Câncio de Carvalho: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1:
'''Câncio Lopes de Carvalho''' (lahir 1962)<ref name="MoTCdC">Master of Terror: {{cite web|url=http://syaldi.web.id/mot/Cancio%20Lopes%20de%20Carvalho.htm |wayback=20181129020122 |title=''Cancio Lopes de Carvalho'' |archiv-bot=2019-08-30 20:45:33 InternetArchiveBot }}, diakses 28 November 2018.</ref> adalah mantan pemimpin milisi pro-Indonesia di Timor Timur yang diduduki Indonesia.
== Karier ==
Carvalho adalah anak keempat dari sepuluh bersaudara yang lahir dari pasangan Mateus dan Margarida Lopes de Carvalho. Mateus adalah [[liurai]] di [[Cassa]] ([[Ainaro]]). Sebagai seorang anak, Câncio dipaksa oleh tentara Indonesia untuk membantu operasi militer ''(Tenaga Bantuan Operasi TBO)''. Setelah sekolah pra-sekolah menengah di Ainaro, ia tinggal bersama keluarga seorang tentara Indonesia di [[Surabaya]], di mana ia menyelesaikan sekolah menengah. Untuk sementara waktu, Câncio de Carvalho juga tinggal bersama keluarga [[Arnaldo dos Reis Araújo]] di [[Jakarta]]. Araújo adalah Gubernur Timor Timur dari tahun 1976 hingga 1978. Tidak senang dengan gaya main perempuan Carvalho, dia dikirim kembali ke Timor Timur, di mana dia mulai bekerja di kantor Departemen Kehakiman [[Dili]]. Tahun 1994 menjadi PNS dan pada Mei 1998 Carvalho pindah ke kantor di [[Kupang]]. Di sini ia menikah dengan seorang [[Timor Barat]] yang termasuk minoritas setempat Tetum.<ref name="MoTCdC" />
Setelah [[pembantaian Santa Cruz]] pada November 1991, Carvalho menjadi informan ''Satuan Gabungan Intelijen'' (SGI), badan intelijen [[Kopassus]]. Bersama dengan putra-putra anggota partai pro-Indonesia Associação Popular Democrática Timorense ([[APODETI]]), ia mendirikan sebuah kelompok pemuda yang berbasis di Cassa atas instruksi SGI. Itu disebut Volunteer Corps ({{lang-id|''pasukan sukarelawan Indonesia''}}) . Kelompok ini digunakan untuk mengintimidasi para aktivis pro-kemerdekaan.<ref name="MoTCdC" />
Pada bulan Agustus 1998, Carvalho, bersama dengan pemimpin milisi [[João da Costa Tavares]] dan [[Eurico Guterres]], bertemu dengan Panglima Militer Indonesia untuk Timor Timur [[Tono Suratman]]. Para pemimpin milisi diberitahu bahwa mereka harus "melindungi" "integrasi" Timor Lorosa'e ke Indonesia.<ref name="MoTTS">Masters of Terror: {{cite-web|url=http://syaldi.web.id/mot/Tono%20Suratman.htm |wayback=20181128171650 |title=''Col (Inf) Tono Suratman F X'' |archiv-bot=2019-08-30 20:45:33 InternetArchiveBot }}, diakses 28 November 2018.</ref> Pertemuan tersebut dapat dilihat sebagai awal dari kekerasan milisi terhadap aktivis pro-kemerdekaan yang bekerja menuju referendum kemerdekaan setelah jatuhnya kediktatoran Indonesia pada bulan Mei.<ref name="MoTCdC" />
[[Berkas:54-Otonomi campaign-1 Mahidi Milizen.jpg|mini|Anggota Mahidi (1999)]]
Di bawah arahan SGI, Carvalho mengaktifkan kembali kelompok pemudanya sejak awal 1990-an dan menamakannya [[Mahidi]] (''Mati Hidup Demi Integrasi'', {{lang-en|''Death or Life for Integration''}}). Pada tanggal 1 Januari 1999, di hadapan kepala polisi dan militer Indonesia di Ainaro, milisi dilantik dengan sungguh-sungguh. Mereka memiliki basis utama mereka lagi di Cassa. Beberapa anggota dikatakan telah ditekan ke dalam milisi. Saudara laki-laki Carvalho, ''Nemecio'' (juga ''Remecio'' atau ''Remesio'') memegang jabatan perwira intelijen di milisi. Milisi dibentuk sebagai tanggapan terhadap sentimen pro-kemerdekaan yang semakin militan di Distrik Ainaro. Beberapa rumah telah habis dilalap api. Pada April 1999, Mahidi memiliki 1.000 hingga 2.000 anggota dan sekitar 500 senjata. Carvalho mengatakan kepada [[British Broadcasting Corporation|BBC]] dalam sebuah wawancara bahwa dia menerima senjata otomatis dari komando militer di Ainaro. Mereka dilatih oleh petugas lokal Indonesia.<ref name="MoTCdC" />
