Komunikasi politik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k typo
Pantangmundur (bicara | kontrib)
menambahkan pranala dan memperbaiki ejaan
Baris 27:
'''Pendekatan komunikasi politik:'''
 
1. '''Pendekatan proses.''' Menurut pendekatan ini bahwa keseluruhan yang ada di dunia ini meeupakanmerupakan hasil suatu proses. Spengler (nama asli Oswald Spengler filsuf sejarah dan politik Jerman. Dalam dua jilid karya utama Splenger, Der Untergang des Abendlandes, Splenger berpendapat bahwa kunci sejarah ialah hukum masyarakat dan peradaban yang timbul dan tenggelam dalam siklus berulang) dan Toynbee (nama Asli Arnold Joseph Toynbee sejarawan Inggris yang terkenal melalui bukunya yang berjudul A Study of History, berisi tentang penyelidikan secara sejarah tentang asal usul, perkembangan, dan kehancuran beradabanperadaban besar) mengemukakan bahwa realitas sosial merupakan suatu siklus yang mempunyai pola-pola ulangan untuk jatuh bangunnya peradaban. Pendekatan ini dapat dikatakan untuk memahami sosialisasi politik dan kebijkan publik.
 
2. '''Pendekatan agenda setting'''. Pendekatan ini dikembangkan oleh Maxwell C. McCombs, seorang profesor peneliti surat kabar juga sebagai direktur pusat penelitian komunikasi Universitas Syracuse USA, dan Donald L. Shaw, seorang profesor jurnalistik dari universitas North Carolina. Pendekatan agenda setting dimulai dengan asumsi media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkan. Seleksi ini dilakukan oleh mereka yang disebut sebagai gatekeeper, yaitu mereka para wartawan, pimpinan redaksi, dan penyunting gambar. Dari gatekeeper inilah yang menentukan berita apa yang harus dimuat dan apa yang harus disembunyikan.<ref>Henry Subaktio and Rachmah Ida. 2012. ''Komunikasi politik, media, dan demokrasi''. Jakarta: Kencana Prenada Media Group</ref>
Baris 74:
 
Model ini memiliki karakter yang kualitatif, nonsistemik, dan nonlinier. Komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, dan menampilkan perilaku yang sulit diramalkan.
Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif, dalam konteks ini Blumer mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model Interaksional. Pertama, manusia bertindak mengenai makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya. Kedua, makna berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif dalam proses komunikasi. Konsep penting yang digunakan adalah diri, diri yang lain, symbolsimbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
Menurut model interaksional orang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interkasi socialsosial, melalui pengambilan peran orang lain (role- taking). Diri berkembang melalui interaksi dengan orang lain, kelurga, tahap permainan, hingga lingkungan luas dalam suatu tahahptahap yang disebut tahap pertandingan (game stage). Dimana individu selalu melihat dirinya melalui perspektif (peran orang lain), sehingga konsep diri tumbuh berdasarkan bagaimana orang lain memandang diri individu tersebut.
Model Interaksional menempatkan diri komunikator dalam posisi sejajar dengan komunitator[[komunikator]] lain sehingga terjadi interplay yang demokratis dalam kuadran komunikasi saling memberi dan menerima. Komunikator biasanya tidak enggan untuk bertemu banyak orang, mendengar dan membangun kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan orang atau kekuatan politik yang pernah berseberangan dengannya.
 
Baris 82:
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
Media massa memiliki efek yang sangat kuat terutama karena berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. (Burhan, Bungin, 2008:282).
Menurt McCombs dan Donald Shaw audiens tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari arti penting yang diberikan pada suatu isu dari cara media massa memberikan penekanan pada topictopik tersebut. Contohnya media massa terlihat menentukan mana topictopik yang penting dalam merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat dalam suatu kampanye pemilu. Artinya media massa menetapkan “agenda” kampanye tersebut dan kemampuan untuk mempengaruhi kognitif individu. Jika calon pemilih telah menganggap penting suatu issuisu maka mereka akan memilih kandidat partai yang paling berkompeten dalam menangani issuisu tersebut.
Dan menurut Funkhouser, media berita diyakini oleh banyak orang sebagi sumber informasi yang dapat dipercaya, tetapi media berita tidak mesti demikian.