria Afrika sebagai musuh. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa musuh sejati ialah siapapun yang menindas pria, wanita, dan anak Afrika.<ref name=":8" /> Ia mengklaim bahwa biner feminisme maskulin-feminin terjadi karena tidak adanya kesulitan terkait ras dan sosio-ekonomi pada perempuan kulit putih kelas atas.<ref name=":8" />
Baris 38:
Chikwenye Okonjo Ogunyemi selaku kritikus sastra Nigeria, menerbitkan artikel ''Womanism: The Dynamics of the Contemporary Black Female Novel in English'' (1985) untuk memaparkan interpretasinya tentang ''womanism''. Ia menyatakan bahwa visi utama ''womanist'' adalah untuk mencari solusi atas pembagian kekuasaan yang adil antara ras dan jenis kelamin.<ref name=":4">{{Cite journal|last=Ogunyemi|first=Chikwenye|date=1985|title=Womanism: The Dynamics of the Contemporary Black Female Novel in English|url=https://booksc.eu/book/27682135/7a2bf1|journal=Journal of Women in Culture and Society|volume=11|issue=1|pages=63–80|doi=10.1086/494200}}</ref> Interpretasinya begitu independen, tetapi sejumlah poin menunjukkan tumpang tindih dengan gagasan Alice Walker. Sejalan dengan definisi Walker yang berfokus pada ''blackness'' dan ''womanhood'', Ogunyemi menulis, "Wanita kulit hitam mencerminkan budaya, cita-cita, dan citra wanita kulit hitam."<ref name=":4" />
 
Alih-alih berfokus pada ketidaksetaraan gender sebagai sumber penindasan kulit hitam, Ogunyemi justru mengambil sikap separatis seperti Hudson-Weems. Ia menolak rekonsiliasi feminis kulit putih dan feminis kulit hitam atas dasar kerasnya rasisme.<ref name="maparyan:16" /> Ia mencontohkan bahwa feminis membahas tentang ''blackness'' dan ''African Blackness'' yang merujuk pada kebutuhan konsepsi perempuan Afrika. Kritik tersebut meliputi penggunaan isu ''blackness'' untuk mendukung idealisme feminis dan bukan idealisme wanita kulit hitam, pemikiran bahwa feminisme barat adalah alat yang akan bekerja di negara-negara Afrika tanpa sekalipun mengakui norma dan perbedaan budaya, dan pengkooptasian berbagai hal yang telah dilakukan wanita Afrika selama berabad-abad sebelum adanya gagasan barat tentang feminisme barat.<ref name=":7" />
 
Ogunyemi memandang konsepnya sebagai titik tengah gagasan Walker dan Hudson Weems tentang relasi perempuan dengan laki-laki. Gagasan Walker mengacu pada peran yang diemban pria dan kemungkinannya untuk menindas kaum wanita.<ref name=":15" /> Sedangkan, Hudson-Weems menolak gagasan bahwa pria Afrika adalah musuh. Dalam konteks ini, ia mengabaikan kemalangan yang diperbuat pria Afrika terhadap masyarakat.<ref>{{Cite journal|last=Bond|first=Chelsea|date=2019|title=Talkin’ Down to the Black Woman|url=https://www.researchgate.net/search/publication?q=black+woman+literary|journal=Australian Feminist Law Journal|language=en|volume=45|issue=2|pages=185–189|doi=10.1080/13200968.2020.1837536|issn=1320-0968}}</ref>
Baris 82:
 
=== Spiritualitas ===
Spiritualitas wanita terdiri dari enam karakteristik, yakni eklektik, sintetis, holistik, pribadi, visioner, dan pragmatis. Karakter itu membangun pribadi wanita secara penuh. Meskipun pada akhirnya ditentukan oleh diri sendiri, spiritualitas wanita menjadi sebuah gambaran luas dalam memutuskan masalah dan mengakhiri ketidakadilan.<ref name="maparyan:16" /> Emilie Townes, seorang teolog wanita, lebih lanjut menegaskan bahwa spiritualitas wanita tumbuh dari refleksi individu dan komunal tentang iman dan kehidupan Afrika-Amerika. Ia menambahkan bahwa spiritualitas tak hanya dipandang sebagai kekuatan, melainkan juga diri kita dari waktu ke waktu.<ref name=":11" />
 
Salah satu ciri utama ''womanism'' adalah aspek religiusnya yang kerap dianggap bagian dari ajaran Kristiani. Dalam konteks ini, spiritualitas wanita kulit hitam ditunjukkan oleh perannya dalam aktivitas gereja. Melalui artikel ''Womanist Spirituality Defined,'' William mengulas keterkaitan langsung antara spiritualitas wanita dengan pengalaman individu terhadap Tuhan.<ref name=":13">{{Cite journal|last=Musgrave|first=Catherine F.|last2=Allen|first2=Carol Easley|last3=Allen|first3=Gregory J.|date=2002|title=Spirituality and Health for Women of Color|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1447116/|journal=American Journal of Public Health|language=en|volume=92|issue=4|pages=557–560|doi=10.2105/AJPH.92.4.557|issn=0090-0036|pmc=PMC1447116|pmid=11919051}}</ref> William berpendapat bahwa spiritualitas mengacu pada pengalaman hidup sehari-hari, relasi terhadap hidup dan Tuhan, serta pemaknaan Tuhan sebagai sosok yang berkehendak atas pengalaman tersebut.<ref name=":13" />