Haurgeulis, Indramayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jatibarang (bicara | kontrib)
Penambahan pranala
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Jatibarang (bicara | kontrib)
→‎Sejarah: Memperbaiki kekeliruan sejarah
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 23:
Saat ini, Haurgeulis terbagi menjadi 10 desa. Sebelumnya, kecamatan ini memiliki 16 desa. Namun pada tahun 2002, 6 desa ([[Baleraja, Gantar, Indramayu|Baleraja]], [[Bantarwaru, Gantar, Indramayu|Bantarwaru]], [[Gantar, Gantar, Indramayu|Gantar]], [[Mekarjaya, Gantar, Indramayu|Mekarjaya]], [[Sanca, Gantar, Indramayu|Sanca]] dan [[Situraja, Gantar, Indramayu|Situraja]]) memisahkan diri dan dimekarkan menjadi kecamatan [[Gantar, Indramayu|Gantar]] (berdasarkan ketentuan '''Perda Kabupaten Indramayu No. 19 tahun 2002''' tentang ''Penataan dan Pembentukan Lembaga Perangkat Daerah Kabupaten Indramayu''). Desa-desa yang ada di kecamatan Haurgeulis yaitu [[Cipancuh, Haurgeulis, Indramayu|Cipancuh]], [[Haurgeulis, Haurgeulis, Indramayu|Haurgeulis]], [[Haurkolot, Haurgeulis, Indramayu|Haurkolot]], [[Karangtumaritis, Haurgeulis, Indramayu|Karangtumaritis]], [[Kertanegara, Haurgeulis, Indramayu|Kertanegara]], [[Mekarjati, Haurgeulis, Indramayu|Mekarjati]], [[Sidadadi, Haurgeulis, Indramayu|Sidadadi]], [[Sukajati, Haurgeulis, Indramayu|Sukajati]], [[Sumbermulya, Haurgeulis, Indramayu|Sumbermulya]] dan [[Wanakaya, Haurgeulis, Indramayu|Wanakaya]].
 
== Sejarah Etimologi==
{{Rujukan}}
=== Etimologi ===
Nama '''Haurgeulis''' berasal dari gabungan 2 kata dalam [[bahasa Sunda]] Kuno, yaitu ''Haur'' dan ''Geulis''. ''Haur'' berarti ''[[bambu]]'', sedangkan ''geulis'' berarti ''cantik''. Jadi, nama Haurgeulis mempunyai arti ''Bambu Cantik'' atau ''Pring Ayu'' dalam [[bahasa Jawa]]. Hali ini konon dikarenakan wilayah kecamatan ini pada masa lampau banyak ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan bambu yang mempunyai bentuk unik dan mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar.
 
==Sejarah==
=== Cerita dan Legenda ===
Pada masa perawalan abad ke-16, wilayah Haurgeulis (termasuk [[Gantar, Indramayu|Gantar]], [[Anjatan, Indramayu|Anjatan]], [[Sukra, Indramayu|Sukra]], serta sebagian [[Kandanghaur, Indramayu|Kandanghaur]] dan [[Trisi, Indramayu|Terisi]]) termasuk dalam wilayah kekuasaan [[Kerajaan Sumedang Larang]].<ref>[http://www.tarungnews.com/fullpost/profil/1309050862/legenda-para-penguasa-kerajaan-sumedang-.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120317161145/http://www.tarungnews.com/fullpost/profil/1309050862/legenda-para-penguasa-kerajaan-sumedang-.html |date=2012-03-17 }} Legenda Para Penguasa Kerajaan Sumedang</ref> Sempat terjadi polemik antara penguasa Indramayu dengan penguasa Sumedang mengenai status wilayah ini.
 
===Awal===
Menurut legenda, penguasa Indramayu (lewat ''Nyi Endang Dharma'') menyiapkan strategi khusus untuk bisa mendapatkan hak kekuasaan wilayah tersebut dari [[Kerajaan Sumedang Larang]]. Nyi Endang Dharma (yang konon awalnya adalah seorang lelaki sakti) mengubah wujud aslinya menjadi seorang wanita yang cantik jelita. Kecantikannya membuat penguasa Sumedang saat itu, Pangeran Aria Soeriadiwangsa I dari Ratu Harisbaya (istri kedua [[Prabu Geusan Ulun]] Adji Putih), jatuh cinta dan berniat menikahi [[Nyi Endang Dharma]]. Prabu Geusan tak mengetahui bahwa wanita cantik tersebut sebenarnya adalah musuhnya. Nyi Endang Dharma pun menerima tawaran dari Pangeran Aria Soeriadiwangsa, tetapi dengan ketentuan Sang Pangeran mau memberikan untuknya wilayah yang kelak akan dijadikan tempat tinggalnya. Tanpa berpikir panjang, Prabu Geusan yang sudah terjebak oleh kelicikan Nyi Endang Dharma, langsung mengabulkan permintaannya demi cintanya.
{{Rujukan}}
 
