==== Yunani Kuno ====
[[File:Omphalos pushkin.jpg|thumb|upright|[[Apollo (mitologi)|Dewa Apolon]] menuangkanmenuang persembahan curahan dari dalam ''[[Patera|fiale]]'' ke atas [[omfalos]] disaksikan [[Artemis|Dewi Artemis]]]]
Persembahan curahan ({{Lang-el|σπονδή}}, ''spondȇ'') adalah unsur pokok dan penting dari [[agama Yunani Kuno|agama bangsa Yunani Kuno]]. Persembahan curahan merupakan salah satu amalan agama yang paling sederhana dan paling umum dilakukan.<ref>Louise Bruit Zaidman dan Pauline Schmitt Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', diterjemahkan oleh Paul Cartledge (Cambridge University Press, 1992, 2002, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1989), hlm. 28.</ref> Bagi masyarakat Yunani Kuno, persembahan curahan adalah salah satu unsur pokok pengamalan agama yang mencerminkan ketakwaan seseorang. Persembahan curahan sudah diamalkan sejak [[Zaman Perunggu Yunani|zaman Perunggu]] bahkan sejak [[zaman Prasejarah Yunani]].<ref>[[Walter Burkert]], ''Greek Religion'' (Harvard University Press, 1985, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman pada tahun 1977), hlmn. 70, 73.</ref> Persembahan curahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Orang-orang Yunani yang bertakwa mempersembahkannya setiap hari pada waktu pagi dan senja, maupun sebelum bersantap.<ref>[[Hesiod]], ''Works and Days'' 724–726; Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 39.</ref> Sarana persembahan sering kali berwujud anggur yang dicampur air, tetapi dapat pula berwujud anggur murni, madu, minyak, air, dan susu.<ref>Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 40; Burkert, ''Greek Religion,'' hlmn. 72–73.</ref>
Bangsa Yunani Kuno lazimnya mempersembahkan kurban curahan melalui upacara penumpahan anggur secara khidmat dari dalam sebuah tempayan atau mangkuk yang dipegang dengan tangan. Upacara yang paling lazim adalah menuangkanmenuang cairan dari ''[[oinokhoe]]'' (tempayan anggur) ke dalam ''[[patera|fiale]]'', sejenis mangkuk datar yang dibuat khusus untuk upacara ini. Sesudah anggur di dalam ''fiale'' dicurahkan, sisa isi ''oinokhoe'' diminum pemimpin upacara.<ref>Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 40.</ref> Persembahan curahan ditumpahkan kapan saja orang hendak minum anggur. Amalan semacam ini sudah tercatat pada masa penulisan wiracarita-wiracarita [[Homeros]]. Tata krama [[simposium|simposion]] mewajibkan pelaksanaan upacara persembahan curahan kepada [[Zeus]] beserta [[12 Dewa Olimpus|dewa-dewi Olimpos]] saat [[krater]] anggur pertama disajikan, kepada [[Kultus pahlawan Yunani|para pahlawan]] saat krater kedua disajikan, dan kepada ''Zeus yang memurnakan'' ({{Lang-grc|Ζεύς Tέλειος}}, ''Zeús Téleyos'') sewaktu menyajikan krater ketiga, yang biasanya adalah krater terakhir. Alternatifnya adalah menumpahkan persembahan curahan dari krater pertama kepada [[agatodaimon]] (roh baik) dan dari krater ketiga kepada [[Hermes]]. Para hadirin simposion juga boleh secara pribadi menyeru dan menumpahkan persembahan curahan kepada dewa tertentu seturut keinginannya.
