Keraton Sumenep: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Reizal Akbar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Reizal Akbar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 18:
== Kompleks Bangunan Karaton ==
[[Berkas:Symbol Keraton Sumenep.jpg|jmpl|300px|''Lambang Kadipaten Sumenep'' Pada tahun 1811 - tahun 1965]]
[[Keraton]] Sumenep berdiri di atas tanah milik pribadi [[Panembahan Somala|Pangeran Natakusuma I]] (Panembahan Somala) (sebelah timur keraton lama milik [[Ratu R. Ayu Rasmana Tirtanegara]]). Kompleks bangunan Karaton Sumenep lebih sederhana dari kompleks Karaton kerajaan[[Kesultanan Mataram]], bangunannya hanya meliputi Gedong Negeri, Pengadilan Karaton, Paseban, dan beberapa bangunan Pribadi Keluarga Karaton.
 
Di depan keraton, ke arah selatan berdiri Pendapa Agung dan di depannya berdiri Gedong Negeri (sekarang Kantor Disbudparpora) yang didirikan oleh Pemerintahan Belanda. Konon, Pembangunan Gedong Negeri sendiri dimaksudkan untuk menyaingi kewibawaan keraton Sumenep dan juga untuk mengawasi segala gerak-gerik pemerintahan yang dijalankan oleh keluarga Keraton. Selain itu Gedong Negeri ini juga difungsikan sebagai kantor bendahara dan pembekalan Karaton yang dikelola oleh Patih yang dibantu oleh Wedana Keraton.
Baris 32:
Di sebelah selatan jalan undakan terdapat Sagaran atau laut kecil merupakan tempat bertamasya putera-puteri [[Adipati]]. Sekarang ''Sagaran'' tersebut ditempati perumahan rakyat dan lapangan tennis. Di sebelah barat lapangan tennis, berdiri kamarrata merupakan tempat kereta kencana, dan dibelakangnya berdiri kandang kuda lengkap dengan dua taman.
 
Komplek keraton Sumenep justru tidak menghadap ke barat tetapi ke selatan. Hal ini berhubungan dengan legenda laut selatan ( selat Madura ) tempat bersemayamnya Raden Segoro dan analog dengan legenda di Mataram tentang [[Nyi Roro Kidul|Nyai Roro Kidul]] yang konon istri dari [[Sultan Agung]] yang bersemayam/bertahta di Segoro Kidul ( LautanLaut IndonesiaSelatan ). Dari legenda tersebut menimbulkan dogma turun temurun bahwa rumah tinggal yang baik harus menghadap ke selatan. Ditinjau dari tapak ( site planning ) terlihat bahwa kompleks bangunan keraton pada prinsipnya menganut keseimbangan simetri dengan menggunakan as/sumbu yang cukup kuat. Hal ini merupakan usaha perencanaannya untuk memberikan kesan agung dan berwibawa dari kompleks ini.
Ditinjau dari tapak ( site planning ) terlihat bahwa kompleks bangunan keraton pada prinsipnya menganut keseimbangan simetri dengan menggunakan as/sumbu yang cukup kuat. Hal ini merupakan usaha perencanaannya untuk memberikan kesan agung dan berwibawa dari kompleks ini.
 
[[Berkas:Mandiyoso.jpg|jmpl|300px|''Mandiyoso'', salah satu ruang di dalam kompleks Karaton Sumenep yang menghubungkan Karaton Dhalem dan Pendopo Agung]]