Wahono: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Referensi: merapikan templat stub
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
 
==Latar belakang==
Sederhana dan kalem, ia dikenal disiplin dan konsisten. Anak ke-10 dari 11 bersaudara putra R. Soerodidjojo ini tamat MULO di Kediri, 1941. Zaman Jepang ia masuk [[Pembela Tanah Air|PETA]], dan memperoleh pendidikan militer di Kanbu Kyoiku di Bogor, tahun 19431941. Pada 1945 bergabung dalam BKR, cikal bakal TNI sekarang, ia mendapat tugas belajar di SSKAD Bandung, sambil merampungkan SMA sore.
 
==Karier Militer==
Setelah masuk [[Seskoad]], ia menjadi asisten II di [[Kostrad]] ketika panglimanya [[Soeharto|Mayjen TNI Soeharto]], (Presiden RI ke-2). Setelah Meninggalkan [[Kostrad]] dengan jabatan panglima, ia kemudian memangku jabatan [[Kodam V/Brawijaya|Pangdam VIII/Brawijaya]]. Kembali ke Jakarta, Wahono menjadi Deputi KSAD, dan masih sempat kuliah di Universitas Jayabaya, hingga meraih gelar sarjana muda sospol, 1976. Lalu diangkat sebagai dubes di Burma, 1978-1981. Pulang ke tanah air, jabatan Dirjen Bea & Cukai telah menunggunya. Berada kembali di Jakarta, ia berniat merampungkan sarjana penuh. Tetapi, belum sempat terlaksana, ia sudah diangkat menjadi gubernur. Lelaki berperawakan tinggi 171 cm dan berat 71 kg ini tidak merokok, dan enggan disambut secara berlebihan. Wahono juga menolak tinggal di wisma Grahadi, rumah kediaman resmi Gubernur Jawa Timur. Ia menaruh perhatian khusus dalam bidang kependudukan. "Jawa Timur kelebihan penduduk 10 juta jiwa," katanya. Ja-Tim hanya mampu menampung 20 juta jiwa saat ini, padahal sekarang mencapai 30.868.700 jiwa. Dalam 1984, beberapa sektor pembangunan yang diprioritaskan untuk segera ditangani dirumuskannya menjadi 5P3K. Yaitu pendidikan, pekerjaan, prasarana, perumahan, pangan, kesehatan, kesejahteraan keluarga, dan kelestarian lingkungan hidup.
Zaman Jepang ia masuk [[Pembela Tanah Air|PETA]], dan memperoleh pendidikan militer di Kanbu Kyoiku di Bogor, tahun 1943. Pada 1945 bergabung dalam BKR, cikal bakal TNI sekarang, ia mendapat tugas belajar di SSKAD Bandung, sambil merampungkan SMA sore.
 
Setelah masuk [[Seskoad]], ia menjadi asisten II di [[Kostrad]] ketika panglimanya [[Soeharto|Mayjen TNI Soeharto]], (Presiden RI ke-2). Setelah Meninggalkan [[Kostrad]] dengan jabatan panglima, ia kemudian memangku jabatan [[Kodam V/Brawijaya|Pangdam VIII/Brawijaya]]. Kembali ke Jakarta, Wahono menjadi Deputi KSAD, dan masih sempat kuliah di Universitas Jayabaya, hingga meraih gelar sarjana muda sospol, 1976.
 
==Karier Sipil==
Setelah masuk [[Seskoad]], ia menjadi asisten II di [[Kostrad]] ketika panglimanya [[Soeharto|Mayjen TNI Soeharto]], (Presiden RI ke-2). Setelah Meninggalkan [[Kostrad]] dengan jabatan panglima, ia kemudian memangku jabatan [[Kodam V/Brawijaya|Pangdam VIII/Brawijaya]]. Kembali ke Jakarta, Wahono menjadi Deputi KSAD, dan masih sempat kuliah di Universitas Jayabaya, hingga meraih gelar sarjana muda sospol, 1976. Lalu diangkat sebagai dubes di Burma, 1978-1981. Pulang ke tanah air, jabatan Dirjen Bea & Cukai telah menunggunya. Berada kembali di Jakarta, ia berniat merampungkan sarjana penuh. Tetapi, belum sempat terlaksana, ia sudah diangkat menjadi gubernur. Lelaki berperawakan tinggi 171 cm dan berat 71 kg ini tidak merokok, dan enggan disambut secara berlebihan. Wahono juga menolak tinggal di wisma Grahadi, rumah kediaman resmi Gubernur Jawa Timur. Ia menaruh perhatian khusus dalam bidang kependudukan. "Jawa Timur kelebihan penduduk 10 juta jiwa," katanya. Ja-Tim hanya mampu menampung 20 juta jiwa saat ini, padahal sekarang mencapai 30.868.700 jiwa. Dalam 1984, beberapa sektor pembangunan yang diprioritaskan untuk segera ditangani dirumuskannya menjadi 5P3K. Yaitu pendidikan, pekerjaan, prasarana, perumahan, pangan, kesehatan, kesejahteraan keluarga, dan kelestarian lingkungan hidup.
 
Kerja keras yang dilaksanakannya membawa hasil; Ja-Tim kembali beroleh anugerah Presiden berupa Prayojanakarya Pata Parasamya Purnakarya Nugraha, 1984. Letnan jenderal purnawirawan ini sendiri sebelumnya banyak menerima penghargaan berupa 9 bintang jasa dan 11 Satya Lencana. Dari pemerintah Korea Selatan ia beroleh Order of National Security Merit Gugseon Medal, 1977.
 
==Kehidupan Pribadi==
Menikah dengan Mintarsih Syahbandar, asal Parahyangan, pada tahun 1951, Wahono dianugerahi enam anak. Ia penggemar olah raga sepak bola, bola keranjang, bola voli, bulu tangkis, dan bola basket. Ia terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Catur Indonesia (Percasi) 1982.
 
Baris 75 ⟶ 82:
* Penjabat Pangkostrad (1969-1970)
* Pangdam VIII/Brawijaya (1970-1972)
* [[Panglima Kostrad|Pangkostrad]] (1972-1973)
* [[Panglima Komando Strategis Nasional|Pangkostranas]] (1973-1974)
* Deputi Kasad (1974-1977)