Prasasti Rabwan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengoreksi pengantar artikel: prasasti ini tidak ada hubungan jelas dengan wangsa Śailendra
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS
Sastrawan (bicara | kontrib)
Memperbaiki beberapa poin-poin dalam bagian Penafsiran
Baris 11:
 
== Isi ==
Prasasti ini menceritakan tentang persembahan sebuah genta perunggu oleh seorang bangsawan bernama Pu Wirawikrama kepada ''bhaṭāra'' di Rabwan.
Prasasti ini menceritakan tentang ''bhaṭāra I rabvān''. Istilah bhatara bisa dipakai untuk menyebut seorang raja bijaksana yang telah wafat, tetapi juga dipakai untuk menyebut para dewata. Ada tafsiran bahwa ''bhaṭāra'' merujuk kepada seorang raja dimakamkan di Rabwan, berdasarkan kekeliruan membaca ''bhaṭāra I rabvān'' sebagai ''bhaṭāra saṅ lumaḥ I rabvān''. Namun, oleh karena ketiadaan istilah ''lumah'' dalam prasasti ini, maka tafsiran ini belum bisa dipastikan. Yang jelas, Pu Wirawikrama telah mempersembahkan sebuah genta perunggu kepada dewata atau raja yang ditempatkan di Rabwan.
 
===Transkripsi===
Baris 26:
 
== Penafsiran ==
Adanya nama Rabwan atau Roban di sini menunjukkan bahwa pada tahun 906 M daerah ini masih eksis dan saat itu berkait dengan adanya bangunan suci rajakerajaan (sangatdi mungkin berupa makam) dimana seorang raja atau kerabat raja telah diistirahatkan ditempat Robanitu.
 
Prasasti ini menceritakan tentangIstilah ''bhaṭāra I rabvān''. Istilah bhatara bisa dipakai untuk menyebut seorang raja bijaksana yang telah wafat, tetapi juga dipakai untuk menyebut para dewata. Ada tafsiran bahwa ''bhaṭāra'' merujuk kepada seorang raja dimakamkan di Rabwan, berdasarkan kekeliruan membaca ''bhaṭāra I rabvān'' sebagai ''bhaṭāra saṅ lumaḥ I rabvān''. Namun, oleh karena ketiadaan istilah ''lumah'' dalam prasasti ini, maka tafsiran ini belum bisa dipastikan. Bisa jadi ''bhaṭāra'' di Rabwan merupakan seorang raja atau bangsawan yang didewakan setelah wafat, tetapi hal ini tidak disampaikan secara eksplisit dalam prasasti Rabwan, sehingga belum bisa diterima sebagai fakta yang pasti. Yang jelas, Pu Wirawikrama telah mempersembahkan sebuah genta perunggu kepada dewata atau raja yang ditempatkan di Rabwan.
Kemudian ada nama Wungkaltihang. Nama ini identik dengan Wungkalhumalang atau Watutihang yang disebut dalam [[prasasti Wanua Tengah III]] (908 M). Nama itu sebelumnya menjadi tanah lungguh dari seorang pangeran bernama Rakai Wungkalhumalang yang kemudian naik tahta menjadi raja Medang antara tahun 894-898 M. Prasasti ini menyebutkan bahwa yang mempersembahkan genta perunggu adalah Pu Wīrawikrama dari Wungkaltihang. Dapat dipastikan bahawa Pu Wīrawikrama adalah seorang pejabat tinggi dan mungkin keturunan dari Rakai Wungkalhumalang yang berkuasa antara tahun 894-898 M.<ref>Kusen, ''Raja-raja Mataram Kuno dari Sanjaya sampai Balitung, sebuah rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III'', Berkala Arkeologi, Tahun XIV, Edisi Khusus, 1994, hlm. 90-94.</ref>
 
Pu Wirawikrama menjabat sebagai penguasa (''rakryān'') di atas daerah lungguh (''watek'') Wungkal Tihang. Dapat dipastikan bahawa Pu Wīrawikrama adalah seorang pejabat tinggi di jaman Balitung (898-910 M), berdasarkan disebutnya di beberapa prasasti lain yang dikeluarkan oleh Balitung, misalnya Nama daerah lungguh Watu Tihang terkesan agak mirip dengan Wungkal Humalang yang disebut dalam [[prasasti Wanua Tengah III]] (908 M). Wungkal Humalang sebelumnya menjadi tanah lungguh dari seorang pangeran bernama Dyah Jebang, yang kemudian naik tahta menjadi raja Medang antara tahun 894-898 M.<ref>Kusen, ''Raja-raja Mataram Kuno dari Sanjaya sampai Balitung, sebuah rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III'', Berkala Arkeologi, Tahun XIV, Edisi Khusus, 1994, hlm. 90-94.</ref> Prasasti ini menyebutkan bahwa yang mempersembahkan genta perunggu adalah Pu Wīrawikrama dari Wungkal Tihang. Namun, hubungan antara Pu Wirawikrama (''rakryan'' di Watu Tihang di jaman Balitung) dan Dyah Jebang (''rakryan'' di Wungkal Humalang sebelum jaman Balitung) belum jelas.
Pada prasasti ini ada sebutan ''Bhatara Sang lumah i Rban''. Istilah bhatara dipakai untuk menyebut seorang raja bijaksana yang telah wafat. Adanya kata sang lumah i rban dimaksudkan bahwa raja tersebut di makamkan di Rban. Pu Wirawikrama begitu cinta kepada raja yang telah wafat ini tentunya bukan tanpa alasan. Sangat besar kemungkinan bahwa Pu Wirawikrama adalah anak atau keturunan dari raja tersebut.
 
Berakhirnya pemerintahan Rake Wungkalhumalang yang hanya berjalan 4 tahun, besar kemungkinan karena sakit lalu wafat. Bahwa 8 tahun kemudian yaitu pada tahun 906 M, Pu Wirawikrama mempersembahkan sebuah genta perunggu kepada raja yang dimakamkan di Rban, hal ini tidak aneh karena tokoh ''Bhatara Sang lumah i Rban'' adalah leluhurnya sendiri.
 
== Referensi ==