Enterococcus faecalis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dorsi22 (bicara | kontrib)
Jochristxs (bicara | kontrib)
k Menambahkan pranala
Baris 25:
 
== Pertumbuhan dan Penghambatan ==
''Enterococcus Faecalis'' dapat tumbuh dengan ada atau tidaknya oksigen dan merupakan [[Mikroflora normal manusia|flora normal]] yang biasanya terdapat di dalam lumen intestinal, vagina, dan rongga mulut.<ref>{{Cite journal|last=Wardani|first=Istien|last2=Mahendra|first2=Ilham|last3=Rochyani|first3=Linda|date=2019-07-05|title=DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK IKAN TERI JENGKI (Stolephorus insularis) TERHADAP Enterococcus faecalis|url=http://dx.doi.org/10.30649/denta.v12i2.175|journal=DENTA|volume=12|issue=2|pages=25|doi=10.30649/denta.v12i2.175|issn=2615-1790}}</ref> E. Faecalis biasa tumbuh pada suhu mulai dari 10°C hingga 45°C, tetapi menunjukkan pertumbuhan optimal pada 35°C (Sherman 1937). Bakteri ini juga dapat bertahan pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 65°C selama 10 menit (Freeman e''t al.'' 1994, Bradley & Fraise 1996).
 
Beberapa antibakteri alami dapat digunakan dalam menghambat pertumbuhan E. Faecalis, diantaranya dengan menggunakan:
Baris 31:
1. Ekstrak Buah Timun Suri (Herawati et al., 2017)<ref>{{Cite journal|last=Herawati|first=Ludya|last2=Noviyandri|date=2017|title=Pengaruh Ekstrak Buah Timun Suri (Cucumis sativus L.) sebagai Antibakteri Alami dalam Menghambat Pertumbuhan Enterococcus faecalis|url=http://www.jim.unsyiah.ac.id/JCD/article/viewFile/5677/2340|journal=Journal Caninus Denstistry|volume=3|issue=2|pages=111-116}}</ref>
 
[[Mentimun suri|Timun suri]] mengandung zat fitokimia yaitu [[alkaloid]] yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak buah timun suri dapat menghambat pertumbuhan ''E. Faecalis'' dalam kategori resisten menurut klasifikasi tabel CLSI (''[[Clinical Laboratory Standard Institute]]'')''.''
 
2. Minyak Atsiri
 
[[Minyak asiri|Minyak atsiri]] mengandung terpene, aldehid, alkohol, ester, fenolik eter dan keton  yang mendukung penghambatan pertumbuhan mikroba. Penelitian Hidayati et al. (2020)<ref>{{Cite journal|last=Hidayanti|first=Nurul|last2=Yusro|date=2020|title=Bioaktivitas Minyak Daun KARI Murraya koenigii L. Spreng Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis dan Salmonella typhimurium|url=https://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma/article/view/9786|journal=Bioma|volume=5|issue=1|pages=95-102}}</ref> menunjukkan hambatan pertumbuhan ''E. faecalis'' dengan konsentrasi 20% oleh minyak atsiri daun kari yaitu 0,75mm dengan tingkat penghambatan yang lemah dibandingkan dengan penelitian Udawaty et al. (2019)<ref>{{Cite journal|last=Udawaty|first=Wis|last2=Yusro|date=2019|title=Identifikasi Senyawa Kimia Minyak Sereh Wangi Klon G3 (Cymbopogon nardus L.) dengan Media Tanam Tanah Gambut dan Potensinya sebagai Antibakteri Enterococcus faecalis|url=https://jurnal.untan.ac.id/index.php/tengkawang/article/view/36835/75676585222|journal=Jurnal Tengkawang|volume=9|issue=2|pages=71-81|doi=}}</ref> yang menggunakan minyak atsiri serai wangi mengahasilhan daya hambat 24,667mm dengan konsetrasi yang sama.
 
3. Ekstrak Kayu Manis (Mubarak et al., 2016)<ref>{{Cite journal|last=Mubarak|first=Zaki|last2=Chismirina|date=2016|title=Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis|url=http://e-repository.unsyiah.ac.id/CDJ/article/view/10456|journal=Cakrodonya Dent J|volume=8|issue=1|pages=1-10}}</ref>
 
Ekstrak [[kayu manis]] mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid, kuinon dan triterpenoid yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan ''E. faecalis'' dengan konsentrasi 15% sebagai kadar hambat minimun yang menghasilkan koloni sebanyak 299,3 X 10<sup>4</sup> CFU/ml, namun tidak ditemukan adanya kadar bunuh minimum.
 
