Citra Allah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Sejalan dengan tradisi Yahudi, sarjana-sarjana seperti [[Saadia Gaon]] dan [[Filo]] mengemukakan bahwa dijadikan menurut citra Allah bukan berarti Allah [[antropomorfisme|memiliki tampilan-tampilan yang serupa dengan manusia]] melainkan justru sebaliknya, pernyataan tersebut adalah bahasa kiasan yang dipakai untuk mengungkapkan gagasan bahwa Allah mengaruniakan kehormatan istimewa kepada umat manusia, yakni kehormatan yang tidak dikaruniakan-Nya kepada semua ciptaan lain.
 
Riwayat penafsiran citra Allah mencakupmelingkupi tiga alur pemahaman. Pandangan substantif menempatkan citra Allah di dalam kesamaan karakteristik antara Allah dan umat manusia, misalnya rasionalitas atau moralitas. Pemahaman relasional berpandangan bahwa citra Allah terdapat di dalam hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia satu sama lain. Pandangan fungsional menafsirkan citra Allah sebagai suatu peran atau fungsi yang dengannya umat manusia bertindak mewakili Allah dan dimaksudkan untuk merepresentasikan Allah di dalam tatanan penciptaan. Ketiga pandangan tersebut tidak saling menggungguli secara sengit, dan masing-masing dapat menyuguhkan tinjauan mendalam tentang bagaimana umat manusia serupa dengan Allah.
 
Doktrin citra Allah menyediakan pijakan penting bagi perkembangan hak-hak asasi manusia dan kemuliaan martabat tiap-tiap nyawa manusia tanpa pandang golongan, ras, gender, maupun keterbatasan. Doktrin ini juga berkaitan dengan perbincangan seputar tubuh manusia.