Jalan Malioboro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kanzcech (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ayreee (bicara | kontrib)
Baris 44:
[[Berkas:Malioboro1936.jpg|jmpl|ka|Malioboro pada tahun 1936]]
[[Berkas:Jalan Malioboro 001.JPG|jmpl|Jalan Malioboro pada malam hari]]
Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer Utara-Selatan [[Pantai Parangkusumo]] - [[Kraton Yogya]] - [[Gunung Merapi]]. Jalan Malioboro dimulai di dekat area keraton menuju ke arah utara hingga Tugu Yogya. Jalan salah satu elemen terpenting sebagai [[Garis Imajiner Yogyakarta|garis imajiner]] yang menghubungkan keraton dengan Gunung Merapi yang dianggap sakral sesuai dengan sumbu filosofi kota Yogyakarta.
 
Jalan Malioboro berfungsi sebagai jalan utama kerajaan (''rajamarga'') untuk kegiatan seremonial kesultanan. Saat sultan keluar dari istana dalam dan duduk di ''Sitinggil'' pada upacara publik, ia dapat melihat langsung Jalan Malioboro hingga Tugu di kejauhan. Antara Jalan Malioboro dan keraton terdapat dua pohon beringin yang diberi pagar persegi (''waringin kurung'') di Alun-alun Utara. Beringin kembar ini menyimbolkan penyatuan dua hal yang bertolakbelakang (''loroning atunggal'').<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|title=Pohon Beringin di Keraton Yogyakarta|url=https://www.kratonjogja.id/tata-rakiting-wewangunan/9/pohon-beringin-di-keraton-yogyakarta|website=www.kratonjogja.id|language=en|access-date=2022-02-27}}</ref> Adanya tugu di sebelah utara dan beringin kembar di antara jalan utama ibu kota kesultanan memiliki arti simbolis dan filosofis yang kuat yang diciptakan oleh Hamengkubuwana I.<ref name=":0" />
Baris 59:
 
=== Era kemerdekaaan-2000 ===
Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang tanah air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya. Pertempuran itu kemudian dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, yakni keberhasilan pasukan merah putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada. Setelah kemerdekaan, jalan ini juga digunakan untuk pawai tahunan pasukan garnisun Yogya saat peringkatan [[Hari Angkatan Bersenjata]] pada 5 Oktober.<ref name=":0" />
 
Jalan itu selama bertahun-tahun dua arah, namun pada tahun 1980-an menjadi satu arah saja, dari jalur kereta api (di mana ia memulai) ke selatan - ke pasar Beringharjo, di mana ia berakhir. Hotel terbesar dan tertua di Yogyakarta, [[Grand Inna Malioboro|Hotel Garuda]], terletak di ujung utara jalan, di sisi timur yang berdekatan dengan jalur kereta api. Di sini terdapat bekas kompleks perdana menteri (''kepatihan'') di sisi timur.