Persembahan curahan pada umumnya dipersembahkan sambil melisankan doa.<ref>Burkert, ''Greek Religion'', hlmn. 70–71.</ref> Sikap tubuh bangsa Yunani pada saat berdoa adalah berdiri, baik sambil mengangkat kedua belah tangan maupun sambil menuangkanmenuang persembahan curahan dari ''fiale'' di tangan kanan yang direntangkan.<ref>William D. Furley, "Prayers and Hymns," dalam ''A Companion to Greek Religion'' (Wiley-Blackwell, 2010), hlm. 127; Jan N. Bremmer, "Greek Normative Animal Sacrifice," hlm. 138 dalam jilid yang sama.</ref>
Bilamana [[Pengurbanan hewan|mempersembahkan korban sembelihan]], anggur akan dituangkan ke atas hewan kurban sebagai bagian dari upacara penyembelihan dan pengolahannya, kemudian juga ke atas abu dan nyala api pembakarannya.<ref>Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 36; Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 71.</ref> Penggambaran upacara semacam ini lazim dijumpai pada karya-karya [[Seni Yunani Kuno|seni rupa Yunani]], yang juga kerap menampilkan gambar pemberi persembahan atau dewa-dewi dalam sikap memegang ''fiale''.<ref name="Burkert, hlm. 71">Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 71.</ref>
[[File:Bell-krater sacrifice Pothos Painter Louvre G496.jpg|thumb|upright=1.2|right|Gambar upacara persembahan karya [[Pelukis Potos]], persembahan curahan dituangkan dari tempayan, [[krater]] [[Tembikar sosok-merah|sosok-merah Atika]], 430–420 SM)]]
Kata kerja Yunani ''σπένδω'' (''spéndō''), yang berarti "menuangkanmenuang persembahan curahan", dan dapat pula berarti "mencapai mufakat", berasal dari [[akar kata bahasa Proto-India-Eropa|akar kata bahasa India-Eropa]] ''{{PIE|*spend-}}'', yang berarti "mempersembahkan, melaksanakan upacara, atau melibatkan diri lewat suatu upacara". Kata bendanya adalah ''spondȇ'' (jamak: ''spondaí''), artinya "persembahan curahan." Di dalam [[diatesis|bentuk kalimat madya]] (bukan aktif maupun pasif), kata kerjanya bermakna "masuk ke dalam suatu perjanjian", maksudnya para dewata diseru untuk menjamin suatu tindakan.<ref>D.Q. Adams dan J.P. Mallory, lema "Libation," dalam ''Encyclopedia of Indo-European Culture'' (Taylor & Francis, 1997), hlm. 351. Dari akar kata yang sama diturunkan kata kerja Latin ''spondeo'', yang berarti "janji, kaul."</ref> Jika upacara persembahan darah dilaksanakan untuk mengawali perang, maka ''spondaí'' menandai berakhirnya permusuhan, dan oleh karena itu istilah ''spondaí'' sering kali digunakan dengan makna "gencatan senjata" atau "perjanjian damai". Rumusan kalimat "kami, [[polis]], telah menuang persembahan curahan" adalah pemakluman damai. Rumusan kalimat yang sama juga dimaklumkan bilamana negara-negara kota berkumpul dalam penyelenggaraan [[kejuaraan-kejuaraan se-Yunani]], [[Olimpiade Kuno|kejuaraan Olimpia]], maupun upacara-[[Misteri Eleusis|upacara pemujaan rahasia di Eleusis]]. Dalam hal ini, ''spondȇ'' disifatkan "tidak berdarah, lemah lembut, tidak terbatalkan, dan tidak dapat diganggu gugat".<ref name="Burkert, hlm. 71"/>
