Bahasa Jawa Indramayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jatibarang (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Jatibarang (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 53:
== Sejarah ==
{{rujukan}}
Wilayah [[Indramayu]], [[Majalengka]], bagian barat [[Kuningan]], [[Pamanukan]] di masa lampau adalah Distrik dari [[Kerajaan Majapahit]], namun pada tahun [[1441]] Masehi daerah itu mendirikan kepemerintahannya sendiri yaitu '''Nagari Kasultanan Dharma-ayu pada 1441 Masehi''' setelah perang dengan kerajaan Galunggung [[Tasikmalaya]].
[[Bahasa Jawa]] di Indramayu mulai dicatat ketika pengelana [[Portugal|Portugis]] Tom pires pada tahun sekitar 1512-1515. berkunjung ke pelabuhan cimanuk salah satu dari enam pelabuhan yang dikunjungi, lima lainya banten, pontang, tangerang dan sundakelapa. Tome pires juga menyaksikan [[Sungai Cimanuk]] yang indah, penduduknya berbahasa jawa di sebelah timur sungai dan berbahasa sunda di sebelah barat, tetapi kedua suku itu sudah biasa berinteraksi dan berniaga. Tom pires juga memaparkan adanya kerajaan sunda dan kerajaan jawa , ia menyebutkan pada masa sebelumnya kerajaan jawa dipimpin prabu brawijaya(kerajaan majapahit). kaitan cimanuk hilir (indramayu) dengan majapahit sejalan dengan bukti arkeologis di [[Dermayu, Sindang, Indramayu|Desa Dermayu]] , [[Sindang, Indramayu|Kecamatan Sindang]], Kabupaten Indramayu kini, yakni berupa makam di sekitar tepi [[Sungai Cimanuk]] pada pusara tersebut, menurut penelisik arkeolog nanang saptono (2000). terdapat ukiran pada batu pusara tersebut berupa "Surya Majapahit" yaitu lambang negara majapahit, kompleks makam tersebut dijaga petugas dari cagar budaya wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Serang dibawah Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI, makam tersebut berkaitan dengan tokoh ternama arya dillah atau arya damar , Bupati Palembang pada masa [[Majapahit]].▼
▲
Kaitan arya damar dihubungkan pula dengan nama raden kusen / kin san (adik raden patah demak) yang juga putra arya damar, seperti yang dicatat dalam babad mertasinga yang dipaparkan filolog Raffan S.Hasyim, Raden Kusen menjalani hukuman agar mendalami agama islam disekitar Sungai Cimanuk, setelah peristiwa terbunuhnya sunan ngundung (ayah sunan kudus) di wilayah [[Kesultanan Demak]] Raden susen yang juga adik raden patah berbeda ayah , akhirnya menetap disekitar [[Sungai Cimanuk]], bahkan beristri penduduk sekitar dan menurunkan silsilah hingga pada Ki Geden Penganjang dan Ki Geden Paoman.
|