Wong Agung Wilis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah tempat lahir Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Wadya Bala (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4:
== Kehidupan Awal ==
=== Keluarga ===
Mas Sirna adalah putra dari [[Pangeran Mas Purba]] alias [[Prabu Danureja]], penguasa Blambangan tahun 1697-1736.
Mas Sirna adalah putra dari [[Pangeran Danureja]], penguasa Blambangan saat itu. Ibunya adalah seorang putri dari [[Kerajaan Mengwi]], [[Bali]]. Ibu Mas Sirna bukanlah permaisuri dari Pangeran Danureja. Pernikahan keduanya terjadi karena motif politik agar kerjasama antara Blambangan dan Bali dapat terjalin kuat untuk mengatasi ancaman dari luar daerah. Permaisuri Pangeran Danureja sendiri adalah putri dari [[Untung Surapati]]. Pernikahan Pangeran Danureja dengan permaisuri dianugerahi 3 putri dan seorang putra bernama Mas Noyang ([[Pangeran Danuningrat]]) yang nantinya akan mewarisi takhta Blambangan.<ref name=wpabb1>Arifin, Winarsih Partaningrat. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: Penerbit Bentara</ref> Oleh karena memiliki ibu yang bukan permaisuri, Mas Sirna banyak hidup di luar istana. Ada sumber yang menyebutkan bahwa ia tinggal di lereng [[Gunung Raung]]. Hal ini memberikan pengaruh besar kepada Mas Sirna, menyebabkannya peka terhadap masalah rakyat kecil.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> Pada saat dewasa ia hijrah ke [[Bali]], ikut pamannya yang bernama Ki Gusti Ngurah Ketut Kaba-Kaba.<ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref><ref name=clkkk1>C. Lekkerker. 1923. Balambangan Indisch Gids II.</ref> Tidak ada riwayat mengenai dengan siapa ia menikah, tetapi ia memiliki enam orang putra yakni Serutadi, Kencling, Tunjung, Berud, Suratman (Surawijaya) dan Mas Ayu Prabu.<ref name=wpabb1>Arifin, Winarsih Partaningrat. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: Penerbit Bentara</ref>
 
Ibunya adalah seorang putri dari [[Puri Kabakaba]] salah satu vasal [[Kerajaan Mengwi]], [[Bali]].
 
Ibu Mas Sirna bukanlah permaisuri dari Pangeran Danureja. Pernikahan keduanya terjadi karena motif politik agar kerjasama antara Blambangan dan Bali dapat terjalin kuat untuk mengatasi ancaman dari luar daerah.
 
Permaisuri Pangeran Danureja sendiri adalah putri dari pahlawan [[Untung Surapati]]. Pernikahan Pangeran Danureja dengan permaisuri hanya dianugerahi seorang putra bernama Mas Noyang ([[Pangeran Danuningrat]]) yang nantinya akan mewarisi takhta Blambangan.<ref name=wpabb1>Arifin, Winarsih Partaningrat. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: Penerbit Bentara</ref>
 
Pada saat dewasa ia hijrah ke [[Bali]], ikut pamannya yang bernama Ki Gusti Ngurah Ketut Kaba-Kaba.<ref name=smsb26>Samsubur. 2006. Kerajaan Blambangan. Banyuwangi.</ref><ref name=clkkk1>C. Lekkerker. 1923. Balambangan Indisch Gids II.</ref>
 
Tidak ada riwayat mengenai dengan siapa ia menikah, tetapi ia memiliki enam orang putra yakni Serutadi, Kencling, Tunjung, Berud, Dalem [[Puger]] Mas Surawijaya dan Mas Ayu Prabu.<ref name=wpabb1>Arifin, Winarsih Partaningrat. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: Penerbit Bentara</ref>
 
=== Kembali Ke Blambangan ===