[[Haurgeulis, Indramayu|Haurgeulis]] adalah desa baru di wilayah eks dari [[Kawedanan]] '''Kandhang Awur'''
Namun setelah [[Prabu Geusan Ulun]] mengikrarkan janjinya, tiba-tiba ia pun sadar bahwa Nyi Endang yang dicintainya adalah musuh besarnya dari pesisir utara. Semua wilayah yang ia berikan tadipun lenyap dan jatuh ke tangan Indramayu. Wilayah itulah yang kini menjadi daerah Haurgeulis (termasuk [[Gantar, Indramayu|Gantar]], [[Anjatan, Indramayu|Anjatan]], [[Sukra, Indramayu|Sukra]], serta sebagian [[Kandanghaur, Indramayu|Kandanghaur]] dan [[Terisi, Indramayu|Terisi]]).
wilayah dari '''Kesultanan Dermayon'''. tercatat berdasarkan catatan-catatan dhemang-dhemang di '''Kawedanan Kandhang Awur''' pada [[1678]] Masehi.
 
 
Dulunya [[Haurgeulis, Indramayu|Haurgeulis]] hanya sebuah desa yang baru terbentuk pada [[18]] [[November]] [[1678]] Masehi,
penduduk daerah ini memang berasal dari Suku [[Sunda]] khususnya dari Tegalkalong [[Sumedang]], tapi hanya meliputi Desa [[Haurgeulis,Indramayu|Haurgeulis]] saja.
 
 
===Hubungan Awal '''Sumedang''' dan '''Indramayu''' di masa lampau [[1576]] Masehi===
 
Hubungan berawal ketika '''Prabu Geusan Ulun''' (Sumedang) datang ke '''Kesultanan Deramayon''' untuk bertemu '''Kanjeng Gusthi Sawedhi ''' (Sultan Wiralodra III) di Keraton Dharma-ayu pada [[1576]] Masehi.
 
'''Prabu Geusan Ulun''' membahas kerjasama penambangan logam dengan Dermayon, kemudian Prabu Geusan Ulun meminta bantuan kepada '''Kanjeng Gusthi Sawerdi''' (Sultan Wiralodra III) untuk mengirim para pandai besi, pandai tembaga dan pandai emas dari Dermayon untuk bekerja menambang di sumedang.
 
Sebagai perjanjian sesama mendapatkan keuntungan, Prabu Geusan Ulun akan membayar tinggi kepada para pekerja dermayon.
 
Tujuan utamanya agar Sumedang bisa berdiri mandiri dan bersaing dengan Bandar Callapa ([[Sunda Kelapa]]) di batavia (betawi) serta bisa menjadi pengganti Pakuan Pajajaran.
 
 
Perjanjian tersebut di setujui oleh Kanjeng Gushti Sawerdi, sekitar [[13]] Keluarga Pandai Besi, Pandai Tembaga dan Pandai Emas dari Kawedhanan Jatibarang diboyong ke Sumedang.
 
Para penambang Dermayon beberapa tahun tidak lama setelah di boyong sumedang, mereka menemukan sumber biji tembaga di Kaliwangu dekat Cadas Pangeran, yang kemudian mengolahnya menjadi tembaga murni.
 
Dari tambang-tambang tembaga ini, '''Kerajaan Sumedang Larang''' mulai di dirikan oleh Prabu Geusan Ulun setelah mengangkat dirinya sebagai Pemimpin Sumedang pengganti runtuhnya Pakuan Pajajaran pada tahun [[1585]] Masehi.
 
 
Dalam Babad Dermayon tidak lama setelah Kerajaan Sumedang Larang berdiri, ada Peristiwa '''Ratu Harisbaya''' istri dari '''Prabu Geusan Ulun''' yang kemudian '''Ratu Harisbaya''' dipersunting oleh penguasa Cirebon dan menjadikan awal mula Peperangan antara '''Sumedang''' dan '''Cirebon''' dimasa lalu.
 
