Abjad Pegon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 23:
== Sejarah ==
Pegon sendiri digunakan di kalangan umat Muslim, yang hidup dari pendidikan agama di [[pesantren]]. Pegon sendiri muncul bersama Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-orang Jawa masih menggunakan [[aksara Kawi]] dan [[aksara Jawa]] untuk menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan [[Aksara Sunda Kuno|aksara Sunda kuno]] untuk menuliskan bahasa Sunda klasik. Ketika Islam masuk ke Tanah Jawa, penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan, karena dibutuhkan untuk memaknai kitab-kitab [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tafsirnya, serta kitab-kitab [[Hadis|ḥadiṡ]]. Untuk berkomunikasi dengan orang Jawa yang menuturkan bahasa Jawa, para '[[ulama]] kemudian mengadaptasi abjad Arab yang digunakan olehnya sebagai bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Jawa. Mereka menulisnya agar orang-orang Jawa lebih mudah dalam memahami agama, terlebih metode dakwah keliling saat itu masih lazim untuk menyiarkan Islam. Di era [[Wali Songo]], contoh kitab misalnya ''[[Suluk Sunan Bonang]]'', yang diyakini merupakan buah karya [[Sunan Bonang]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|title=BUDAYA – Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara|access-date=2019-09-05}}</ref>
Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti ''e'' atau ''o'', ''ca'', ''pa'', ''dha'', ''nya'', ''tha'', dan ''nga''. Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain ''dha'' dan ''tha''.<ref>{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/khas-katakan-dengan-pegon-2.htm|title=KHAS – Katakan dengan Pegon (2)|access-date=2019-09-05}}</ref> Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ''ca'' dan ''gaf''. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya ''pa'' dari ''fa''' yang diberi tiga titik, atau ''ca'' dari ''jim'' diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan ''e'' dan ''o'', namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil).<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|title=Huruf Pegon, Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu|date=2016-07-01|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-09-05|archive-date=2019-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20190905152327/http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|dead-url=yes}}</ref> Karena abjad ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa, maka orang Arab tidak mampu membaca teks ini sebelum mampu mempelajari bahasa Jawa karena ada huruf-huruf yang dianggap "asing" bagi mereka.
Saat ini huruf Pegon di Jawa dipergunakan oleh kalangan umat [[Muslim]], terutama di [[pesantren]]-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis [[tafsiran]] atau [[arti]] pada [[Al-Qur'an
== Abjad ==
|