Masa Lalu Terjatuh ke dalam Senyumanmu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 35:
Menurut Jokpin, kumpulan puisi ini adalah semacam perjalan dan penemuan jati diri penulisnya. Namun, dia tidak menguraikan apa pun untuk judulnya. Baginya, judul itu multimakna dan sebaiknya diterima begitu saja, seperti orang-orang lain yang mempunyai banyak masa lalu menyakitkan, biarkanlah tenggelam dalam "senyummu”.<ref name=":1" />
 
Lebih lanjut, Jokpin mengomentari ''Kereta Terakhir'' yang bercerita tentang kerinduan. Seperti barisnya ''"''petugas melubangi rindu di karcismu", rindu juga sekali pakai, dan harus diperbarui: seperti halnya tiket kereta yang juga sekali pakai. Dalam puisi lainnya, Jokpin menemukan kata-kata yang banyak dipakai, yaitu imaji basah, membasahi, menetes, melelah, dan kata basah; bukan sesuatu yang membeku. Dalam intereptasinya, rindu yang baik adalah rindu yang begitu menetes, meleleh, tidak tetap, sebab tidak ada rindu yang pasti dan kaku.<ref name=":1" />
 
Jokpin juga beranggapan jika Kedung mampu menghadirkan hujan dalam sudut pandang lain, bisa dibilang hujannya kaum [[Proletariat|proletar]]. ''Tentang atap dan kenangan bocor'' menunjukkan hujan kaum menengah ke bawah, berbeda halnya dengan hujan [[Sapardi Djoko Damono]] yang mengetuk-ngetuk. Kedung sendiri mengaku bahwa dia memang tipikal orang yang susah menulis puisi kalau tidak benar-benar ada momen puitis yang masuk ke dalam kepalanya.<ref name=":1" />