Persembahan curahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 50:
Kata kerja Yunani ''σπένδω'' (''spéndō''), yang berarti "menuangkan korban curahan", dan dapat pula berarti "mencapai mufakat", berasal dari [[akar kata bahasa Proto-India-Eropa|akar kata bahasa India-Eropa]] ''{{PIE|*spend-}}'', yang berarti "mempersembahkan, melaksanakan upacara, atau melibatkan diri lewat suatu upacara". Kata bendanya adalah ''spondȇ'' (jamak: ''spondaí''), artinya "korban curahan." Di dalam [[diatesis|bentuk kalimat madya]] (berbeda dari bentuk kalimat aktif maupun pasif), kata kerjanya bermakna "masuk ke dalam suatu perjanjian", maksudnya para dewata diseru untuk menjamin suatu tindakan.<ref>D.Q. Adams dan J.P. Mallory, lema "Libation," dalam ''Encyclopedia of Indo-European Culture'' (Taylor & Francis, 1997), hlm. 351. Dari akar kata yang sama diturunkan kata kerja Latin ''spondeo'', yang berarti "janji, kaul."</ref> Jika upacara persembahan darah dilaksanakan untuk mengawali perang, maka ''spondaí'' menandai berakhirnya permusuhan, dan oleh karena itu istilah ''spondaí'' sering kali digunakan dengan makna "gencatan senjata, atau perjanjian damai." Rumusan kalimat "kami, [[polis]], telah mempersembahkan korban curahan" adalah pemakluman damai. Rumusan kalimat yang sama juga dimaklumkan bilamana negara-negara kota berkumpul dalam penyelenggaraan [[kejuaraan-kejuaraan se-Yunani]], [[Olimpiade Kuno|kejuaraan Olimpia]], maupun upacara-[[Misteri Eleusis|upacara pemujaan rahasia di Eleusis]]. Dalam hal ini, ''spondȇ'' disifatkan "tidak berdarah, lemah lembut, tidak terbatalkan, dan tidak dapat diganggu gugat".<ref name="Burkert, hlm. 71"/>
 
Korban curahan yang ditumpahkan ke tanah ditujukan kepada arwah-arwah dan dewa-dewa [[Khthonik|pratala]]. Di dalam wiracarita ''[[Odisseia|Odiseya]]'', bagian ''Kitab Kematian'', [[Odisseus|Odiseus]] dikisahkan menggali sebuah cerukliang sesaji, kemudian menuangkan madu, anggur, dan air berturut-turut ke sekeliling cerukliang itu. Untuk upacara korban curahan yang disebut ''khoē'' ({{Lang-el|χεῦμα}}, ''kheuma'', artinya "yang dicurahkan"; dari akar kata bahasa India-Eropa ''{{PIE|*gheu-}}''),<ref>Adams and Mallory, "Libation," hlm. 351.</ref> korban curahan ditumpahkan dari sebuah bejana besar ke tanah sebagai persembahan kepada dewa-dewa pratala, yang juga dibenarkan menerima ''spondai''.<ref>Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 70.</ref> Para pahlawan, yakni insan-insan fana yang didewakan, dibenarkan menerima korban curahan darah jika semasa hidup pernah berjuang menumpahkan darah di medan perang, misalnya [[Brasidas]], pahlawan [[Sparta]].<ref>Gunnel Ekroth, "Heroes and Hero-Cult," dalam ''A Companion to Greek Religion'', hlm. 107.</ref> Korban curahan yang dipersembahkan kepada arwah dalam upacara di kuburan juga mencakup susu dan madu.<ref>D. Felton, "The Dead," in ''A Companion to Greek Religion,'' hlm. 88.</ref>
 
''[[Oresteia|Para Pembawa Korban Curahan]]'' ({{lang-el|Χοηφóρoι}}, ''Khoeforoi'') adalah judul [[tragedi Yunani|tragedi]] kedua dari ''[[Oresteia|tiga babak Tragedi Orestes]]'' karangan [[Aiskhilos]], merujuk kepada sesaji yang dibawa [[Elektra]] ke kubur ayahnya, [[Agamemnon]].<ref name="Burkert, hlm. 71"/> [[Sofokles]] menyajikan salah satu uraian upacara korban curahan yang paling terperinci di dalam [[sastra Yunani Kuno|khazanah kesusastraan Yunani]], yakni di dalam naskah sandiwara ''[[Oidipus di Kolonus]]'' ({{lang-el|Οἰδίπους ἐπὶ Κολωνῷ}}, ''Oidipus epi Kolōnōi'') yang dipergelarkan sebagai laku penebusan dosa di [[hutan larangan]] [[Erinyes|Eumenides]]: