Aseksualitas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Feminist research: menerjemahkan sebagian artikel |
→Feminist research: menerjemahkan sebagian artikel |
||
Baris 81:
Dalam sebuah kajian tahun 1983 oleh Paula Nurius, yang menyertakan 689 subjek (sebagian besar merupakan mahasiswa berbagai universitas di Amerika Serikat yang sedang mempelajari kelas-kelas psikologi atau sosiologi), skala berfantasi dan erotisisme dua dimensi digunakan untuk mengukur orientasi seksual. Berdasarkan hasilnya, para responden diberi angka mulai dari 0 hingga 100 untuk heteroerotisisme 0 sampai 100 untuk homoerotisisme. Para responden yang memiliki angka kurang dari 10 pada keduanya dilabeli "aseksual". Mereka ini terdiri dari 5% lelaki dan 10% perempuan. Hasilnya memperlihatkan bahwa aseksual dilaporkan memiliki frekuensi yang jauh lebih rendah dan memiliki hasrat frekuensi aktivitas seksual yang bervariasi termasuk memiliki pasangan banyak, aktivitas seksual anal, berhubungan seksual dengan lokasi yang bervariasi, dan berbagai aktivitas otoerotik.<ref name="Ruspini"/><ref name="Nurius"/>
===
Bidang kajian aseksualitas masih muncul sebagai turunan dari bidang yang lebih luas mengenai [[gender and sexuality studies|kajian gender dan seksualitas]]. Para peneliti terkemuka yang telah menghasilkan karya signifikan dalam kajian aseksualitas di antaranya[[KJ Cerankowski]], Ela Przybylo, dan CJ DeLuzio Chasin.
Baris 95:
Akademisi Ianna Hawkins Owen menuliskan, "Kajian-kajian mengenai ras telah mengungkapkan penyebaran aseksualitas dalam wacana dominan sebagai satu perilaku seksual ideal untuk membenarkan baik pemberdayaan orang-orang kulit putih maupun pensubordinasian orang-orang kulit hitam untuk menegakkan sistem sosial dan politik yang dirasialisasi."<ref name=":6">{{Cite book|last=Hawkins Owen|first=Ianna|title=Asexualities : feminist and queer perspectives|others=Cerankowski, Karli June., Milks, Megan.|year=2014|isbn=978-0-415-71442-6|location=New York|oclc=863044056}}</ref> Hal ini sebagian karena [[sexualization|seksualisasi]] dan deseksualisasi secara bersamaan terhadap perempuan-perempuan kulit hitam dalam [[Mammy archetype in the United States|pola dasar mami]], dan juga bagaimana masyarakat mendeseksualisasi minoritas ras tertentu, sebagai bagian dari penawaran untuk mengklaim superioritas oleh bangsa berkulit putih.<ref name=":6" /> Situasi ini hidup berdampingan dengan seksualisasi tubuh perempuan kulit hitam dalam pola dasar [[Jezebel]], yang keduanya digunakan untuk membenarkan perbudakan dan memungkinkan pengendalian yang lebih jauh.<ref name=":6" /> Owen juga mengkritisi "...investasi dalam membangun aseksualitas atas nama ras kulit putih (siapa lagi yang dapat mengklaim akses utuk menjadi seperti orang-orang lainnya?)".<ref>{{Cite journal|last=Owen|first=Ianna Hawkins|s2cid=149999756|date=November 2018|title=Still, nothing: Mammy and black asexual possibility|journal=Feminist Review|language=en|volume=120|issue=1|pages=70–84|doi=10.1057/s41305-018-0140-9|issn=0141-7789|doi-access=free}}</ref> Eunjung Kim mengomentari pada titik temu antara ketunaan atau [[crip theory|teori lumpuh]] dan aseksualitas, dengan mengatakan bahwa orang-orang penyandang ketunaan lebih sering dideseksualisasi.<ref>{{Cite book|last=Kim|first=Eunjung|title=Asexualities : feminist and queer perspectives|others=Cerankowski, Karli June., Milks, Megan.|year=2014|isbn=978-0-415-71442-6|location=New York|oclc=863044056}}</ref><ref>{{Cite journal |last=Kim |first=Eunjung |date=2011 |title=Asexuality in disability narratives |url=https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1363460711406463 |journal=Sexualities |volume=14 |issue=4 |pages=479–493 |doi=10.1177/1363460711406463 |s2cid=55747579 |via=Sage Journals |access-date=March 7, 2022 |archive-date=March 7, 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220307220258/https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1363460711406463 |url-status=live }}</ref> Kim membandingkan gagasan perempuan [[Hypoactive sexual desire disorder|dingin]] dengan aseksualitas dan menganalisis sejarahnya dari sudut queer, orang lumpuh, dan feminis. Akasemisi Karen Cuthbert berkomentar "menyediakan diskusi pertama yang berlandaskan empiris mengenai titik temu aseksualitas dan ketunaan (dan pada hal yang lebih sempit, gender dan 'ras')."<ref>{{Cite journal |last=Cuthbert |first=Karen |date=2017 |title=You Have to be Normal to be Abnormal: An Empirically Grounded Exploration of the Intersection of Asexuality and Disability |url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0038038515587639 |journal=Sociology |language=en |volume=51 |issue=2 |pages=241–257 |doi=10.1177/0038038515587639 |s2cid=141976966 |issn=0038-0385 |via=Sage Publications |access-date=March 7, 2022 |archive-date=March 7, 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220307225006/https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0038038515587639 |url-status=live }}</ref>
===
Bogaert
Concurrent with Bogaert's suggestion that understanding asexuality will lead to a better understanding of sexuality overall, he discusses the topic of asexual masturbation to theorize on asexuals and "'target-oriented' [[paraphilia]], in which there is an inversion, reversal, or disconnection between the self and the typical target/object of sexual interest/attraction" (such as attraction to oneself, labelled "automonosexualism").<ref name="bogaert2015" />
|