Semar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS |
hapus spam |
||
Baris 26:
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.<ref>{{Cite book|last=aziz|first=abdul|date=2016|url=http://digilib.uinsby.ac.id/14097/|title=Simbol Kekuasaan Antara Legenda Semar dan Wacana Nietzsche tentang Kekuasaan|location=surabaya|url-status=live}}</ref>
Dalam '''naskah ''Serat Kanda''''' dikisahkan, penguasa [[kahyangan]] bernama [[Sanghyang Nurrasa|Sang Hyang Batara Nurrasa]] memiliki dua orang putra bernama [[Sanghyang Tunggal|Sang Hyang Batara Tunggal]] dan [[Sanghyang Wenang|Sang Hyang Batara Wenang]]/ Sang Hyang Asip Prono atau Sang Hyang Asip Rono. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sang Hyang Wenang. Dari Sang Hyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama [[Batara Guru]]. Sang Hyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama
Dalam '''naskah ''Paramayoga''''' dikisahkan, Sang Hyang Tunggal adalah anak dari Sang Hyang Wenang. Sang HyangTunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti atau Batari Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sang Hyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam ''Sunyaruri'', atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuhan memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama [[Resi Manumanasa|Resi Manumayasa]] dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Baris 60:
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, tetapi keluhurannya sejajar dengan [[Prabu]] [[Kresna]] dalam kisah ''[[Mahabharata]]''. Jika dalam perang [[Baratayuda]] menurut versi aslinya, penasihat pihak [[Pandawa]] hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan [[Resi Manumanasa]], terutama para [[Pandawa]] yang merupakan tokoh utama kisah ''[[Mahabharata]]''. Namun dalam pementasan [[wayang]] yang bertemakan ''[[Ramayana]]'', para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga [[Sri Rama|Sri Ramawijaya]] ataupun [[Sugriwa]]. Seolah-olah
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
|