4. Ekstrak [[Alga merah|Alga Merah]] (Noviyadri et al., 2018)<ref name=":2">{{Cite journal|last=Noviyandri|first=Putri|last2=Andayani|date=2018|title=Potensi Ekstrak Alga Merah Gracilaria verrucosa sebagai Penghambat Perkembangan Pembenukan Biofilm Enterococcus Faecalis Pada Infeksi Saluran Akar Gigi|url=http://www.e-repository.unsyiah.ac.id/JDS/article/download/11054/8803|journal=Journal of Syiah Kuala Dentistry Society|volume=3|issue=1|pages=6-15}}</ref>
 
Ekstrak [[alga]] mampu menghambat perkembangan pembentukan biofilm ''E. faecalis'' pada infeksi saluran akar gigi. Pada penelitian ini, semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin tinggi daya hambatnya terhadap perkembangan pembentukan biofilm ''E. faecalis.''
 
5. Cuka Apel (Djuanda et al., 2019)<ref>{{Cite journal|last=Djuanda|first=Rudy|last2=Helmika|first2=Varin Aulia|last3=Christabella|first3=Fiona|last4=Pranata|first4=Natallia|last5=Sugiaman|first5=Vinna Kurniawati|date=2019-12-20|title=Potensi Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar|url=http://dx.doi.org/10.28932/sod.v4i2.2141|journal=SONDE (Sound of Dentistry)|volume=4|issue=2|pages=24–40|doi=10.28932/sod.v4i2.2141|issn=2685-1822}}</ref>
Baris 50:
 
== Virulensi ==
Virulensi ''E. Faecalis'' disebabkan kemampuannya dalam pembentukan kolonisasi pada ''host'', dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan ''host'', menghasilkan perubahan [[patogen]] baik secara langsung melalui produksi toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator inflamasi.<ref name=":1" /> Faktor virulensi yang berperan dalam patogenesis ''E. Faecalis'' terdiri dari beberapa komponen, diantaranya ''Aggregation Substanse'' (AS), C''ytolysin, Surface Adhesins'', ''Lipoteichoic Acid'' (LTA), S''ex Pheromones, Extraceluller Superoxide Production'' (ESP), H''yaluronidase'', dan G''elatinase Lytic Enzyme'' dan AS-48.<ref name=":2" /> Jumlah maksimum ''E. faecalis'' pada lumen usus manusia yaitu antara 10<sup>5</sup> - 10<sup>8</sup> CFU/g. Namun jika sistem imun menurun atau ''E. faecalis'' menjadi resisten, akan menyebabkan berbagai jenis infeksi, seperi infeksi pada saluran kemih, aliran darah, [[abdomen]], endokardium, luka bakar, dan pada rongga mulut.<ref>{{Cite journal|last=Aurelia|first=Della|date=2017|title=Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) Terhadap Enterococcus faecalis|url=http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/index.php/home/detail/detail_koleksi/0/SKR/judul/00000000000000083822/0|journal=Skripsi|publisher=Universitas Trisakti}}</ref>
 
== Enterococcus Faecalis Pada Makanan<ref>{{Cite book|last=Erkmen|first=Osman|last2=Bozoglu|date=2016|title=Food Microbiology : Principles into Practice|location=India|publisher=Wiley|volume=1|pages=32-120|url-status=live}}</ref> ==
''[[Enterococcus faecalis]]'' termasuk ke dalam bakteri proteolitik yang dapat menyebabkan pembusukan-pembusukan pada [[makanan]] yaitu penguraian protein menjadi senyawa berbau busuk, seperti hidrogen sulfida, merkaptan, amina, indol, dan asam lemak. Beberapa bakteri pada kelompok ini melakukan fermentasi asam dan proteolisis secara bersamaan.
 
Sebagai [[bakteri proteolitik]], ''Enterococcus faecalis'' dapat tumbuh pada suhu 40 - 45°C dalam susu mentah yang telah asam. Ketika ''Coliform, [[Enterococcus]], [[Lactobacillus]]'', dan ''Micrococcus'' tumbuh dalam susu, mereka menyebabkan penggumpalan, pembentukan gas, proteolisis, dan lipolisis. Pada suhu yang lebih tinggi, dari 37 - 50°C, ''Streptococcus thermophilus'' dan ''Enterococcus faecalis'' tumbuh dan menghasilkan asam. [[Pasteurisasi]] susu dapat membunuh beberapa bakteri pembentuk asam, tetapi Bakteri asam laktat thermoduric tahan panas seperti ''E. faecalis'' dapat bertahan.
 
Pada daging kemasan dengan ''vacuum packaging'' suhu 2°C, ''E. faecalis'' dapat tumbuh bersama bakteri lainnya yang menyebabkan pembusukan ditandai dengan penghijauan produk yang dihasilkan dari aksi ''E. faecalis'' dengan produksi H2O2.