Sejak Desember 1998, Mahidi mulai menyerang pendukung kemerdekaan dan penduduk. Ada penyiksaan, pembunuhan, pengusiran dan penculikan. Carvalho sebagian hadir pada insiden ini dan juga secara langsung memerintahkan kejahatan tersebut. Secara khusus, serangan di desa [[Galitas]] ([[Cova Lima]]) pada tanggal 25 Januari 1999, yang menewaskan tiga orang dan lima luka-luka, menarik perhatian nasional karena tubuh seorang wanita hamil yang terbunuh dinodai. Dalam wawancara dengan BBC, Carvalho berbicara tentang insiden itu dengan bangga. Tayangan televisi tentang [[pembantaian di rumah Manuel Carrascalão]] menunjukkan Carvalho menembakkan [[senapan M16]]. Pada April 1999, Carvalho diangkat menjadi Komandan Persatuan Milisi PPI di Sektor III. Dengan demikian dia secara nominal bertanggung jawab atas milisi Mahidi, [[Laksaur]], [[ABLAI]] dan [[AHI]]. Dia telah berulang kali mengancam perang jika orang Timor Timur memilih untuk merdeka dalam [[referendum kemerdekaan 30 Agustus 1999]]. Sesaat sebelum pemungutan suara, Carvalho memberi seorang anggota milisi daftar kematian setidaknya 100 pendukung pro-kemerdekaan yang diketahui. Ketika referendum benar-benar keluar untuk mendukung kemerdekaan, Mahidi menciptakan rezim teror di Cassa. Beberapa orang dibunuh.<ref name="MoTCdC" />
Kedatangan pasukan intervensi internasional [[INTERFET]] di wilayah tersebut pada awal Oktober mengakhiri kekerasan milisi dan pasukan keamanan Indonesia. Carvalho melarikan diri ke Kupang, di mana ia menetap dan membantu mengatur ulang PPI. Pada Januari 2000, ia dan anggota milisinya mengancam akan membakar kota itu jika Indonesia memaksa para pengungsi Timor Timur untuk kembali ke Timor Timur. Pada Oktober 2000, Carvalho mengatakan bahwa dia telah mengirim orang-orang dari milisinya ke Timor Timur untuk aksi [[gerilya]]. Pada saat yang sama, ia menawarkan informasi kepada [[Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa]] tentang keterlibatan [[Kopassus]] dalam kekerasan 1999 dengan imbalan [[amnesti]] sekembalinya ke Timor Timur [[UNTAET]] menolak.<ref name="MoTCdC" />
Dua puluh dua anggota milisi Mahidi didakwa melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan pada tanggal 28 Februari 2003, termasuk Câncio de Carvalho dan saudaranya Nemecio. Dakwaan tersebut menyoroti pembunuhan sebelas warga sipil dan penggusuran penduduk desa [[Mau-Nuno]] pada 23 September 1999, pembunuhan dua pemuda pada 3 Januari di [[Manutaci]], pembunuhan pendukung pro-kemerdekaan pada 25 Januari dan pembunuhan. dan Penganiayaan terhadap beberapa siswa di distrik Cova Lima pada tanggal 13 April. Namun saat itu, semua terdakwa tidak lagi berada di Timor Timur melainkan di Indonesia. Surat perintah penangkapan telah diajukan di [[Pengadilan Distrik]] Dili dan ke Kejaksaan Agung Indonesia dan [[Interpol]] diteruskan. Beberapa perwira milisi dijatuhi hukuman penjara.<ref name="MoTCdC" /><ref>[http://www.etan.org/et2003/february/23-28/283new.htm ETAN, 28 Februari 2003, 3 New indictments filed at Dili Court]</ref>
== Aneka ragam ==
|