''serta bukan peristiwa '''Endang Darma''' Kerajaan Galunggung ([[Tasikmalaya]], [[Ciamis]]) dengan Kesultanan Dermayon peristiwa hilangnya '''Nyi Endang Ayu''' ([[Indramayu]]) ditahun [[1441]] Masehi. '''Endang Darma''' dari Kerajaan Galunggunglah yang membunuh [[25]] '''Pangeran Senopati Palembang''' Utusan '''Kanjeng Gusthi Aria Wiralodra I'''. [[25]] Pangeran Senopati Panembahan Palembang di Kesultanan Dermayon gugur dalam perang membela dermayon yang kini di kenal (Makam Selawe)''
''
 
 
 
===Peristiwa 18 November 1678===
 
Hubungan kembali terjalin terutama era kepemimpinan '''Pangeran Rangga Gempol''' III pasca melemahnya Kesultanan Mataram Islam pada [[1657]] Masehi.
 
'''Rangga Gempol III''' datang ke Keraton Dharma-Ayu untuk bertemu '''Kanjeng Gusthi Syekh Syama'un''' (Sultan Wiralodra V) dan membahas tentang Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang untuk menjadi penopang kekuasaan Sumedang agar merdeka dari VOC.
 
Sebagai Perjanjian Rangga Gempol III akan menyerahkan wilayah [[Kuningan]] (Kuningan Jawa barat) yang dulu dikuasai Sumedang akan di serahkan ke Kesultanan Dermayon.
 
Tahun [[1657]] Masehi, Sultan Wiralodra V mengutus Raden Bagus, Raden Singamanggala, Raden Tanusuta dan Raden Bagus Taka (Ngabehi Wira) serta yang lainnya untuk ngabdi ke Rangga Gempol III di Sumedang.
 
Pada Idhul Fitri di Hari Jumat [[18]] [[November]] [[1678]] Masehi. Rangga Gempol III dan Keluarganya serta Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang melaksanakan Ibadah Sholat Idhul Fitri di Masjid Tegalkalong Sumedang, namun secara tiba-tiba dari arah barat, Banten yang dipimpin Cilik Widara bersenjatakan lengkap menyerang Rangga Gempol III, Keluarga, Pangeran Senopati Dermayon (Panembahan) dan Jamaah yang sedang melaksanakan Sholat Idhul Fitri ikut menjadi korban dari serangan tersebut.
 
Hanya ada satu Pangeran panembahan dermayon yang tersisa yaitu Kiyai Ngabehi Wira (Raden Bagus Taka) pada saat itu berhasil mendesak mundur pasukan Banten, Kiyai Ngabehi Wira menggiring dan memerintahkan Jamaah Tegalkalong yang masih tersisa untuk pergi meloloskan diri ke Utara untuk meminta bantuan kepada Kesultanan Dermayon pada tahun [[1678]] Masehi.
 
Konflik berhasil diredam setelah Cilik Widara tertusuk Keris Kiyai Bengkelung milik Pangeran Ngabehi Wira (Kiyai Ngabehi atau Raden Bagus Taka) dan Ngabehi segera meloloskan diri dari pengeroyokan di Masjid Tegalkalong ke Utara.
 
Setelah menunggu lama pasukan bantuan dari Dermayon telag tiba, namun datang terlambat di masjid Tegalkalong sudah banjir darah, banyak jamaah, keluarga dan Rangga Gempol III serta panembahan dermayon tergeletak penuh darah dan bala pasukan dermayon memandikan para korban tersebut.
 
Para Jamaah yang diperintahkan ngabehi Wira untuk meloloskan diri ke utara berhasil dengan selamat sampai ke desa sidodadi, namun pasca tragedi itu Sumedang di kuasai Banten dan penduduk yang berhasil meloloskan diri tidak ingin kembali ke sumedang, dikarenakan sumedang jatuh kekuasaan banten. Hingga Penduduk tegalkalong memilih hidup menetap di wilayah ini dan mendirikan desa bernama Haurgeulis pada tahun [[1679]] Masehi yang sekarang desa tersebut dipilih menjadi nama distrik Kecamatan [[Haurgeulis, Indramayu|Haurgeulis]].
 
== Letak Geografis ==