Pepolo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.6 |
|||
Baris 70:
Di [[India]], gadog dianggap sebagai pohon peneduh yang baik di perkebunan [[kopi]] dan [[kapulaga sabrang|kardamunggu]]. Pohon ini juga diintroduksi ke [[Afrika]] dan [[Amerika]] sebagai pohon hias.<ref name="prosea5"/>
Di Simalungun, salah satu suku di tepian Danau Toba, air perasan kulit pohon ini menjadi salah satu bahan utama pembuatan masakan khas [http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/dayok-binatur-makanan-adat-masyarakat-simalungun/ Dayok Binatur]. Masakan ini adalah masakan yang wajib ada dalam setiap acara adat. Bersama sedikit perasan air jeruk purut, air perasan kulit pohon ini dipakai untuk mematangkan sekaligus mewarnai darah ayam yang disembelih. Hasilnya berupa cairan kental seperti vla dengan rasa sepat yang khas, dipakai untuk membaluri seluruh permukaan daging ayam yang telah dipanggang. Hasilnya adalah masakan berwarna merah marun. Setelah masuknya agama Islam di wilayah suku Simalungun, pemeluk agama Islam mengganti bahan vla tersebut dengan perasan santan dan air perasan kulit pohon murak atau dikenal juga sebagai daun salam.
Selain untuk membaluri dayok binatur, hasil olahan air perasan kulit sikkam dan darah hewan yang disembelih ini juga menghasilkan masakan khas Simalungun lainnya, disebut [https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6024 na hinasumba]. Dalam na hinasumba, hasil olahan tersebut dipakai untuk melumuri daging yang direbus setengah matang dengan cara meremas-remasnya. Hasilnya adalah masakan berwarna merah ungu dengan rasa yang khas.
== Catatan taksonomis ==
|