Persembahan curahan yang ditumpahkan ke tanah ditujukan kepada arwah-arwah dan dewa-dewa [[Khthonik|pratala]]. Di dalam wiracarita ''[[Odisseia|Odiseya]]'', bagian ''Kitab Kematian'', [[Odisseus|Odiseus]] dikisahkan menggali sebuah liang sesaji, kemudian menuangkanmenuang madu, anggur, dan air berturut-turut ke sekeliling liang itu. Untuk upacara persembahan curahan yang disebut ''khoē'' ({{Lang-el|χεῦμα}}, ''kheuma'', artinya "yang dicurahkan"; dari akar kata bahasa India-Eropa ''{{PIE|*gheu-}}''),<ref>Adams and Mallory, "Libation," hlm. 351.</ref> persembahan curahan ditumpahkan dari sebuah pasu ke tanah sebagai persembahan kepada dewa-dewa pratala, yang juga dibenarkan menerima ''spondai''.<ref>Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 70.</ref> Para pahlawan, yakni insan-insan fana yang didewakan, dibenarkan menerima persembahan curahan darah jika semasa hidupnya pernah berjuang menumpahkan darah di medan perang, misalnya [[Brasidas]], pahlawan [[Sparta]].<ref>Gunnel Ekroth, "Heroes and Hero-Cult," dalam ''A Companion to Greek Religion'', hlm. 107.</ref> Persembahan curahan yang ditumpahkan kepada arwah dalam upacara di kuburan juga mencakup susu dan madu.<ref>D. Felton, "The Dead," in ''A Companion to Greek Religion,'' hlm. 88.</ref>
''[[Oresteia|Para Pembawa Persembahan Curahan]]'' ({{lang-el|Χοηφóρoι}}, ''Khoeforoi'') adalah judul [[tragedi Yunani|lakon]] kedua dari ''[[Oresteia|Tragedi Tiga Babak Orestes]]'' karya pujangga [[Aiskhilos]], merujuk kepada sesaji yang dibawa [[Elektra]] ke kubur ayahnya, [[Agamemnon]].<ref name="Burkert, hlm. 71"/> Pujangga [[Sofokles]] menyajikan salah satu penjabaran upacara persembahan curahan yang paling terperinci di dalam [[sastra Yunani Kuno|khazanah kesusastraan Yunani]], yakni di dalam naskah sandiwara ''[[Oidipus di Kolonus]]'' ({{lang-el|Οἰδίπους ἐπὶ Κολωνῷ}}, ''Oidipus epi Kolōnōi''). Upacara tersebut dilaksanakan sebagai laku penebusan dosa di [[hutan larangan]] [[Erinyes|Eumenides]]:
==== Agama Budha di Birma ====
[[File:Yezetcha ceremony.PNG|thumb|upright=1.5|Upacara dana air di Birma pada tahun 1900]]
[[Agama Buddha di Myanmar|Umat Budha di Birma]] mengenal upacara dana air yang disebut ''yay zet cha'' (ရေစက်ချ), yakni tindakan menuangkanmenuang air secara khidmat sedikit demi sedikit dari bejana ke dalam sebuah wadah sebagai penutup sebagian besar rangkaian upacara agama Budha, termasuk perayaan-perayaan dana, [[shinbyu]], dan pesta-pesta. Upacara dana air dilaksanakan demi beroleh [[Dasa Kusala Kamma|pahala]] bersama-sama segala makhluk di 31 alam.<ref>{{cite book |title=Burmese supernaturalism |last=Spiro |first=Melford E. |year=1996 |publisher=Transaction Publishers |isbn=978-1-56000-882-8 |pages=44–47 }}</ref> Upacara ini terdiri atas tiga unsur utama, yaitu pernyataan keimanan, pencurahan air, dan berbagi pahala.<ref name="dpb">{{cite book|title=ဝတ်ရွတ်စဉ်|publisher=သီတဂူဗုဒ္ဓဝိဟာရ|location=Austin, Texas|year=2011|pages=34–35|url=http://www.sitagu.org/downloads/Daily%20Recitation%20Ebook%202011.pdf|language=my|access-date=2012-02-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20111018030937/http://www.sitagu.org/downloads/Daily%20Recitation%20Ebook%202011.pdf|archive-date=2011-10-18|url-status=dead}}</ref> Seiring pencurahan air, pernyataan keimanan, yang disebut ''hsu taung imaya dhammanu'' ({{lang-my|ဆုတောင်း ဣမာယ ဓမ္မာနု}}), didaraskan hadirin dipimpin para biksu.<ref name="spi">{{cite book |title=Buddhism and society: a great tradition and its Burmese vicissitudes |last=Spiro |first=Melford E. |year=1982 |publisher=University of California Press |isbn=978-0-520-04672-6 |pages=213–214 }}</ref>
Sesudah pencurahan air, orang yang berdana (disebut အမျှဝေ, ''ahmya wei'') membagi-bagikan pahala dengan cara tiga kali melisankan kalimat berikut ini:<ref name="dpb"/>
|