Orang Gelaralam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 17:
==Sejarah==
Sejarah ''Urang Ciptagelar'' dimulai bersamaan dengan didirikannya [[Kampung Adat Ciptagelar]] pada tahun 1368 yang menurut sejarah didirikan oleh pasukan [[Kerajaan Sunda]] yang diperintah [[Prabu Siliwangi]] dan dibebaskan karena Prabu Siliwangi ingin melakukan [[moksa]]. Para prajurit kemudian dipisahkan menjadi tiga kelompok, membentuk desa baru yang saling berhubungan. Salah satunya adalah Kampung Gede yang berfungsi sebagai pusat kasepuhan. Sejak saat itu terbentuklah masyarakat adat yang dikenal dengan sebutan ''Urang Ciptagelar'' yang saat ini mendiami wilayah Kampung Adat Ciptagelar.<ref>{{cite web|url=https://ciptagelar.info/tentang/|title=Tentang Kasepuhan Ciptagelar|website=ciptagelar.info|access-date=12 April 2022|language=id}}</ref>
==Kebudayaan==
''Urang Ciptagelar'' merupakan masyarakat adat yang mengamalkan ajaran leluhur dan norma adat lainnya termasuk juga etika berpakaian masyarakat, masyarakat Ciptagelar mempunyai aturan khusus yaitu menggunakan [[totopong|ikat kepala]] bagi laki-laki dan menggunakan kain yang dililitkan ke pinggang bagi kaum perempuan. Arti dari aturan ini yaitu hidup harus saling terikat dan menjaga kebersihan.
 
Kemudian tata cara makan di masyarakat Ciptagelar juga masih mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur begitu pula dalam adab makan sehari-hari. tata cara makan yaitu piring harus diletakkan di bawah, makan tidak boleh sambil berbicara, tidak boleh ada suara ketika menyendok makanan di piring, dan perempuan tidak boleh makan dengan duduk bersilang. Perempuan yang sehari-hari menggunakan kain akan sangat tidak elok dipandang jika duduk bersilang. Selain itu perempuan juga diharapkan dapat berperilaku anggun, lemah lembut, dan sopan.
 
Di Kampung Adat Ciptagelar juga masih memanfaatkan kebudayaan lama yaitu memisahkan [[gabah padi]] dengan [[lesung]] dan [[alu]]. Gabah pada padi baru akan dipisahkan pada pagi hari. Kegiatan ini dilakukan oleh perempuan dari Kasepuhan Ciptagelar. Warna beras yang ditumbuk dengan lesung dan alu berbeda dengan beras yang digiling. Beras berwarna kecoklatan karena masih terbalut dengan bekatul. Sedangkan, beras yang digiling dengan mesin akan berwarna putih. Memasak beras yang dilakukan oleh ''Urang Ciptagelar'' juga masih dengan cara tradisional. Masyarakat Ciptagelar tetap mempertahankan memasak nasi dengan cara tradisional. Keberadaan [[kompor gas]] hanya digunakan untuk memasak [[sayuran]] serta lauk pauk. Tentu saja cara tersebut mengacu pada [[kebudayaan Sunda]] setempat yang telah turun-temurun. Alat yang digunakan antara lain adalah [[tungku]] ([[bahasa Sunda|Sunda]]: ''hawu''), [[dandang]] ([[bahasa Sunda|Sunda]]: ''seeng''), [[kukusan]] ([[bahasa Sunda|Sunda]]: ''aseupan''), dan [[kayu bakar]].
 
Kemudian juga Listrik yang digunakan oleh masyarakat Ciptagelar berasal dari masyarakat Ciptagelar sendiri. Kampung Adat Ciptagelar tidak teraliri listrik dari [[PLN]] tetapi dengan alat mikrohidro. Mikrohidro digerakkan menggunakan air untuk mengaliri listrik di kawasan Kasepuhan.
 
Kemudian ada [[Upacara Seren Taun]] yang juga dimaksudkan untuk menghormati leluhur dan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi yang telah dilakukan. Berbagai pertunjukan seni budaya masyarakat yang ditampilkan dalam perayaan ini. Acara Seren Taun biasanya berlangsung selama 3 hari 2 malam.<ref>{{cite web|url=https://travel.detik.com/cerita-perjalanan/d-5380228/8-budaya-unik-dalam-kasepuhan-ciptagelar-sukabumi|title=8 Budaya Unik Dalam Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi|website=travel.detik.com|access-date=12 April 2022|language=id}}</ref>
 
==Referensi==